Gempa itu... Mempertemukan lagi untuk kesekian kalinya, yang selalu merasa dicampakkan... Meyakinkan lagi untuk satu hal, bahwa dia memang akan selalu datang dan pergi secara tak terduga untuk suatu tugas serta pengabdian... Mendamaikan untuk sementara waktu, antara kakak tingkat dengan adik tingkat semasa kuliah kedokteran, yang selalu bersaing dan bermusuhan... Memanusiakan para dokter di depan para pasien dan orang-orang yang ditolongnya... Bla..bla..bla... Tak ada musibah yang benar-benar akan jadi mimpi buruk untuk yang pandai memaknai... Di balik bencana dan musibah, selalu akan ada hikmah dan berkah yang dapat disyukuri.
*Tercampakkan Lagi
Ech masa iya, Kapten?!! Memangnya ada apa antara dirimu dengan Dokter Kang Mo Yeon? Sudah jadiankah atau bagaimana?? Wkwkwkwkkk... Merasa dicampakkan untuk suatu hubungan yang masih serba teka-teki, walaupun sebenarnya segala tanda-tanda alam pasti kompak mengiyakan, kl dua insan tersebut tengah saling jatuh cinta. Merasa dicampakkan untuk suatu hal yang merasa sama-sama dirugikan karena tiap kali alam berasa akan segera merestui mereka untuk lebih dekat, pasti ada saja hal-hal yang menggagalkan untuk keduanya menjadi semakin intim dan saling meyakinkan. Setelah insiden mobil di atas bukit yang terancam jatuh ke laut, setelah gurauan jaket serta baju yang menerawang dan basah kuyup, mati lampu, atau juga radio kontrol, Si jin dan Mo Yeon layaknya sudah saling hangat dan menikmati kebersamaan mereka, lebih santai dalam berinteraksi, dan mulai cair dan bisa saling menimpali satu sama lain.
Namun seperti biasa ketika mereka sudah sampai titik yang ditunggu, akhirnya malah lagi-lagi harus balik ke titik nol lagi alias buyar dan bubar jalan. Balik lagi ke acara klise, saling memendam perasaan, cemburu-cemburuan yang tak tahu kemana arah, dan sebagainya..dan sebagainya. Hhhuufftt... Harusnya setelah segala kenyamanan dan kehangatan itu didapat, tinggal eksekusi keseriusan yang ditunggu... Tapi ya itu tadi... Kali ini Si Jin juga yang harus memulai kegagalan dan mengakhirinya kemudian dengan menggantung (lagi)... Berpamitan kepada Mo Yeon untuk kembali ke Korea yang sekaligus memperingati hari pensiun sang ayah.
Dan Mo Yeon hanya bisa tertegun bingung ketika akhirnya Si Jin mengakhiri pamitannya dengan memberi ‘hormat’ kepada sang dokter yang sedang kecewa dan sakit hati.
*Liburan ‘Garing’
Seolah-olah seperti menggambarkan suasana hati Mo Yeon yang tidak merestui kepulangan Si Jin ke Korea, saat sudah berada di Seoul pun Si Jin berasa hampa, kesepian, serta tak menikmati seperti biasanya. Kebersamaannya bersama Dae Young pun malah berubah jadi semacam ‘kecelakaan olahraga’ gara-gara yunior yang ingin balas dendam kepada sang senior, wkwkwkwkkk... Maraton eeeuuyyy sepanjang malam, hahahaaa... Dua orang laki-laki yang sebenarnya hatinya masih tertinggal jauh di Urk ini, berasa seperti terus-terusan terjebak melakukan kekonyolan satu sama lain. Belum lagi ketika insiden ‘t-shirt kembar’, wkwkwkwkkk... Berasa jadi anak panti asuhan yang telat dan ketuaan, hahha..
Rasa ingin tahu tentang kabar seseorang yang di Urk pun harus ditempuh dengan berbagai cara. Gayanya saja sok cuek, tapi padahal saling merindu dan penasaran masing-masing. Gak Si Jin, tak jua Mo Yeon... Tak jua Dae Young... Gak juga Myung Joo... Pokoknya seribu akal demi untuk yang tercinta.
