\

Kamis, 28 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_85 Holaaa, AVers... Edisi ‘Kamis Sesak’, remahan hadir kembali untuk menyapa semuanya... Masih masuk tengah pekan, tetap semangattt ya... Semoga apa yang direncanakan dan dikerjakan dalam minggu ini berjalan lancar. Sembari terus beraktivitas, saya sisipkan sekadar cerita flashback untuk sejenak melepas lelah di antara padatnya jadwal seharian ini. Kali ini flashbacknya akan menuju episode tujuh dari serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Mengambil sebuah kisah yang masih ada hubungannya dengan ‘Cemal Effect’. Bukan tentang Yigit dan Nur, tapi gilirannya Cahit Kozan yang akan kita bahas lagi untuk kesekian kalinya di remahan ini, via scene-scene yang saya cuplikkan di episode tujuh. Cahit yang sedang terpojok karena ulah licik yang dilakukan oleh Nazan kepada istri adiknya dan Cahit yang sedang terjebak dengan dua perempuan. Berawal dari rasa jenuh sekaligus kecewa dengan segala tingkah laku serta tindak-tanduk istrinya, kakak dari Yigit Kozan ini akhirnya justru masuk dalam perangkap Elmas. Entah awalnya hanya sekadar untuk pelarian having fun, tapi justru kelanjutannya hampir sama dengan yang sebelumnya, Cahit mengulang kisah harus berurusan dengan perempuan yang kurang lebih setali tiga uang dengan istri yang ada di rumah. Hhhheeeiisstt... Lagi-lagi, layaknya kutukan untuk laki-laki berdarah Kozan, kl sudah urusannya dengan perempuan berasa skandalnya tak kalah panas dengan Bill Clinton dan Monica Lewinsky, wkwkwkwkkkk... Yuk mari, kita mulai saja cerita tentang betapa makin sesaknya Cahit di antara dua perempuan mata duitan, yang tak lagi malu-malu dengan belangnya.

Seandainya Yigit ketika itu lebih tegas dan keras menyikapi, harusnya cukup Nazan atau justru Ny Aytul lah yang seharusnya disuruh pergi dari rumah perkebunan Kozan, seperti halnya Yigit mengusir Tayyar kala itu karena ketahuan menjadi kaki-tangan bagi Ny Aytul dan Nazan untuk menghadirkan Cemal sebagai teror buat Nur. Beruntung bagi Ny Aytul karena Yigit dengan akal sehatnya masih bisa berpikir tak mungkin dia berlaku kurang ajar dengan nenek dari anaknya, meski Ny Aytul juga bukan orang yang pantas untuk dikasih hati. Toh dalang tetaplah dalang, hukum yang berlaku biasanya sang dalang lebih berat daripada sang kaki tangan. Tapi ya sudahlah, karena ini bukan pengadilan, ya yang berlaku lagi-lagi perikemanusiaan konyol jilid kesekian, wwweew...

Beruntung bagi Ny Aytul, buntung justru untuk Cahit. Cahit yang sebenarnya sudah mengetahui tentang rencana persekongkolan jahat antara istrinya, Ny Aytul, dan juga Tayyar kepada Nur, tak kuasa untuk mengatakan apapun sampai akhirnya Yigit kemudian menyadari kl sang kakak ternyata sudah paham dengan sgala rencana jahat yang terjadi. Bermaksud ingin menengahi sekaligus menyelamatkan muka sang istri di hadapan Yigit yang kala itu sudang kepalang marah besar, justru Cahit terbongkar kedoknya sendiri dan tak bisa menghindar dari segala tuduhan sang adik. Seandainya Cahit juga bisa berpikir lebih panjang, seharusnya ketika dia sudah mencium kejahatan yang akan terjadi, segera saja dia mengkonfirmasikan ke Yigit agar bisa dicegah dan tidak sampai hampir membuat istri adiknya tewas dalam sebuah peristiwa kebakaran. Seandainya dan seandainya... Seandainya yang memang takkan pernah bisa terrealisasi karena kenyataan yang terjadi selanjutnya, layaknya nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terjadi, sekarang gilirannya untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan.

Dan Cahit memang tak bisa menghindar dari segala yang dituduhkan Yigit ketika itu. Terlebih bagi Cahit sendiri, tak usah Yigit memperjelas sangkaannya, sang kakak sepertinya juga sudah merasa bersalah karena membiarkan sang adik hampir kehilangan nyawa istrinya. Harapan Nazan untuk Cahit bisa merayu Yigit agar tidak terusir dari rumah perkebunan Kozan, musnah sudah. Karena malam itu, ternyata Yigit mengusir Cahit dan juga Nazan dari rumah. Seperti tak ada lagi garis darah yang memberatkan, justru Yigit tega melakukan itu kepada Cahit karena saking kecewanya dia terhadap sang kakak yang dianggapnya masih bisa ada di pihaknya. Tapi kenyataannya?? Hhmmm... Yigit... Andai boleh memilih, lebih baik kau menyuruh Ny Aytul saja untuk pergi selamanya dari rumahmu. Tak usah pakai ‘embel-embel pemberat’ dia adalah nenek dari Mert. Nenek macam apa yang di usia tuanya masih ‘kegirangan’ untuk berbuat licik dan jahat dengan yang lainnya, wwweew... Tapi ya sudahlah, lagi-lagi yang memanjangkan cerita adalah yang serba kebangetan dan kelewatan tadi... Siapa lagi di sini yang kebangetan dan kelewatannya ampun-ampunan selain Ny Aytul??! Iclal?? Hadddeh, anak manja ituuu... Wkwkwkwkkwkkk...

Lalu Nazan?? Hahha... Senyinyir apapun si keriting bahenol tersebut, dia tetaplah jongos dan cecunguk di mata Ny Aytul. Jongos sekaligus sekutu yang tak berhenti untuk saling menelikung. Nazan yang tak mau malu dan tercoreng muka sendirian di hadapan sang adik ipar, memaksa Ny Aytul untuk terus mengusahakan agar dia dan Cahit bisa segera kembali di rumah perkebunan Kozan. Dalangnya siapa, yang terusir siapa.... Bagi Nazan sang suruhan, berharap Ny Aytul juga harus bertanggung jawab dengan sikon dia dan Cahit. Bahkan mungkin bagi Nazan sendiri, lebih baik dia terus mendesak dan berkoordinasi dengan Ny Aytul dalam usaha untuk bisa kembali ke rumah megah, daripada mengharapkan suaminya, yang sepertinya  terima dengan lapang dada usiran Yigit dari rumah. Cahit yang  tertekan, merasa makin bersalah dan tak enak hati dengan sikon yang kala itu terjadi. Yigit yang pemarah serta Yigit yang sukar untuk memaafkan, Cahit sudah lebih dari hapal dengan watak dan karakter sang adik. Justru karena sudah begitu hapal tadi, mungkin pada akhirnya bagi Cahit sampai muncul keputusan untuk mengundurkan diri dari Kozan Otomotive. Sang kakak yang selama ini terlihat tenang dan nrimo karena terkondisikan justru sang adik yang lebih dominan segalanya dan sang kakak yang cenderung mengalah dan menjadi pendengar yang baik untuk sang adik karena sama-sama saling memahami, kl masing-masing sudah ada bagiannya sendiri-sendiri. Kini saatnya sang kakak mengambil salah satu keputusan berani sebagai penebus atas kesalahan yang sebenarnya tak ikut ia campur tangani. Cahit memilih untuk undur diri dari perusahaan yang ia pimpin bersama sang adik selama ini.

Yigit yang kala itu masih menyisakan kemarahan, menerima surat pengundurann diri dari Cahit dengan wajah yang gamang, bingung, tapi juga langsung paham kenapa sampai kemudian Cahit mengambil keputusan nekad tersebut. Tak banyak cakap ketika Yigit menerima surat itu selain kata, “Baiklah”. Setelahnya, hanya Yigit yang tahu bagaimana sebenarnya perasaannya saat itu. Yang terjadi, terjadilah. Toh tidak akan ada asap, jika tak ada api yang mengompori, xixixiii... Baru yang selanjutnya berikut, justru jadi ‘kompor’ yang luar biasa panas dan menyakitkan hati. Hahha... Elmas. Boro-boro memikirkan perasaan sang laki-laki selingkuhan, lari-berlari mengejar Cahit yang ketika itu serasa lunglai seusai menyerahkan surat pengunduran diri, sama sekali bukan bermaksud untuk menenangkan hati, melainkan mengingatkan akan tagihan-tagihan kredit dan sebagainya yang harusnya tetap jadi prioritas Cahit. Wkwkwkwkwkwkkk... Cahit..Cahit, betapa malangnya nasibmu... Bahkan selingkuhanmu sekarang lebih mengkhawatirkan tentang tagihan-tagihanmu seandainya kau jadi berhenti dari Kozan Otomotive. Owwwallah, Elmas..Elmas... Mana kenal kau cinta sejati, tahumu hanya uang, uang, dan uang. Menjual semata-mata gairah hanya untuk kecipratan uang yang berlimpah dari darah Kozan.


Tak cukup hanya Elmas yang mengejutkan, karena Cahit rupanya harus menerima kenyataan yang mengejutkan lainnya dalam seharian itu. Bukan lagi kasus kekerasan dalam rumah tangga seperti biasanya yang dilakukan suami kepada istrinya, Cahit siang itu di hotel tempatnya menginap untuk sementara bersama Nazan, malah hampir jadi korban kekerasan istrinya, wkwkwkwkwkkk.., hhhuuufftt... Nazan yang sedang sekuat hati melobi Ny Aytul untuk segera memulangkan dia ke rumah perkebunan Kozan, seperti berbalik ditampar ketika Cahit mengabarkan justru dia akan mengundurkan diri dari Kozan Otomotive. Tak perlu lagi malu-malu dan basa-basi, Nazan bahkan terlihat lebih ganas dari Elmas ketika memaki-maki Cahit. Tak cukup hanya omelan, bentakan, dan juga sumpah-serapah, bahkan karena saking terbawa kekalutan emosi, Nazan menyerang Cahit yang kala itu hanya bisa terduduk lesu dan membisu di tengah rentetan kemarahan istrinya. Sampai akhirnya dirasa keterlaluan, ketika kuku tangan Nazan melukai leher samping Cahit, laki-laki itu baru berreaksi dengan berusaha menangkis pukulan dan dorongan dari Nazan. Lagi-lagi kl urusannya uang, kekuasaan, dan keglamoran, segala malu seperti hancur-lebur tertutup gairah dan serakah yang tak ada habisnya. Cahit yang menikahi Nazan berdasarkan perasaan saling cinta, ternyata perempuan yang dinikahinya lama-lama hanya tergiur dengan uang dan gaya hidup kelas atas.

