Perempuan yang menginjak usia pertengahan 30an, berbadan sintal, berparas cantik dan keibuan, dengan sepasang mata hijau yang indah. Perempuan yang terlihat lembut dan penyabar, tapi jalan hidup yang dilaluinya memaksa wajahnya senantiasa tampak redup dan lelah. Kawin lari dengan Oskan Gulpinar, Gulseren dan suaminya kala itu hanya bermodalkan cinta. Berniat untuk mencari penghidupan yang lebih baik, akhirnya sang suami memutuskan untuk pergi ke Jerman mencari penghasilan, meninggalkan sang istri beserta Hazal, buah cinta mereka berdua. Sepeninggal Oskan ke Jerman, Gulseren dan Hazal hidup bersama sang kakak ipar, Keriman. Akan tetapi, hari berganti bulan, bulan berganti tahun, sekian waktu menunggu tak jua Gulseren mendapat kabar atau sekadar kiriman rezeki dari sang suami, dan akhirnya cinta yang dimiliki seolah-olah berangsur-angsur pergi dan ikut tergerus dalam lamanya penantian yang tak pasti. Demi memenuhi kebutuhan dan menyambung hidup dengan anak perempuan semata wayangnya, Gulseren bekerja keras, siang dan malam. Tak peduli apa pekerjaannya, yang penting halal dan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Belum lagi dia masih harus menghadapi Keriman, kakak iparnya, yang tiada henti untuk nyinyir, mencibir, dan mengutuki Gulseren. Keriman tidak mau tahu dengan kesusahan yang dialami oleh adik iparnya, dia tahunya hanya Gulseren masih menumpang hidup padanya dan harus membayar biaya tumpangan rumahnya berikut tagihan listrik, air, belanja kebutuhan sehari-hari, dan bla..bla..bla... Gulseren belum tahu saja, kl selama ini sebenarnya Oskan yang nun jauh di Jerman sana rutin mengirimkan uang bulanan. Tapi dasar Keriman, uang kiriman dari Oskan berhasil dia kuasai sendiri!!!
Hhhuuufft.. Nasib makin memberatkan Gulseren ketika anak perempuannya seperti tidak mau peduli dengan kesulitan dan kesusahan yang dihadapi oleh ibunya. Dibesarkan dengan susah payah dan sikon ekonomi pas-pasan, Hazal malah tumbuh menjadi gadis remaja yang penuntut, culas, dan terobsesi dengan kemewahan serta gaya hidup hedonis. Ya Tuhan... Inilah Gulseren sebelum akhirnya bertemu dengan Cihan Gurpinar dan menemukan fakta kl sebenarnya anak mereka saling tertukar. Ya..ya..ya... Anak Gulseren dan Cihan tertukar. Hazal yang maniak kemewahan ternyata sebenarnya keturunan orang kaya, sedangkan Cansu yang manis dan pintar, yang dibesarkan dengan tanpa kekurangan apapun oleh Cihan dan Dilara Gurpinar, adalah putri Gulseren dan Oskan Gulpinar. Tapi kiranya cerita tidak hanya berhenti pada masalah anak saja, Cihan yang sedari lama bermasalah dengan kehidupan rumah tangganya bersama Dilara, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Gulseren. Masih ingat kan ketika scene malam hari, di tengah hujan, Gulseren sambil marah-marah mendatangi restoran Dark Blue, milik Cihan, untuk mencari Hazal... Duh, kemarahan Gulseren itulah yang justru tanpa sengaja membuat hati Cihan mulai tak berhenti untuk bergejolak mulai saat itu. Gulseren yang ketika malam itu tampak berantakan, cemas, dan ketakutan karena Hazal yang belum juga ditemukan, seolah-olah menjadi ‘keindahan’ tersendiri bagi Cihan. Kelak cinta mereka berdua akan berjalan lambat dan terkesan tarik-ulur yang ‘dewasa’. Cinta yang kadangkala butuh diyakinkan kl mereka bukan lagi seorang muda-mudi yang hanya fasih bercinta, tapi lupa untuk saling mengerti dan bertanggung jawab. Cinta yang di sekelilingnya masih ada ego anak-anak yang harus lebih diutamakan. Cinta yang di sebelahnya masih ada pasangan masa lalu yang belum dikelarkan urusannya. Terlebih untuk Gulseren sendiri, dia cukup tahu diri dengan segala sikonnya. Meski hanya dengan sebuah kelembutan dan ketelatenan dia bisa meluluhlantakkan hati dan dunianya Cihan, tapi untuk bersaing dengan seorang Dilara Gurpinar, Gulseren tidak terlihat over dan ngoyo. Just the way you’re kl kata Bruno Mars dalam salah satu lirik di lagunya, hehhe... Terserah dengan penilaian dan justifikasi orang-orang, Gulseren sebenarnya selalu berusaha untuk menghormati dan menghargai Dilara. Gulseren tidak pernah dan tidak akan pernah merebut Cihan dari Dilara, karena Cihan memang tidak pernah mencintai Dilara. Tapi inilah cinta dan dilemanya, semuanya masih butuh untuk perjuangan dan pembuktian. Termasuk dilema antara Cansu dan Hazal yang seolah-olah di antara dua orang gadis remaja yang sempat tertukar tersebut, ada sikon untuk saling berebut perhatian dan kasih sayang dari Gulseren. Tapi inilah istimewanya Gulseren, aura keibuannya seolah-seolah mampu untuk membagi rata kasih sayangnya untuk Cansu dan Hazal. Gulseren paham bagaimana harus bersikap di depan Cansu yang yang cenderung kalem dan menyenangkan dan bagaimana berhadapan dengan Hazal yang agresif dan cenderung culas. Meskipun, tetap saja di dalam perjalanannya, hubungan Gulseren dan ‘dua anak perempuannya’ tersebut mengalami pasang-surut.
Tak mudah memang ketika masih harus fokus mengurus buah hati, ada cinta di dalam hati yang tak jua boleh ditelantarkan. Semuanya pasti akan ada masanya untuk saling bersinggungan, beradaptasi, hingga sampai pada akhirnya mencapai keselarasan dan keseimbangan. Inilah sebagian cerita tentang Gulseren... Tentang bagaimana kisahnya selanjutnya, semoga kita segera bisa menonton Paramparca (Cansu & Hazal) season dua, di layar kaca ANTV. Have a nice weekend, all... Salam hangat.
Categories: Kisah Kasak-Kusuk C&H 2
0 comments:
Posting Komentar