*Applause To Myung Joo
Myung Joo... Si cantik yang culas, tapi menggemaskan ini... Suka dengan sikapnya yang pantang menyerah mengejar cintanya. Tak peduli dengan hadangan sang ayah, Sersan Seo Dae Young tetaplah yang paling jawara di hati. Berulang kali disikapi dingin oleh sang pujaan hati, tak jua membuat sikap perempuan ini mundur atau malu. Bahkan segala cara ditempuh demi bisa terus memantau Dae Young. Dan akhirnya, keteguhannya mendapatkan sedikit jawabannya. Teleponnya kepada Dae young, untuk kali ini diangkat oleh yang dimaksud. Tak peduli dengan Dae Young mau menanggapinya atau tidak, yang penting Myung Joo bisa mencurahkan segala cinta dan kerinduan di hati, sementara yang di seberang hanya mendengar, tanpa sepatah kata pun untuk meresponnya, bagi Myung Joo rasanya sudah sangat bahagia dan melegakan. Semangatttt, Myung Joo!!! Kau yang paling tahu hatimu dan keinginanmu.
Bahkan untuk permusuhannya dengan Mo Yeon yang makin hari justru semakin terlihat terlalu kekanak-kanakan serta konyol, karena sikon yang serba darurat dan mengerikan, saya melihat justru Myung Joo yang lebih dewasa untuk lebih dahulu mencairkan suasana. Apapunlah ya, terserah nanti usai bencana mau bermusuhan lagi, tapi di saat-saat genting dan butuh saling kerjasama yang solid, menjelmalah menjadi seorang profesional sejati. Apalagi dokter yang bekerja atas nama kemanusiaan, menyelamatkan nyawa orang banyak, janganlah kebodohan harus terjadi, hanya gara-gara kekonyolan yang tak penting dan tak jelas ujung pangkalnya.
*Gagal Pulang Dan Datang Kembali
Ketika gempa besar melanda Urk, bahkan panggilan jiwa menjadi seorang dokter mampu untuk menekan hasrat rindu pulang ke tempat asal. Andai gempa tidak terjadi, mungkin Mo Yeon dan Si Jin sudah beranjak untuk menyusun rencana kencan untuk yang kesekian, wkwkwkwkkk... Tapi apalah itu kencan dan kegagalan, karena yang di depan mata sekarang adalah sebuah bencana yang mengenaskan. Korban berjatuhan di mana-mana, butuh konsentrasi dan kerja keras yang tiada henti untuk menyelamatkan para korban. Kehilangan sosok Si Jin bukan tak mungkin saat itu tidak menjadi yang paling menyakitkan lagi bagi Mo Yeon, melainkan justru perasaan kacau-balau dan kepanikan, karena yang sedang dihadapi adalah sebuah tugas sejati.
Cukup dengan sebuah scene Mo Yeon mematahkan hak sepatu high heelsnya, seolah-olah seperti sudah menggambarkan bahwa segala ego harus ditekan demi paripurnanya sebuah tugas dan pengabdian kepada pekerjaan. Apalagi hanya untuk urusan cinta... Untuk sementara, kesampingkan dulu segala kesakitan di hati. Toh Tuhan pasti akan mengerjakan juga apa yang sudah jadi wewenangnya.
Di saat kau tidak berharap banyak, jusru pada saat itulah berkah dari Tuhan seperti dianugrahkan, Siapa yang berpikir kl Si Jin akan kembali ke Urk untuk sebuah tugas mendadak... Dan Mo Yeon lah yang paling merasakannya... Di saat kesakitan karena berulang kali gagal meyakinkan perasaan dan hatinya dengan sang kapten, kini Tuhan berasa seperti melambungkan kembali asanya. Atas nama tugas, tapi tetap saja gempa itulah yang kembali membuka harapan untuk Si Jin dan Mo Yeon... Bahkan ketika pertama kali melihat Si Jin ada di antara pasukan yang datang untuk memberi bantuan, terbaca dari mata Mo Yeon bahwa sesungguhnya dia sedang sangat bersyukur dan bahagia. Semoga gempa di Urk ini jadi pertanda untuk mereka berdua agar tak kenal lelah memperjuangkan cinta di hati mereka. Seperti juga mereka yang tak kenal lelah dalam pengabdian dan dedikasi pekerjaan. See you...