Tak ada bagi Cahit kisah, ketika istri tua matre dan galak luar biasa lanjut ke perempuan simpanan yang baik hati dan tidak mata duitan. Sungguh Cahit tidak beruntung untuk kedua-duanya, hahahaaa... Yang awalnya hanya sekadar permainan iseng-iseng lanjut ada sekadar uang jajan untuk pembayar lelah, malah Elmas sepertinya keterusan untuk memeras Cahit. Sementara Nazan, sepertinya dia tidak akan berubah dan akan terus menjadi duri dalam daging bagi suaminya sendiri. Menikah dengan cinta pun bukan jaminan di perjalanan akan mulus-mulus saja. Cahit dan Nazan juga Yigit dan Nur. Seperti sebuah lakon drama, dua-duanya pun disibukkan dengan kisah ‘sampingan’ yang penuh intrik. Hanya bedanya, Yigit memiliki Nur yang memang jelita dan penuh kasih dan Cahit hanya punya Nazan yang nyinyir dan tak tahu terima kasih. Yigit harus menghadapi Iclal yang stengah mati ingin ditinggalkan, sementara Cahit  terperangkap dengan Elmas yang ternyata busuknya tak kalah busuk dari istri yang tak henti mengecewakannya.

Akan tetapi, tetap saja Cahit yang paling menemui kemalangannya, terhimpit dan sesak di antara dua perempuan yang jauh dari harapannya. Cinta bagi perempuan tipe-tipe Nazan dan Elmas, tak lebih hanya seperti dongeng naif yang muluk-muluk, wkwkkwkwkkk... Cinta bagi perempuan-perempuannya Cahit itu tak bisa untuk membeli uang, perhiasan, atau bahkan untuk datang ke salon merawat rambut dan memanjakan badan. Cinta yang hanya cinta hanya Nur dan Yigit mungkin yang dapat memaknainya. Seringkali sakit dan bahkan terabaikan haknya, sepertinya hanya Nur saja yang cukup dengan cinta dan perhatian dari sumainya. Hahahaaa...  Tak ada yang tahu ke depan akan seperti apa dan terjadi apa, berharap Cahit pun bisa mendapatkan yang terbaik untuk kehidupannya. Cahit laki-laki yang baik dan dia tidak pantas untuk sekadar perempuan yang hanya matre dan tak tahu diri. Ketemu lagi Senin minggu depan ya, AVers... Have a great Wednesday. Salam hangat.
19.15.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_85 Holaaa, AVers... Edisi ‘Kamis Sesak’, remahan hadir kembali untuk menyapa semuanya... Masih masuk tengah pekan, tetap semangattt ya... Semoga apa yang direncanakan dan dikerjakan dalam minggu ini berjalan lancar. Sembari terus beraktivitas, saya sisipkan sekadar cerita flashback untuk sejenak melepas lelah di antara padatnya jadwal seharian ini. Kali ini flashbacknya akan menuju episode tujuh dari serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Mengambil sebuah kisah yang masih ada hubungannya dengan ‘Cemal Effect’. Bukan tentang Yigit dan Nur, tapi gilirannya Cahit Kozan yang akan kita bahas lagi untuk kesekian kalinya di remahan ini, via scene-scene yang saya cuplikkan di episode tujuh. Cahit yang sedang terpojok karena ulah licik yang dilakukan oleh Nazan kepada istri adiknya dan Cahit yang sedang terjebak dengan dua perempuan. Berawal dari rasa jenuh sekaligus kecewa dengan segala tingkah laku serta tindak-tanduk istrinya, kakak dari Yigit Kozan ini akhirnya justru masuk dalam perangkap Elmas. Entah awalnya hanya sekadar untuk pelarian having fun, tapi justru kelanjutannya hampir sama dengan yang sebelumnya, Cahit mengulang kisah harus berurusan dengan perempuan yang kurang lebih setali tiga uang dengan istri yang ada di rumah. Hhhheeeiisstt... Lagi-lagi, layaknya kutukan untuk laki-laki berdarah Kozan, kl sudah urusannya dengan perempuan berasa skandalnya tak kalah panas dengan Bill Clinton dan Monica Lewinsky, wkwkwkwkkkk... Yuk mari, kita mulai saja cerita tentang betapa makin sesaknya Cahit di antara dua perempuan mata duitan, yang tak lagi malu-malu dengan belangnya.

Seandainya Yigit ketika itu lebih tegas dan keras menyikapi, harusnya cukup Nazan atau justru Ny Aytul lah yang seharusnya disuruh pergi dari rumah perkebunan Kozan, seperti halnya Yigit mengusir Tayyar kala itu karena ketahuan menjadi kaki-tangan bagi Ny Aytul dan Nazan untuk menghadirkan Cemal sebagai teror buat Nur. Beruntung bagi Ny Aytul karena Yigit dengan akal sehatnya masih bisa berpikir tak mungkin dia berlaku kurang ajar dengan nenek dari anaknya, meski Ny Aytul juga bukan orang yang pantas untuk dikasih hati. Toh dalang tetaplah dalang, hukum yang berlaku biasanya sang dalang lebih berat daripada sang kaki tangan. Tapi ya sudahlah, karena ini bukan pengadilan, ya yang berlaku lagi-lagi perikemanusiaan konyol jilid kesekian, wwweew...

Beruntung bagi Ny Aytul, buntung justru untuk Cahit. Cahit yang sebenarnya sudah mengetahui tentang rencana persekongkolan jahat antara istrinya, Ny Aytul, dan juga Tayyar kepada Nur, tak kuasa untuk mengatakan apapun sampai akhirnya Yigit kemudian menyadari kl sang kakak ternyata sudah paham dengan sgala rencana jahat yang terjadi. Bermaksud ingin menengahi sekaligus menyelamatkan muka sang istri di hadapan Yigit yang kala itu sudang kepalang marah besar, justru Cahit terbongkar kedoknya sendiri dan tak bisa menghindar dari segala tuduhan sang adik. Seandainya Cahit juga bisa berpikir lebih panjang, seharusnya ketika dia sudah mencium kejahatan yang akan terjadi, segera saja dia mengkonfirmasikan ke Yigit agar bisa dicegah dan tidak sampai hampir membuat istri adiknya tewas dalam sebuah peristiwa kebakaran. Seandainya dan seandainya... Seandainya yang memang takkan pernah bisa terrealisasi karena kenyataan yang terjadi selanjutnya, layaknya nasi sudah menjadi bubur. Semua sudah terjadi, sekarang gilirannya untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatan.

Dan Cahit memang tak bisa menghindar dari segala yang dituduhkan Yigit ketika itu. Terlebih bagi Cahit sendiri, tak usah Yigit memperjelas sangkaannya, sang kakak sepertinya juga sudah merasa bersalah karena membiarkan sang adik hampir kehilangan nyawa istrinya. Harapan Nazan untuk Cahit bisa merayu Yigit agar tidak terusir dari rumah perkebunan Kozan, musnah sudah. Karena malam itu, ternyata Yigit mengusir Cahit dan juga Nazan dari rumah. Seperti tak ada lagi garis darah yang memberatkan, justru Yigit tega melakukan itu kepada Cahit karena saking kecewanya dia terhadap sang kakak yang dianggapnya masih bisa ada di pihaknya. Tapi kenyataannya?? Hhmmm... Yigit... Andai boleh memilih, lebih baik kau menyuruh Ny Aytul saja untuk pergi selamanya dari rumahmu. Tak usah pakai ‘embel-embel pemberat’ dia adalah nenek dari Mert. Nenek macam apa yang di usia tuanya masih ‘kegirangan’ untuk berbuat licik dan jahat dengan yang lainnya, wwweew... Tapi ya sudahlah, lagi-lagi yang memanjangkan cerita adalah yang serba kebangetan dan kelewatan tadi... Siapa lagi di sini yang kebangetan dan kelewatannya ampun-ampunan selain Ny Aytul??! Iclal?? Hadddeh, anak manja ituuu... Wkwkwkwkkwkkk...

Lalu Nazan?? Hahha... Senyinyir apapun si keriting bahenol tersebut, dia tetaplah jongos dan cecunguk di mata Ny Aytul. Jongos sekaligus sekutu yang tak berhenti untuk saling menelikung. Nazan yang tak mau malu dan tercoreng muka sendirian di hadapan sang adik ipar, memaksa Ny Aytul untuk terus mengusahakan agar dia dan Cahit bisa segera kembali di rumah perkebunan Kozan. Dalangnya siapa, yang terusir siapa.... Bagi Nazan sang suruhan, berharap Ny Aytul juga harus bertanggung jawab dengan sikon dia dan Cahit. Bahkan mungkin bagi Nazan sendiri, lebih baik dia terus mendesak dan berkoordinasi dengan Ny Aytul dalam usaha untuk bisa kembali ke rumah megah, daripada mengharapkan suaminya, yang sepertinya  terima dengan lapang dada usiran Yigit dari rumah. Cahit yang  tertekan, merasa makin bersalah dan tak enak hati dengan sikon yang kala itu terjadi. Yigit yang pemarah serta Yigit yang sukar untuk memaafkan, Cahit sudah lebih dari hapal dengan watak dan karakter sang adik. Justru karena sudah begitu hapal tadi, mungkin pada akhirnya bagi Cahit sampai muncul keputusan untuk mengundurkan diri dari Kozan Otomotive. Sang kakak yang selama ini terlihat tenang dan nrimo karena terkondisikan justru sang adik yang lebih dominan segalanya dan sang kakak yang cenderung mengalah dan menjadi pendengar yang baik untuk sang adik karena sama-sama saling memahami, kl masing-masing sudah ada bagiannya sendiri-sendiri. Kini saatnya sang kakak mengambil salah satu keputusan berani sebagai penebus atas kesalahan yang sebenarnya tak ikut ia campur tangani. Cahit memilih untuk undur diri dari perusahaan yang ia pimpin bersama sang adik selama ini.