*Tercampakkan Lagi
Ech masa iya, Kapten?!! Memangnya ada apa antara dirimu dengan Dokter Kang Mo Yeon? Sudah jadiankah atau bagaimana?? Wkwkwkwkkk... Merasa dicampakkan untuk suatu hubungan yang masih serba teka-teki, walaupun sebenarnya segala tanda-tanda alam pasti kompak mengiyakan, kl dua insan tersebut tengah saling jatuh cinta. Merasa dicampakkan untuk suatu hal yang merasa sama-sama dirugikan karena tiap kali alam berasa akan segera merestui mereka untuk lebih dekat, pasti ada saja hal-hal yang menggagalkan untuk keduanya menjadi semakin intim dan saling meyakinkan. Setelah insiden mobil di atas bukit yang terancam jatuh ke laut, setelah gurauan jaket serta baju yang menerawang dan basah kuyup, mati lampu, atau juga radio kontrol, Si jin dan Mo Yeon layaknya sudah saling hangat dan menikmati kebersamaan mereka, lebih santai dalam berinteraksi, dan mulai cair dan bisa saling menimpali satu sama lain.
Namun seperti biasa ketika mereka sudah sampai titik yang ditunggu, akhirnya malah lagi-lagi harus balik ke titik nol lagi alias buyar dan bubar jalan. Balik lagi ke acara klise, saling memendam perasaan, cemburu-cemburuan yang tak tahu kemana arah, dan sebagainya..dan sebagainya. Hhhuufftt... Harusnya setelah segala kenyamanan dan kehangatan itu didapat, tinggal eksekusi keseriusan yang ditunggu... Tapi ya itu tadi... Kali ini Si Jin juga yang harus memulai kegagalan dan mengakhirinya kemudian dengan menggantung (lagi)... Berpamitan kepada Mo Yeon untuk kembali ke Korea yang sekaligus memperingati hari pensiun sang ayah.
Dan Mo Yeon hanya bisa tertegun bingung ketika akhirnya Si Jin mengakhiri pamitannya dengan memberi ‘hormat’ kepada sang dokter yang sedang kecewa dan sakit hati.
*Liburan ‘Garing’
Seolah-olah seperti menggambarkan suasana hati Mo Yeon yang tidak merestui kepulangan Si Jin ke Korea, saat sudah berada di Seoul pun Si Jin berasa hampa, kesepian, serta tak menikmati seperti biasanya. Kebersamaannya bersama Dae Young pun malah berubah jadi semacam ‘kecelakaan olahraga’ gara-gara yunior yang ingin balas dendam kepada sang senior, wkwkwkwkkk... Maraton eeeuuyyy sepanjang malam, hahahaaa... Dua orang laki-laki yang sebenarnya hatinya masih tertinggal jauh di Urk ini, berasa seperti terus-terusan terjebak melakukan kekonyolan satu sama lain. Belum lagi ketika insiden ‘t-shirt kembar’, wkwkwkwkkk... Berasa jadi anak panti asuhan yang telat dan ketuaan, hahha..
Rasa ingin tahu tentang kabar seseorang yang di Urk pun harus ditempuh dengan berbagai cara. Gayanya saja sok cuek, tapi padahal saling merindu dan penasaran masing-masing. Gak Si Jin, tak jua Mo Yeon... Tak jua Dae Young... Gak juga Myung Joo... Pokoknya seribu akal demi untuk yang tercinta.
*Applause To Myung Joo
Myung Joo... Si cantik yang culas, tapi menggemaskan ini... Suka dengan sikapnya yang pantang menyerah mengejar cintanya. Tak peduli dengan hadangan sang ayah, Sersan Seo Dae Young tetaplah yang paling jawara di hati. Berulang kali disikapi dingin oleh sang pujaan hati, tak jua membuat sikap perempuan ini mundur atau malu. Bahkan segala cara ditempuh demi bisa terus memantau Dae Young. Dan akhirnya, keteguhannya mendapatkan sedikit jawabannya. Teleponnya kepada Dae young, untuk kali ini diangkat oleh yang dimaksud. Tak peduli dengan Dae Young mau menanggapinya atau tidak, yang penting Myung Joo bisa mencurahkan segala cinta dan kerinduan di hati, sementara yang di seberang hanya mendengar, tanpa sepatah kata pun untuk meresponnya, bagi Myung Joo rasanya sudah sangat bahagia dan melegakan. Semangatttt, Myung Joo!!! Kau yang paling tahu hatimu dan keinginanmu.
Bahkan untuk permusuhannya dengan Mo Yeon yang makin hari justru semakin terlihat terlalu kekanak-kanakan serta konyol, karena sikon yang serba darurat dan mengerikan, saya melihat justru Myung Joo yang lebih dewasa untuk lebih dahulu mencairkan suasana. Apapunlah ya, terserah nanti usai bencana mau bermusuhan lagi, tapi di saat-saat genting dan butuh saling kerjasama yang solid, menjelmalah menjadi seorang profesional sejati. Apalagi dokter yang bekerja atas nama kemanusiaan, menyelamatkan nyawa orang banyak, janganlah kebodohan harus terjadi, hanya gara-gara kekonyolan yang tak penting dan tak jelas ujung pangkalnya.
*Gagal Pulang Dan Datang Kembali
Ketika gempa besar melanda Urk, bahkan panggilan jiwa menjadi seorang dokter mampu untuk menekan hasrat rindu pulang ke tempat asal. Andai gempa tidak terjadi, mungkin Mo Yeon dan Si Jin sudah beranjak untuk menyusun rencana kencan untuk yang kesekian, wkwkwkwkkk... Tapi apalah itu kencan dan kegagalan, karena yang di depan mata sekarang adalah sebuah bencana yang mengenaskan. Korban berjatuhan di mana-mana, butuh konsentrasi dan kerja keras yang tiada henti untuk menyelamatkan para korban. Kehilangan sosok Si Jin bukan tak mungkin saat itu tidak menjadi yang paling menyakitkan lagi bagi Mo Yeon, melainkan justru perasaan kacau-balau dan kepanikan, karena yang sedang dihadapi adalah sebuah tugas sejati.
Cukup dengan sebuah scene Mo Yeon mematahkan hak sepatu high heelsnya, seolah-olah seperti sudah menggambarkan bahwa segala ego harus ditekan demi paripurnanya sebuah tugas dan pengabdian kepada pekerjaan. Apalagi hanya untuk urusan cinta... Untuk sementara, kesampingkan dulu segala kesakitan di hati. Toh Tuhan pasti akan mengerjakan juga apa yang sudah jadi wewenangnya.
Di saat kau tidak berharap banyak, jusru pada saat itulah berkah dari Tuhan seperti dianugrahkan, Siapa yang berpikir kl Si Jin akan kembali ke Urk untuk sebuah tugas mendadak... Dan Mo Yeon lah yang paling merasakannya... Di saat kesakitan karena berulang kali gagal meyakinkan perasaan dan hatinya dengan sang kapten, kini Tuhan berasa seperti melambungkan kembali asanya. Atas nama tugas, tapi tetap saja gempa itulah yang kembali membuka harapan untuk Si Jin dan Mo Yeon... Bahkan ketika pertama kali melihat Si Jin ada di antara pasukan yang datang untuk memberi bantuan, terbaca dari mata Mo Yeon bahwa sesungguhnya dia sedang sangat bersyukur dan bahagia. Semoga gempa di Urk ini jadi pertanda untuk mereka berdua agar tak kenal lelah memperjuangkan cinta di hati mereka. Seperti juga mereka yang tak kenal lelah dalam pengabdian dan dedikasi pekerjaan. See you...