Yigit yang kala itu masih menyisakan kemarahan, menerima surat pengundurann diri dari Cahit dengan wajah yang gamang, bingung, tapi juga langsung paham kenapa sampai kemudian Cahit mengambil keputusan nekad tersebut. Tak banyak cakap ketika Yigit menerima surat itu selain kata, “Baiklah”. Setelahnya, hanya Yigit yang tahu bagaimana sebenarnya perasaannya saat itu. Yang terjadi, terjadilah. Toh tidak akan ada asap, jika tak ada api yang mengompori, xixixiii... Baru yang selanjutnya berikut, justru jadi ‘kompor’ yang luar biasa panas dan menyakitkan hati. Hahha... Elmas. Boro-boro memikirkan perasaan sang laki-laki selingkuhan, lari-berlari mengejar Cahit yang ketika itu serasa lunglai seusai menyerahkan surat pengunduran diri, sama sekali bukan bermaksud untuk menenangkan hati, melainkan mengingatkan akan tagihan-tagihan kredit dan sebagainya yang harusnya tetap jadi prioritas Cahit. Wkwkwkwkwkwkkk... Cahit..Cahit, betapa malangnya nasibmu... Bahkan selingkuhanmu sekarang lebih mengkhawatirkan tentang tagihan-tagihanmu seandainya kau jadi berhenti dari Kozan Otomotive. Owwwallah, Elmas..Elmas... Mana kenal kau cinta sejati, tahumu hanya uang, uang, dan uang. Menjual semata-mata gairah hanya untuk kecipratan uang yang berlimpah dari darah Kozan.


Tak cukup hanya Elmas yang mengejutkan, karena Cahit rupanya harus menerima kenyataan yang mengejutkan lainnya dalam seharian itu. Bukan lagi kasus kekerasan dalam rumah tangga seperti biasanya yang dilakukan suami kepada istrinya, Cahit siang itu di hotel tempatnya menginap untuk sementara bersama Nazan, malah hampir jadi korban kekerasan istrinya, wkwkwkwkwkkk.., hhhuuufftt... Nazan yang sedang sekuat hati melobi Ny Aytul untuk segera memulangkan dia ke rumah perkebunan Kozan, seperti berbalik ditampar ketika Cahit mengabarkan justru dia akan mengundurkan diri dari Kozan Otomotive. Tak perlu lagi malu-malu dan basa-basi, Nazan bahkan terlihat lebih ganas dari Elmas ketika memaki-maki Cahit. Tak cukup hanya omelan, bentakan, dan juga sumpah-serapah, bahkan karena saking terbawa kekalutan emosi, Nazan menyerang Cahit yang kala itu hanya bisa terduduk lesu dan membisu di tengah rentetan kemarahan istrinya. Sampai akhirnya dirasa keterlaluan, ketika kuku tangan Nazan melukai leher samping Cahit, laki-laki itu baru berreaksi dengan berusaha menangkis pukulan dan dorongan dari Nazan. Lagi-lagi kl urusannya uang, kekuasaan, dan keglamoran, segala malu seperti hancur-lebur tertutup gairah dan serakah yang tak ada habisnya. Cahit yang menikahi Nazan berdasarkan perasaan saling cinta, ternyata perempuan yang dinikahinya lama-lama hanya tergiur dengan uang dan gaya hidup kelas atas.

Tak ada bagi Cahit kisah, ketika istri tua matre dan galak luar biasa lanjut ke perempuan simpanan yang baik hati dan tidak mata duitan. Sungguh Cahit tidak beruntung untuk kedua-duanya, hahahaaa... Yang awalnya hanya sekadar permainan iseng-iseng lanjut ada sekadar uang jajan untuk pembayar lelah, malah Elmas sepertinya keterusan untuk memeras Cahit. Sementara Nazan, sepertinya dia tidak akan berubah dan akan terus menjadi duri dalam daging bagi suaminya sendiri. Menikah dengan cinta pun bukan jaminan di perjalanan akan mulus-mulus saja. Cahit dan Nazan juga Yigit dan Nur. Seperti sebuah lakon drama, dua-duanya pun disibukkan dengan kisah ‘sampingan’ yang penuh intrik. Hanya bedanya, Yigit memiliki Nur yang memang jelita dan penuh kasih dan Cahit hanya punya Nazan yang nyinyir dan tak tahu terima kasih. Yigit harus menghadapi Iclal yang stengah mati ingin ditinggalkan, sementara Cahit  terperangkap dengan Elmas yang ternyata busuknya tak kalah busuk dari istri yang tak henti mengecewakannya.

Akan tetapi, tetap saja Cahit yang paling menemui kemalangannya, terhimpit dan sesak di antara dua perempuan yang jauh dari harapannya. Cinta bagi perempuan tipe-tipe Nazan dan Elmas, tak lebih hanya seperti dongeng naif yang muluk-muluk, wkwkkwkwkkk... Cinta bagi perempuan-perempuannya Cahit itu tak bisa untuk membeli uang, perhiasan, atau bahkan untuk datang ke salon merawat rambut dan memanjakan badan. Cinta yang hanya cinta hanya Nur dan Yigit mungkin yang dapat memaknainya. Seringkali sakit dan bahkan terabaikan haknya, sepertinya hanya Nur saja yang cukup dengan cinta dan perhatian dari sumainya. Hahahaaa...  Tak ada yang tahu ke depan akan seperti apa dan terjadi apa, berharap Cahit pun bisa mendapatkan yang terbaik untuk kehidupannya. Cahit laki-laki yang baik dan dia tidak pantas untuk sekadar perempuan yang hanya matre dan tak tahu diri. Ketemu lagi Senin minggu depan ya, AVers... Have a great Wednesday. Salam hangat.

Rabu, 27 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_84 Sampai di tengah pekan... Halo, AVers... Edisi ‘Rabu Rancu’ yaaa, remahan hadir kembali. Semoga hari ini tidak juga rancu dan salah-salah untuk para AVers semuanya, hehhe... Biarkan yang mengalami kerancuan dan salah-salah hanya Yigit seorang, cieeeee.., hhhuuufftt... Hu uh..hu uh... Hari ini kita akan mulai flashback lagi... Ingin melanjutkan penasaran tentang yang seharusnya ‘ingin disentuh’ dan ‘tak ingin disentuh’, wkwkwkwkwkkk... Maka mari kita membuka lagi episode dua serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia), mengenang kembali tentang perjalanan cinta Yigit dan Nur yang masih serba salah dan rikuh di sana-sini. Perjalanan cinta yang di awalnya terasa begitu cepat, mulus, dan meyakinkan. Terlepas di belakangnya Yigit masih menyimpan satu rahasia besar dari Nur tentang status dirinya yang sebenarnya dan juga pernikahan yang sebelumnya, Yigit akhirnya berhasil menambatkan cintanya kepada Nur dengan satu keyakinan, untuk kali ini adalah yang benar-benar kuinginkan dan selamanya. Oleh karena itu, tak butuh waktu lama untuk Yigit memutuskan bahwa ia harus segera menikahi Nur. Cinta yang saat itu untuk pertama kalinya Yigit rasakan, tak sanggup untuk melawan ketakutan, bahwa ia memang sangat ketakutan untuk kehilangan Nur. Takut seandainya Nur sewaktu-waktu akan meninggalkannya, takut andaikata Nur akan menemukan laki-laki lain selain dirinya dan Yigit tidak akan bisa lagi menemukan yang seindah Nur, takut akan masa depan yang akan kembali suram jika ia tetap bertahan dengan yang di sisinya saat itu. Maka itu, ketika segala ketakutan terakumulasi, sedemikian hingga berubah menjadi keberanian yang terbilang nekad. Hahha... Mungkin karena selama enam tahun pasrah hidup dalam dikte dan tekanan yang begitu menyesakkan, ketika pada saatnya menemukan momentum untuk lepas dari segala yang tidak dikehendaki, semuanya berasa lapang dan ‘halal’ ya, Yigit yaa....

Berasa seperti sudah jodoh saja ketika akhirnya segala yang ditakutkan Yigit diaamiinkan juga oleh Nur. Nur yang awal-awalnya juga takut untuk memercayakan cinta dan perasaannya kepada Yigit, justru berubah jadi penyemangat bagi Yigit untuk memantabkan kisah cintanya, melawan segala keraguan akan cinta yang selama ini tak ada dalam kamus seorang Yigit Kozan, dan bersama-sama berjanji untuk saling memiliki. Nur yang periang dan penuh kasih bagai setitik embun untuk Yigit yang luar biasa kaku dan keras hati. Nur yang penyabar dan pengertian dipandang sepadan untuk mengatasi keras kepala dan penuh kuasanya Yigit. Hhmmm.. Memang kl sudah jodoh, dari segi mana pun  kita melihatnya, bawaannya enak saja. Satu ganteng, satunya jelita. Satunya pemurung, satu lagi ramah dan murah senyum. Yang satu luar biasa pemarah dan kaku, satunya di sana begitu penyabar dan fleksibel. Ya itulah gambaran Yigit dan Nur di awal-awal kisah indah mereka. Penuh kebahagiaan dan harapan. Terlebih untuk Yigit yang hidupnya sebelum bertemu Nur berasa suram dan monoton. Hanya kerja, kerja, dan kerja. Sejenak memalingkan pandangan dari kertas-kertas berisikan kontrak-kontrak perusahaan, Yigit hanya mencurahkannya untuk Mert, anak semata wayangnya dari pernikahannya dengan Iclal. Untuk yang lain-lain, bahkan urusan anggota keluarganya yang diam-diam tak henti untuk menggerogoti dan menusuknya dari belakang, Yigit tak begitu mau ambil pusing. Toh pada akhirnya dia sang pemegang kuasa, terserah mau diakali habis-habisan di belakang, semuanya tak bisa lepas-bebas dari penghakiman Yigit Kozan.

Namun semuanya berubah sejak kehadiran Nur di rumah perkebunan Kozan. Nur yang kembali menghidupkan suasana dan ruang-ruang di hatinya, Nur yang mata hijau indahnya tak habis dikagumi oleh Yigit.. Ahh Iclal bersiap-siaplah makin membeku di pembaringan komamu, wwweew... Bukan salah Yigit juga untuk membuat Iclal makin menderita dengan komanya... Kesalahan Yigit yang mungkin akan terus disesali adalah menerima bujukan sang bibi untuk menikahi anak perempuannya. Anak perempuan yang ternyata tak kunjung menjadi dewasa meskipun dia sudah berhasil memerangkap Yigit dalam sebuah pernikahan yang berjalan buruk. Anak perempuan yang terbukti hanya bisa memberi kerepotan dan kesakitan bagi Yigit meski sudah ada anak hadir di antara mereka berdua. Anak yang harusnya bisa menyelamatkan kebahagiaan orang tuanya, seperti tak bisa apa-apa karena pada dasarnya sang ibu yang tidak menghendaki kehadirannya. Iclal yang tak pernah bisa dewasa dengan cinta dan pernikahannya, berbeda dengan Yigit yang masih bisa mencurahkan segala kasih sayangnya untuk Mert. Bahkan kl Yigit mau, biasa saja dia pergi meninggalkan keduanya, toh mereka berdua hadir bukan dalam kesadaran dan kerelaan atas nama cinta. Tapi anak tetaplah anak, dia tidak minta dilahirkan, tapi ketika dia sudah hadir, dia adalah titipan dari Tuhan yang wajib dijaga dengan keseluruhan jiwa.

Hingga ketika Nur yang memikat Yigit ternyata bisa menyatu juga dengan Mert, hati Yigit semakin tidak mampu untuk menolak kehadiran Nur. Dari hal itu saja Nur sudah bisa membuat garis perbedaan yang kontras dengan Iclal, di mata Yigit. Iclal yang tak pernah dewasa dan Iclal yang tak pernah dicintai Yigit, sungguh jauh sekali dengan Nur yang pengertian, sabar, dan terbuka dengan masa lalu Yigit dan juga keberadaan Mert. Mert yang bukan anaknya, tak menghalangi Nur untuk menyayangi Mert layaknya ibu dan anaknya sendiri. Pun dia tahu Mert masih begitu terobsesi dengan kehadiran ibu kandungnya, Nur terbilang pintar dan fleksibel untuk bisa memposisikan diri di depan Mert. Eeeeeeyyyyaaa... Sang anak makin cocok dengan teman baru jelitanya, begitu juga dengan sang ayah yang tak kuasa untuk menghindar dari pesona teman baru anaknya yang memesona itu. Hahha...

Akhirnya, Yigit memilih untuk segera meresmikan hubungan cintanya dengan Nur lewat pernikahan. Yigit merasa, Nur tak perlu tahu dulu untuk segala sepak-terjangnya membereskan segala persoalan yang membelitnya, yang belum diketahui oleh Nur. Yigit mungkin saat itu hanya berpikir, yang penting dia sudah membereskan segala urusannya dengan Iclal. Jadi entah kapan Iclal akan sadar atau bahkan akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi, Yigit sudah jelas statusnya ketika menikahi Nur kemudian. Yigit tak ingin poligami karena memang yang dia cintai hanya Nur. Yigit juga tak mau terkesan mencampakkan Iclal, tapi lambat-laun keadilan juga mesti diperjuangkan. Yigit yang dari awal pernikahannya dengan Iclal menganggap bahwa ia korban dari kelicikan bibinya, saat itu seperti berasa impas ketika berhasil mengelabuhi bibinya untuk menandatangani surat kuasa cerai di antara tumpukan lembaran surat-surat yang harus ditandatangani oleh Ny Aytul. Satu sama, Ny Aytul... Keponakanmu bukan bermaksud kurang ajar kepadamu... Dia hanya telah tersadar, kl kebahagiaan yang selama ini ia cari, sudah ada di depan mata, pantang untuk dibiarkan pergi dan berlalu begitu saja. Meski terkesan penuh intrik dan tipu muslihat yang bakalannya nanti ribet ke depannya, tapi setidak-tidaknya Yigit sudah berhasil lepas dari satu persoalan. Akan muncul persoalan berikutnya yang lebih pelik dan menyakitkan hati?? Ahh, mana ada hidup lepas dari masalah... No pain, no gain... Life must go on!!!

Surat cerai berhasil ditandatangani, perceraian sudah sah terjadi antara Yigit dan Iclal, saatnya berganti untuk Yigit Kozan menjadi suami bagi Nur Demira. Selamat datang, pengantin baru!!! Selamat datang cinta, kebahagiaan, dan juga masalah-masalah baru. Cintaaaaaa... Bahkan malam itu bungamu belum terpetik dari tangkainya... Bahkan gaun pengantin itu belum sempat terlepas dari tubuh Nur yang semampai... Datang ke rumah perkebunan Kozan dengan wajah penuh ketakutan, meski tangan tergandeng kuat oleh suami di sebelahnya, berasa Nur seperti masuk ke kandang kawanan singa ketika harus menghadapi keluarga besar Yigit yang terkaget-kaget dengan kisah pernikahan mereka. Harusnya ketika Yigit dan Nur memasuki kamar pengantin mereka, Yigit tak lagi keluar sendirian, sampai matahari pagi menjelang, hingga esoknya dia bersama sang istri seharusnya bisa bersama-sama menyapa keluarga. Tapi karena mereka pasangan pengantin yang ‘spesial’, maka Yigit terpaksa meninggalkan Nur sendirian di kamar untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya di hadapan keluarga, dengan janji, “... Percayalah padaku, Nur..semua akan baik-baik saja...”.

Baik-baik saja, kelak perkataan itu akan jadi trauma tersendiri bagi Nur. Karena yang baik-baik saja tersebut ternyata langsung terhapus maknanya lewat bunyi dering telepon di jas pengantin Yigit yang tak sempat terbawa oleh sang suami ketika menuju ruang keluarga. Sekelumit kabar, selautan derita yang kemudian siap menghadang... “... Tuan Yigit, istrimu sadar dari koma...”, berkali-kali ucapan dari seseorang di seberang telepon terdengar di telinga Nur, seketika itu juga air mata membanjir, penuh kesakitan di hati dan juga tanda tanya. Segera Nur berlari menyusul sang suami yang tengah kalut dan emosi meyakinkan tentang cinta dan pernikahan mereka, di depan anggota Keluarga Kozan. Yigit seolah-olah rasanya seperti terkena gempuran meriam, ketika mendapati Nur menyerahkan telpon genggamnya yang mengabarkan kl Iclal telah sadar dari koma. Ya Tuhannnnn...

Persoalannya bukan lagi Yigit yang telah resmi menceraikan Iclal tanpa sepengetahuan Nur, tapi seketika menjadi bertumpuk-tumpuk konflik karena yang seharusnya Yigit punya waktu untuk menjelaskan pelan-pelan kondisi sebenarnya kepada Nur, mendadak malahan sekarang ia layaknya pembual bodoh yang tak bertanggung jawab dengan istri yang baru dinikahinya. Ingin rasanya Nur berteriak sambil mencakar-cakar Yigit malam itu, tapi bahkan itu pun tak sempat dilakukannya karena Yigit diminta untuk lekas datang ke rumah sakit menengok Iclal yang sudah sadar dari koma tiga tahunnya. Bukan hanya bulan madu rupanya yang tinggal impian, bahkan untuk marah meluapkan sakit hatinya, Nur seperti tidak beroleh kesempatan.

Yigit yang malam itu harusnya hanya bersiap untuk kehadiran istri barunya, malah dihadapkan dengan kenyataan kl dia harus menyapa dan bertemu lagi dengan perempuan yang paling dibencinya. Dan lihatlah Yigit ketika akhirnya bertemu dan mendapati Iclal yang telah membuka kembali matanya setelah selama tiga tahun koma... Yigit tampak tertegun bingung, seperti halnya baru melihat orang asing di hadapannya... Hanya “Iclal” yang sanggup ia lontarkan dari mulutnya ketika Iclal menyapa di antara kondisi lemas dan tak berdayanya, sambil ingin meraih tangan Yigit yang saat itu sudah memakai cincin pernikahannya yang baru. Duh, Yigit... Andai dia harus memilih, tangan itu harusnya hanya Nur saja yang boleh meraih dan menggenggam erat. Bukan Iclal!!! Bukan saja genggaman tangan yang tak diharapkan, bahkan ketika Yigit melihat Iclal, tak habisnya laki-laki itu masih dalam keadaan antara syok, bingung, dan linglung. Kenapa kau pintar sekali memilih waktu sadarmu, Iclal?!! Hadddeh...

 
Yang tak ingin disentuh, beranjak menyentuh, yang begitu ingin disentuh, seketika mulai menjauh dan tak sudi untuk disentuh lagi. Itulah gambaran pagi di kamar pengantin Yigit dan Nur. Semalaman di rumah sakit, Yigit tak sabar untuk segera kembali ke rumah, menemui mempelainya yang bahkan belum sempat  menanggalkan gaun pengantinnya. Ingin segera berbicara, meluruskan segala kesalahpahaman, membuka semua tabir rahasia, ahh tapi sang istri terlihat masih tertidur cantik di kursi panjang. Yigit tak putus untuk mengagumi Nur di antara wajah penuh gurat penyesalan, sambil terus membelai rambut sang istri dengan sorot mata yang penuh rindu dan juga merasa bersalah. Sejenak kemudian sang istri mulai terbangun dari tidurnya, sesaat itu juga yang ditakutkan Yigit terjadi juga. Yang begitu ingin disentuh setengah mati, mulai detik itu akhirnya justru begitu sulit dijangkau. Cincin berlain tanda cinta dari sang suami pun akhirnya harus terbuang juga. Sampai kau akan menjelaskan yang sejelas-jelasnya, Yigit... Sampai Nur akhirnya bisa menerima alasan kebohonganmu dan menjadi pengertiannya. Teruslah berjuang dan menggapai selama ada cinta di hati yang terus terpelihara. Meski saat itu masih terbelenggu, tapi aura cinta takkan tertutup oleh apapun juga. Have a nice Wednesday, AVers... Salam hangat.


18.29.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_84 Sampai di tengah pekan... Halo, AVers... Edisi ‘Rabu Rancu’ yaaa, remahan hadir kembali. Semoga hari ini tidak juga rancu dan salah-salah untuk para AVers semuanya, hehhe... Biarkan yang mengalami kerancuan dan salah-salah hanya Yigit seorang, cieeeee.., hhhuuufftt... Hu uh..hu uh... Hari ini kita akan mulai flashback lagi... Ingin melanjutkan penasaran tentang yang seharusnya ‘ingin disentuh’ dan ‘tak ingin disentuh’, wkwkwkwkwkkk... Maka mari kita membuka lagi episode dua serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia), mengenang kembali tentang perjalanan cinta Yigit dan Nur yang masih serba salah dan rikuh di sana-sini. Perjalanan cinta yang di awalnya terasa begitu cepat, mulus, dan meyakinkan. Terlepas di belakangnya Yigit masih menyimpan satu rahasia besar dari Nur tentang status dirinya yang sebenarnya dan juga pernikahan yang sebelumnya, Yigit akhirnya berhasil menambatkan cintanya kepada Nur dengan satu keyakinan, untuk kali ini adalah yang benar-benar kuinginkan dan selamanya. Oleh karena itu, tak butuh waktu lama untuk Yigit memutuskan bahwa ia harus segera menikahi Nur. Cinta yang saat itu untuk pertama kalinya Yigit rasakan, tak sanggup untuk melawan ketakutan, bahwa ia memang sangat ketakutan untuk kehilangan Nur. Takut seandainya Nur sewaktu-waktu akan meninggalkannya, takut andaikata Nur akan menemukan laki-laki lain selain dirinya dan Yigit tidak akan bisa lagi menemukan yang seindah Nur, takut akan masa depan yang akan kembali suram jika ia tetap bertahan dengan yang di sisinya saat itu. Maka itu, ketika segala ketakutan terakumulasi, sedemikian hingga berubah menjadi keberanian yang terbilang nekad. Hahha... Mungkin karena selama enam tahun pasrah hidup dalam dikte dan tekanan yang begitu menyesakkan, ketika pada saatnya menemukan momentum untuk lepas dari segala yang tidak dikehendaki, semuanya berasa lapang dan ‘halal’ ya, Yigit yaa....

Berasa seperti sudah jodoh saja ketika akhirnya segala yang ditakutkan Yigit diaamiinkan juga oleh Nur. Nur yang awal-awalnya juga takut untuk memercayakan cinta dan perasaannya kepada Yigit, justru berubah jadi penyemangat bagi Yigit untuk memantabkan kisah cintanya, melawan segala keraguan akan cinta yang selama ini tak ada dalam kamus seorang Yigit Kozan, dan bersama-sama berjanji untuk saling memiliki. Nur yang periang dan penuh kasih bagai setitik embun untuk Yigit yang luar biasa kaku dan keras hati. Nur yang penyabar dan pengertian dipandang sepadan untuk mengatasi keras kepala dan penuh kuasanya Yigit. Hhmmm.. Memang kl sudah jodoh, dari segi mana pun  kita melihatnya, bawaannya enak saja. Satu ganteng, satunya jelita. Satunya pemurung, satu lagi ramah dan murah senyum. Yang satu luar biasa pemarah dan kaku, satunya di sana begitu penyabar dan fleksibel. Ya itulah gambaran Yigit dan Nur di awal-awal kisah indah mereka. Penuh kebahagiaan dan harapan. Terlebih untuk Yigit yang hidupnya sebelum bertemu Nur berasa suram dan monoton. Hanya kerja, kerja, dan kerja. Sejenak memalingkan pandangan dari kertas-kertas berisikan kontrak-kontrak perusahaan, Yigit hanya mencurahkannya untuk Mert, anak semata wayangnya dari pernikahannya dengan Iclal. Untuk yang lain-lain, bahkan urusan anggota keluarganya yang diam-diam tak henti untuk menggerogoti dan menusuknya dari belakang, Yigit tak begitu mau ambil pusing. Toh pada akhirnya dia sang pemegang kuasa, terserah mau diakali habis-habisan di belakang, semuanya tak bisa lepas-bebas dari penghakiman Yigit Kozan.

Namun semuanya berubah sejak kehadiran Nur di rumah perkebunan Kozan. Nur yang kembali menghidupkan suasana dan ruang-ruang di hatinya, Nur yang mata hijau indahnya tak habis dikagumi oleh Yigit.. Ahh Iclal bersiap-siaplah makin membeku di pembaringan komamu, wwweew... Bukan salah Yigit juga untuk membuat Iclal makin menderita dengan komanya... Kesalahan Yigit yang mungkin akan terus disesali adalah menerima bujukan sang bibi untuk menikahi anak perempuannya. Anak perempuan yang ternyata tak kunjung menjadi dewasa meskipun dia sudah berhasil memerangkap Yigit dalam sebuah pernikahan yang berjalan buruk. Anak perempuan yang terbukti hanya bisa memberi kerepotan dan kesakitan bagi Yigit meski sudah ada anak hadir di antara mereka berdua. Anak yang harusnya bisa menyelamatkan kebahagiaan orang tuanya, seperti tak bisa apa-apa karena pada dasarnya sang ibu yang tidak menghendaki kehadirannya. Iclal yang tak pernah bisa dewasa dengan cinta dan pernikahannya, berbeda dengan Yigit yang masih bisa mencurahkan segala kasih sayangnya untuk Mert. Bahkan kl Yigit mau, biasa saja dia pergi meninggalkan keduanya, toh mereka berdua hadir bukan dalam kesadaran dan kerelaan atas nama cinta. Tapi anak tetaplah anak, dia tidak minta dilahirkan, tapi ketika dia sudah hadir, dia adalah titipan dari Tuhan yang wajib dijaga dengan keseluruhan jiwa.

Hingga ketika Nur yang memikat Yigit ternyata bisa menyatu juga dengan Mert, hati Yigit semakin tidak mampu untuk menolak kehadiran Nur. Dari hal itu saja Nur sudah bisa membuat garis perbedaan yang kontras dengan Iclal, di mata Yigit. Iclal yang tak pernah dewasa dan Iclal yang tak pernah dicintai Yigit, sungguh jauh sekali dengan Nur yang pengertian, sabar, dan terbuka dengan masa lalu Yigit dan juga keberadaan Mert. Mert yang bukan anaknya, tak menghalangi Nur untuk menyayangi Mert layaknya ibu dan anaknya sendiri. Pun dia tahu Mert masih begitu terobsesi dengan kehadiran ibu kandungnya, Nur terbilang pintar dan fleksibel untuk bisa memposisikan diri di depan Mert. Eeeeeeyyyyaaa... Sang anak makin cocok dengan teman baru jelitanya, begitu juga dengan sang ayah yang tak kuasa untuk menghindar dari pesona teman baru anaknya yang memesona itu. Hahha...

Akhirnya, Yigit memilih untuk segera meresmikan hubungan cintanya dengan Nur lewat pernikahan. Yigit merasa, Nur tak perlu tahu dulu untuk segala sepak-terjangnya membereskan segala persoalan yang membelitnya, yang belum diketahui oleh Nur. Yigit mungkin saat itu hanya berpikir, yang penting dia sudah membereskan segala urusannya dengan Iclal. Jadi entah kapan Iclal akan sadar atau bahkan akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi, Yigit sudah jelas statusnya ketika menikahi Nur kemudian. Yigit tak ingin poligami karena memang yang dia cintai hanya Nur. Yigit juga tak mau terkesan mencampakkan Iclal, tapi lambat-laun keadilan juga mesti diperjuangkan. Yigit yang dari awal pernikahannya dengan Iclal menganggap bahwa ia korban dari kelicikan bibinya, saat itu seperti berasa impas ketika berhasil mengelabuhi bibinya untuk menandatangani surat kuasa cerai di antara tumpukan lembaran surat-surat yang harus ditandatangani oleh Ny Aytul. Satu sama, Ny Aytul... Keponakanmu bukan bermaksud kurang ajar kepadamu... Dia hanya telah tersadar, kl kebahagiaan yang selama ini ia cari, sudah ada di depan mata, pantang untuk dibiarkan pergi dan berlalu begitu saja. Meski terkesan penuh intrik dan tipu muslihat yang bakalannya nanti ribet ke depannya, tapi setidak-tidaknya Yigit sudah berhasil lepas dari satu persoalan. Akan muncul persoalan berikutnya yang lebih pelik dan menyakitkan hati?? Ahh, mana ada hidup lepas dari masalah... No pain, no gain... Life must go on!!!

Surat cerai berhasil ditandatangani, perceraian sudah sah terjadi antara Yigit dan Iclal, saatnya berganti untuk Yigit Kozan menjadi suami bagi Nur Demira. Selamat datang, pengantin baru!!! Selamat datang cinta, kebahagiaan, dan juga masalah-masalah baru. Cintaaaaaa... Bahkan malam itu bungamu belum terpetik dari tangkainya... Bahkan gaun pengantin itu belum sempat terlepas dari tubuh Nur yang semampai... Datang ke rumah perkebunan Kozan dengan wajah penuh ketakutan, meski tangan tergandeng kuat oleh suami di sebelahnya, berasa Nur seperti masuk ke kandang kawanan singa ketika harus menghadapi keluarga besar Yigit yang terkaget-kaget dengan kisah pernikahan mereka. Harusnya ketika Yigit dan Nur memasuki kamar pengantin mereka, Yigit tak lagi keluar sendirian, sampai matahari pagi menjelang, hingga esoknya dia bersama sang istri seharusnya bisa bersama-sama menyapa keluarga. Tapi karena mereka pasangan pengantin yang ‘spesial’, maka Yigit terpaksa meninggalkan Nur sendirian di kamar untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya di hadapan keluarga, dengan janji, “... Percayalah padaku, Nur..semua akan baik-baik saja...”.

Baik-baik saja, kelak perkataan itu akan jadi trauma tersendiri bagi Nur. Karena yang baik-baik saja tersebut ternyata langsung terhapus maknanya lewat bunyi dering telepon di jas pengantin Yigit yang tak sempat terbawa oleh sang suami ketika menuju ruang keluarga. Sekelumit kabar, selautan derita yang kemudian siap menghadang... “... Tuan Yigit, istrimu sadar dari koma...”, berkali-kali ucapan dari seseorang di seberang telepon terdengar di telinga Nur, seketika itu juga air mata membanjir, penuh kesakitan di hati dan juga tanda tanya. Segera Nur berlari menyusul sang suami yang tengah kalut dan emosi meyakinkan tentang cinta dan pernikahan mereka, di depan anggota Keluarga Kozan. Yigit seolah-olah rasanya seperti terkena gempuran meriam, ketika mendapati Nur menyerahkan telpon genggamnya yang mengabarkan kl Iclal telah sadar dari koma. Ya Tuhannnnn...

Persoalannya bukan lagi Yigit yang telah resmi menceraikan Iclal tanpa sepengetahuan Nur, tapi seketika menjadi bertumpuk-tumpuk konflik karena yang seharusnya Yigit punya waktu untuk menjelaskan pelan-pelan kondisi sebenarnya kepada Nur, mendadak malahan sekarang ia layaknya pembual bodoh yang tak bertanggung jawab dengan istri yang baru dinikahinya. Ingin rasanya Nur berteriak sambil mencakar-cakar Yigit malam itu, tapi bahkan itu pun tak sempat dilakukannya karena Yigit diminta untuk lekas datang ke rumah sakit menengok Iclal yang sudah sadar dari koma tiga tahunnya. Bukan hanya bulan madu rupanya yang tinggal impian, bahkan untuk marah meluapkan sakit hatinya, Nur seperti tidak beroleh kesempatan.

Yigit yang malam itu harusnya hanya bersiap untuk kehadiran istri barunya, malah dihadapkan dengan kenyataan kl dia harus menyapa dan bertemu lagi dengan perempuan yang paling dibencinya. Dan lihatlah Yigit ketika akhirnya bertemu dan mendapati Iclal yang telah membuka kembali matanya setelah selama tiga tahun koma... Yigit tampak tertegun bingung, seperti halnya baru melihat orang asing di hadapannya... Hanya “Iclal” yang sanggup ia lontarkan dari mulutnya ketika Iclal menyapa di antara kondisi lemas dan tak berdayanya, sambil ingin meraih tangan Yigit yang saat itu sudah memakai cincin pernikahannya yang baru. Duh, Yigit... Andai dia harus memilih, tangan itu harusnya hanya Nur saja yang boleh meraih dan menggenggam erat. Bukan Iclal!!! Bukan saja genggaman tangan yang tak diharapkan, bahkan ketika Yigit melihat Iclal, tak habisnya laki-laki itu masih dalam keadaan antara syok, bingung, dan linglung. Kenapa kau pintar sekali memilih waktu sadarmu, Iclal?!! Hadddeh...

 
Yang tak ingin disentuh, beranjak menyentuh, yang begitu ingin disentuh, seketika mulai menjauh dan tak sudi untuk disentuh lagi. Itulah gambaran pagi di kamar pengantin Yigit dan Nur. Semalaman di rumah sakit, Yigit tak sabar untuk segera kembali ke rumah, menemui mempelainya yang bahkan belum sempat  menanggalkan gaun pengantinnya. Ingin segera berbicara, meluruskan segala kesalahpahaman, membuka semua tabir rahasia, ahh tapi sang istri terlihat masih tertidur cantik di kursi panjang. Yigit tak putus untuk mengagumi Nur di antara wajah penuh gurat penyesalan, sambil terus membelai rambut sang istri dengan sorot mata yang penuh rindu dan juga merasa bersalah. Sejenak kemudian sang istri mulai terbangun dari tidurnya, sesaat itu juga yang ditakutkan Yigit terjadi juga. Yang begitu ingin disentuh setengah mati, mulai detik itu akhirnya justru begitu sulit dijangkau. Cincin berlain tanda cinta dari sang suami pun akhirnya harus terbuang juga. Sampai kau akan menjelaskan yang sejelas-jelasnya, Yigit... Sampai Nur akhirnya bisa menerima alasan kebohonganmu dan menjadi pengertiannya. Teruslah berjuang dan menggapai selama ada cinta di hati yang terus terpelihara. Meski saat itu masih terbelenggu, tapi aura cinta takkan tertutup oleh apapun juga. Have a nice Wednesday, AVers... Salam hangat.


Selasa, 26 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_83 Heylo, AVers... Kembali edisi remahan menyapa, semoga semuanya dalam keadaan yang baik-baik saja yaaa... Masih di awal pekan, Selasa kali ini gilirannya flashback akan mengulas kembali salah satu scene yang ada di episode tujuh drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Scene yang sebenarnya lucu sieee, tapi karena di dalamnya melibatkan Yigit Kozan dan istrinya, maka jatuhnya akan selalu ironis yang romantis, hahahaaa... Bukan lucu yang bagaimana-bagaimana, tapi lucu karena kesannya Nur jadi semakin kerepotan dan kalang-kabut karena mesti menghadapi tingkah suami yang begitu takut kehilangan dirinya. Cieeeeh.., segitunya yaaa... Ahh, lagi-lagi kita akan menyinggung tentang Haidar... Si laki-laki yang berwajah dan bertipikal ‘sederhana’, tapi karena saking puber dan baperrr nya, Haidar justru jadi berasa musuh bebuyutan bagi seorang Yigit Kozan yang berwajah dan bertipikal ‘bintang lima’, wkwkwkwkkk... Yigit Kozan yang seumur-umur belum pernah merasakan cinta dan cemburu karena hidupnya  hampir saja dihabiskan untuk membenci seorang istri yang tak pernah diinginkannya, ketika akhirnya cinta dan cemburu benar-benar dirasakannya sendiri, kenapa justru jatuhnya jadi kekonyolan yaaa?!! Hahha... Belum lama masalah Cemal yang gila bin ajaib berlalu, kemudian berganti dengan Haidar yang sebenarnya sepele dan biasa saja, Yigit kembali mengulang kisah cemburu yang seolah-olah tidak pada porsinya untuk dia harus benar-benar untuk merasa takut dan kegerahan. Saking sayangnya kepada istri, saking takut kehilangannya, justru tampak oleh kita yang melihatnya berasa, ya Tuhan istrinya Nur ini... Seakan-akan makin mengesahkan salah satu lirik dalam lagunya Agnes Monica, “... Cinta ini..kadang-kadang tak ada logika...”, wkwkwkwkkk... Ya karena kl dilogika, akan makin kelihatan Yigit Kozan ketika mati-matian mencemburui seorang Cemal, lalu kemudian Haidar, berasa ‘lebay-badai’, hhhaah... Tapi karena yang sedang ‘lebay-badai’ adalah seorang ganteng yang pubernya terlewat, jadi bagi saya ulah cemburunya Yigit tetap sesuatuhhh... Sesuatuhhh yang makin memerlihatkan kl Yigit memang tak bisa kl tidak bersama Nur... Yuk mari mulai bercerita tentang  Yigit yang kali ini mesti menghadapi Haidar dan bagaimana sang istri menyikapi kecemburuan dan ketidaksabaran suaminya...

Nasib kl pernikahan dirahasiakan, bahkan ketika harus menjalani ‘akting’ dalam keseharian, berasa tak jauh beda dengan aktor-aktris kelas Oscar ketika mereka melakukan pekerjaannya... Kelihatannya saja tidak ada apa-apa, padahal di baliknya ada apa-apanya yang mesti harus disimpan dan ditutup rapat-rapat. Nasib juga yang akhirnya justru membawa kepada sebuah resiko-resiko yang cukup riskan untuk kemudian silih-berganti harus dihadapi oleh Yigit dan Nur sebagai suami-istri sembunyi-sembunyi. Serasa ingin menjerit dan berteriak juga kl yang seharusnya Yigit bisa dengan bangga mengakui bahwa yang tercantik, yang sekarang sudah dikontrak mati sebagai istri, justru terpaksa jadi diam dan membisu karena sesuai ‘perjanjian perikemanusiaan konyol’, yang sekarang sah menjadi istri harus`menunggu giliran untuk sampai pada akhirnya diakui secara terang-terangan. Begitu juga dengan yang dialami Nur, dari mulai membiasakan diri dengan kemesraan-kemesraan sang suami dengan mantan istrinya, sampai kemudian sang bibi yang akhirnya tiba waktunya untuk menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki, semuanya berasa ironis. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan apa yang dilakukan Hafize untuk Nur ketika akhirnya kemudian hadir Haidar dalam usaha perjodohannya dengan Nur, toh memang Hafize tidak tahu dengan status Nur sekarang. Yang salah lagi-lagi adalah perikemanusiaan konyolnya, yang membuat seolah-olah Yigit dan Nur berada dalam sikon stagnan yang yang menyakitkan.


Ketika pada akhirnya Nur dikira sebagai keponakan yang pembangkang, tidak mau menuruti apa kata sang bibi karena menolak perjodohan yang sudah diatur sang bibi dengan temannya, Nur hanya bisa pasrah sembari terus berpikir bagaimana caranya menghindar dari perjodohan yang tak dikehendakinya tersebut. Belum lagi harus menghadapi kemarahan dan ketidaksabaran Yigit karena cemburu istrinya akan diambil istri oleh laki-laki lain (sumpahhh, meski berulang kali mesti menulis review tentang Yigit yang sewot karena Nur yang dilamar oleh laki-laki lain, rasanya selalu ingin tertawa..tak ada bosannya melihat sikon yang cukup menggelikan ini, wkwkwkwkkk), Nur rasanya seperti ingin segera mengiyakan permintaan suaminya saja, supaya pernikahan mereka segera diberitahukan kepada Keluarga Tayyar. Ya suami mana yang tidak kebat-kebit plus kebakaran jenggot melihat istrinya malah ingin diperistri laki-laki lain, wkwkwkwkwkkk... Lakon macam apa coba yang ingin dimainkan oleh Yigit dan Nur??! Kl tidak gara-gara Iclal yang malang, tapi tak tahu diri, bahkan mungkin Yigit sudah lari dari jauh-jauh hari dengan membawa Nur dan Mert, demi mereka tidak harus berpura-pura lagi dengan kebahagiaan yang dimiliki... Dasarrr..dasarrr...

Tapi rupanya, ‘sandiwara’ yang dimainkan masih harus berpanjang cerita dan  melebar kesana-kemari. Resiko yang harus dihadapi juga menjadi semakin beragam dengan tingkat antisipasi yang harus dua kali lebih cerdik dan ‘licin’ untuk berkelit menyembunyikan rahasia di baliknya. Sungguh makin bingung jadinya ketika selain menghadapi penolakan dari Nur tentang perjodohan dengan Haidar, ternyata Hafize harus dibuat pusing juga dengan turut-campurnya Yigit secara tiba-tiba dalam urusan Haidar, wkwkwkwkwkkk... Majikan sie majikan, tapi ya apa iya majikan mesti harus mengurusi calon laki-laki dari keponakannya, mungkin itu juga yang ada di pikiran Hafize saat melihat Yigit yang lancang menghalangi Haidar untuk mendekati Nur. Bahkan Hafize justru seperti harus`menerima malu ketika ibu Haidar menelponnya dan mengadu soal Yigit yang sudah berusaha untuk mengintimidasi anaknya dalam kaitannya dengan perjodohannya dengan Nur.... Hahahaaa, sumpahhhh... Momen ini juga selalu sukses bikin ketawa geliiii!!! Yigit oh Yigit, coba kl pernikahanmu dengan Nur tidak dirahasiakan, bbbeehhh..siapa juga yang akan berani melamar istrinya Yigit Kozan... Jangankan melamar, bahkan hanya untuk memandang dan mengagumi istrinya Yigit Kozan, lalat dan lebah pun akan diamuk mati-matian oleh bos Kozan Otomotive tersebut, wkwkwkwkkk...

Benar-benar saat itu menjadi sangat tidak karuan bagi Hafize karena melihat sang majikan ternyata begitu rupa mencampuri ‘urusan dalam negeri’ keluarganya. Dan akhirnya, justru Nur yang jadi arena keleluasaan bagi bibinya untuk menumpahkan kemarahan, kekesalan, dan kecurigaan. Nur yang tak tahu apa-apa tentang suaminya yang nekad mendatangi Haidar dan bermaksud membuat perhitungan, menjadi gugup sekaligus gelagapan ketika menghadapi pertanyaan penuh curiga dan kemarahan dari Hafize. “Ada apa, Nur antara kau dan Tuan Yigit?”... Maunya Nur tentu saja membongkar yang sebenarnya, tapi apa yang akan ditanggung Nur selanjutnya jika karena keterusterangannya justru berimbas pada peristiwa-peristiwa buruk yang lainnya?? Bahkan ketika pembicaraannya dengan sang bibi hampir diketahui oleh Iclal dan Ny Aytul saja, Nur rasanya sudah panas-dingin. Maka seperti biasa, setelah Nur yang tak henti dipojokkan oleh sang bibi, gantian dia yang akan mengutuki suaminya sendiri, hahha.. Ahh, Yigit yang sudah tidak sabar dengan sikon yang dihadapinya... Dia hanya ingin melindungi miliknya yang paling berharga, Nurrrr... Miliknya yang satu-satunya, yang kl perlu akan ia ganti dengan darah dan nyawanya, hhhufftt...

Maka malam itu, mau tidak mau Nur harus bertemu dengan Yigit. Sekadar ingin tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan suaminya tanpa sepengetahuannya,  bagaimana tentang mereka berdua menyikapi persoalan Haidar, dan juga masa depan pernikahan mereka. Ahh, Nur... Tahu saja ketika dia akan bertemu dan berduaan dengan suaminya... Cantik sekali Nur malam itu ketika dia dengan sabarnya menunggui kepulangan suami, sambil duduk di pagar pinggir danau rumah perkebunan rumah Kozan. Berjaket pink, rambut tergerai yang ditutupi sebagian dengan topi untuk menahan dingin, bersepatu boots tinggi selutut, di antara legging berwarna khaki yang membalut kaki jenjangnya, Nur jadi terlihat semakin memesona begitu lampu mobil sang suami mengenai sosoknya yang duduk sendirian malam itu di tepi danau. Yigit yang tentu saja terkejut dengan keberadaan istrinya malam itu, langsung beranjak keluar dari mobil dan mendekati sang istri. Sampai ketika harus berbicara saja, pasutri ini mesti harus pintar-pintar memilih venue ya, hahha... Ya biar tidak ada yang merecoki, alih-alih menginginkan untuk romantis berdua, hahha... Boro-boro mikir romantis ya, Nur... Masalah labrak Haidar lebih dari sekadar penting kl dibandingkan urusan romantisan, wwweew... Ech, tapi-tapi... Meski dalam pikiran Nur dan Yigit jauh dari kata romantis, teteup..bagi kita yang melihat mereka berdua, tampak semakin berchemistry salah satunya justru di saat-saat seperti itu yaaa??!..saat-saat kepepet, wkwkwkwkkk... 

Berdua saling berdekatan dan memandang, Nur akhirnya yang pertama mengutarakan kekesalan kepada suaminya. Yigit yang baru mendengar sekilas kemarahan Nur sudah bisa menebak apa dan siapa yang dimaksudkan oleh istrimya. Yup, Haidar. Yigit yang tampaknya lebih memilih untuk segera saja pernikahannya denagn Nur tidak lagi menjadi rahasia sebagai solusi agar masalah Haidar cepat teratasi, akhirnya sedikit demi sedikit bisa mengerti kekhawatiran dan ketakutan Nur. Lebih dari masalah Haidar, Nur pun harus memikirkan dampak pernikahan mereka jika seandainya sudah diketahui secara terang oleh semuanya, tanpa terkecuali. Masalah Iclal dan juga demi melindungi Yigit sendiri, untuk akhirnya Nur dapat berpikir kl akan lebih bijak jika mereka berdua menunda dulu tentang berita pernikahan yang sebenarnya. Meskipun memang seringkali menyakitkan, tapi Nur merasa ada baiknya tentang pernikahannya dengan Yigit lebih baik disimpan rapat-rapat terlebih dahulu sampai semuanya memungkinkan untuk diungkap. Duh, Nur.... Andai Iclal juga bisa mengerti dan dikasih hati... Jika memang kau belum siap untuk Yigit membuka segalanya, bersiap-siaplah untuk kesabaran dan pengertian yang lebih luas lagi... Sabar dan pengertian yang seringkali juga berasa kebablasan karena ujung-ujungnya malah membuat dirimu seperti selalu rikuh dengan suamimu sendiri.

Merasa rikuh bahkan di saat suami sendiri ingin menggenggam dan menggandeng tangannya. Ya ellahh, Nurrr... Entah karena rikuh atau takut ketahuan yang akut, melihat Nur yang seperti itu Yigit pun akhirnya juga sedikit protes dengan Nur... Suamimu hanya ingin menunjukkan peran dan fungsinya, Nur... Meski hanya sekejapan, meski hanya selintasan... Menggandeng erat tanganmu, membukakan pintu mobil untukmu, mendampingimu di dalam mobil sambil sesekali membelai lembut pipimu, meski hanya sebentar, paling tidak itu sudah cukup melegakan bagi Yigit...  Selalu suka melihat sorot mata Yigit ketika memandang Nur... Sorot mata yang tiba-tiba terasa redup,  penuh kasih, dan perlindungan. Sorot mata yang hanya terlihat dan terbaca ketika Nur ada di hadapannya. Sekalipun kekhawatiran tentang Haidar belum sepenuhnya lenyap dari pikiran, akan tetapi pertemuan dan pembicaraan yang singkat di tepi danau malam itu, setidak-tidaknya dapat menjadi obat dan pemanjang nafas sekaligus harapan untuk kembali survive nya rumah tangga Yigit dan Nur. Berdua saling sakit hati, berdua juga akhirnya yang harus saling mengobati. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat. 



18.46.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_83 Heylo, AVers... Kembali edisi remahan menyapa, semoga semuanya dalam keadaan yang baik-baik saja yaaa... Masih di awal pekan, Selasa kali ini gilirannya flashback akan mengulas kembali salah satu scene yang ada di episode tujuh drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Scene yang sebenarnya lucu sieee, tapi karena di dalamnya melibatkan Yigit Kozan dan istrinya, maka jatuhnya akan selalu ironis yang romantis, hahahaaa... Bukan lucu yang bagaimana-bagaimana, tapi lucu karena kesannya Nur jadi semakin kerepotan dan kalang-kabut karena mesti menghadapi tingkah suami yang begitu takut kehilangan dirinya. Cieeeeh.., segitunya yaaa... Ahh, lagi-lagi kita akan menyinggung tentang Haidar... Si laki-laki yang berwajah dan bertipikal ‘sederhana’, tapi karena saking puber dan baperrr nya, Haidar justru jadi berasa musuh bebuyutan bagi seorang Yigit Kozan yang berwajah dan bertipikal ‘bintang lima’, wkwkwkwkkk... Yigit Kozan yang seumur-umur belum pernah merasakan cinta dan cemburu karena hidupnya  hampir saja dihabiskan untuk membenci seorang istri yang tak pernah diinginkannya, ketika akhirnya cinta dan cemburu benar-benar dirasakannya sendiri, kenapa justru jatuhnya jadi kekonyolan yaaa?!! Hahha... Belum lama masalah Cemal yang gila bin ajaib berlalu, kemudian berganti dengan Haidar yang sebenarnya sepele dan biasa saja, Yigit kembali mengulang kisah cemburu yang seolah-olah tidak pada porsinya untuk dia harus benar-benar untuk merasa takut dan kegerahan. Saking sayangnya kepada istri, saking takut kehilangannya, justru tampak oleh kita yang melihatnya berasa, ya Tuhan istrinya Nur ini... Seakan-akan makin mengesahkan salah satu lirik dalam lagunya Agnes Monica, “... Cinta ini..kadang-kadang tak ada logika...”, wkwkwkwkkk... Ya karena kl dilogika, akan makin kelihatan Yigit Kozan ketika mati-matian mencemburui seorang Cemal, lalu kemudian Haidar, berasa ‘lebay-badai’, hhhaah... Tapi karena yang sedang ‘lebay-badai’ adalah seorang ganteng yang pubernya terlewat, jadi bagi saya ulah cemburunya Yigit tetap sesuatuhhh... Sesuatuhhh yang makin memerlihatkan kl Yigit memang tak bisa kl tidak bersama Nur... Yuk mari mulai bercerita tentang  Yigit yang kali ini mesti menghadapi Haidar dan bagaimana sang istri menyikapi kecemburuan dan ketidaksabaran suaminya...

Nasib kl pernikahan dirahasiakan, bahkan ketika harus menjalani ‘akting’ dalam keseharian, berasa tak jauh beda dengan aktor-aktris kelas Oscar ketika mereka melakukan pekerjaannya... Kelihatannya saja tidak ada apa-apa, padahal di baliknya ada apa-apanya yang mesti harus disimpan dan ditutup rapat-rapat. Nasib juga yang akhirnya justru membawa kepada sebuah resiko-resiko yang cukup riskan untuk kemudian silih-berganti harus dihadapi oleh Yigit dan Nur sebagai suami-istri sembunyi-sembunyi. Serasa ingin menjerit dan berteriak juga kl yang seharusnya Yigit bisa dengan bangga mengakui bahwa yang tercantik, yang sekarang sudah dikontrak mati sebagai istri, justru terpaksa jadi diam dan membisu karena sesuai ‘perjanjian perikemanusiaan konyol’, yang sekarang sah menjadi istri harus`menunggu giliran untuk sampai pada akhirnya diakui secara terang-terangan. Begitu juga dengan yang dialami Nur, dari mulai membiasakan diri dengan kemesraan-kemesraan sang suami dengan mantan istrinya, sampai kemudian sang bibi yang akhirnya tiba waktunya untuk menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki, semuanya berasa ironis. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan apa yang dilakukan Hafize untuk Nur ketika akhirnya kemudian hadir Haidar dalam usaha perjodohannya dengan Nur, toh memang Hafize tidak tahu dengan status Nur sekarang. Yang salah lagi-lagi adalah perikemanusiaan konyolnya, yang membuat seolah-olah Yigit dan Nur berada dalam sikon stagnan yang yang menyakitkan.


Ketika pada akhirnya Nur dikira sebagai keponakan yang pembangkang, tidak mau menuruti apa kata sang bibi karena menolak perjodohan yang sudah diatur sang bibi dengan temannya, Nur hanya bisa pasrah sembari terus berpikir bagaimana caranya menghindar dari perjodohan yang tak dikehendakinya tersebut. Belum lagi harus menghadapi kemarahan dan ketidaksabaran Yigit karena cemburu istrinya akan diambil istri oleh laki-laki lain (sumpahhh, meski berulang kali mesti menulis review tentang Yigit yang sewot karena Nur yang dilamar oleh laki-laki lain, rasanya selalu ingin tertawa..tak ada bosannya melihat sikon yang cukup menggelikan ini, wkwkwkwkkk), Nur rasanya seperti ingin segera mengiyakan permintaan suaminya saja, supaya pernikahan mereka segera diberitahukan kepada Keluarga Tayyar. Ya suami mana yang tidak kebat-kebit plus kebakaran jenggot melihat istrinya malah ingin diperistri laki-laki lain, wkwkwkwkwkkk... Lakon macam apa coba yang ingin dimainkan oleh Yigit dan Nur??! Kl tidak gara-gara Iclal yang malang, tapi tak tahu diri, bahkan mungkin Yigit sudah lari dari jauh-jauh hari dengan membawa Nur dan Mert, demi mereka tidak harus berpura-pura lagi dengan kebahagiaan yang dimiliki... Dasarrr..dasarrr...

Tapi rupanya, ‘sandiwara’ yang dimainkan masih harus berpanjang cerita dan  melebar kesana-kemari. Resiko yang harus dihadapi juga menjadi semakin beragam dengan tingkat antisipasi yang harus dua kali lebih cerdik dan ‘licin’ untuk berkelit menyembunyikan rahasia di baliknya. Sungguh makin bingung jadinya ketika selain menghadapi penolakan dari Nur tentang perjodohan dengan Haidar, ternyata Hafize harus dibuat pusing juga dengan turut-campurnya Yigit secara tiba-tiba dalam urusan Haidar, wkwkwkwkwkkk... Majikan sie majikan, tapi ya apa iya majikan mesti harus mengurusi calon laki-laki dari keponakannya, mungkin itu juga yang ada di pikiran Hafize saat melihat Yigit yang lancang menghalangi Haidar untuk mendekati Nur. Bahkan Hafize justru seperti harus`menerima malu ketika ibu Haidar menelponnya dan mengadu soal Yigit yang sudah berusaha untuk mengintimidasi anaknya dalam kaitannya dengan perjodohannya dengan Nur.... Hahahaaa, sumpahhhh... Momen ini juga selalu sukses bikin ketawa geliiii!!! Yigit oh Yigit, coba kl pernikahanmu dengan Nur tidak dirahasiakan, bbbeehhh..siapa juga yang akan berani melamar istrinya Yigit Kozan... Jangankan melamar, bahkan hanya untuk memandang dan mengagumi istrinya Yigit Kozan, lalat dan lebah pun akan diamuk mati-matian oleh bos Kozan Otomotive tersebut, wkwkwkwkkk...

Benar-benar saat itu menjadi sangat tidak karuan bagi Hafize karena melihat sang majikan ternyata begitu rupa mencampuri ‘urusan dalam negeri’ keluarganya. Dan akhirnya, justru Nur yang jadi arena keleluasaan bagi bibinya untuk menumpahkan kemarahan, kekesalan, dan kecurigaan. Nur yang tak tahu apa-apa tentang suaminya yang nekad mendatangi Haidar dan bermaksud membuat perhitungan, menjadi gugup sekaligus gelagapan ketika menghadapi pertanyaan penuh curiga dan kemarahan dari Hafize. “Ada apa, Nur antara kau dan Tuan Yigit?”... Maunya Nur tentu saja membongkar yang sebenarnya, tapi apa yang akan ditanggung Nur selanjutnya jika karena keterusterangannya justru berimbas pada peristiwa-peristiwa buruk yang lainnya?? Bahkan ketika pembicaraannya dengan sang bibi hampir diketahui oleh Iclal dan Ny Aytul saja, Nur rasanya sudah panas-dingin. Maka seperti biasa, setelah Nur yang tak henti dipojokkan oleh sang bibi, gantian dia yang akan mengutuki suaminya sendiri, hahha.. Ahh, Yigit yang sudah tidak sabar dengan sikon yang dihadapinya... Dia hanya ingin melindungi miliknya yang paling berharga, Nurrrr... Miliknya yang satu-satunya, yang kl perlu akan ia ganti dengan darah dan nyawanya, hhhufftt...

Maka malam itu, mau tidak mau Nur harus bertemu dengan Yigit. Sekadar ingin tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan suaminya tanpa sepengetahuannya,  bagaimana tentang mereka berdua menyikapi persoalan Haidar, dan juga masa depan pernikahan mereka. Ahh, Nur... Tahu saja ketika dia akan bertemu dan berduaan dengan suaminya... Cantik sekali Nur malam itu ketika dia dengan sabarnya menunggui kepulangan suami, sambil duduk di pagar pinggir danau rumah perkebunan rumah Kozan. Berjaket pink, rambut tergerai yang ditutupi sebagian dengan topi untuk menahan dingin, bersepatu boots tinggi selutut, di antara legging berwarna khaki yang membalut kaki jenjangnya, Nur jadi terlihat semakin memesona begitu lampu mobil sang suami mengenai sosoknya yang duduk sendirian malam itu di tepi danau. Yigit yang tentu saja terkejut dengan keberadaan istrinya malam itu, langsung beranjak keluar dari mobil dan mendekati sang istri. Sampai ketika harus berbicara saja, pasutri ini mesti harus pintar-pintar memilih venue ya, hahha... Ya biar tidak ada yang merecoki, alih-alih menginginkan untuk romantis berdua, hahha... Boro-boro mikir romantis ya, Nur... Masalah labrak Haidar lebih dari sekadar penting kl dibandingkan urusan romantisan, wwweew... Ech, tapi-tapi... Meski dalam pikiran Nur dan Yigit jauh dari kata romantis, teteup..bagi kita yang melihat mereka berdua, tampak semakin berchemistry salah satunya justru di saat-saat seperti itu yaaa??!..saat-saat kepepet, wkwkwkwkkk... 

Berdua saling berdekatan dan memandang, Nur akhirnya yang pertama mengutarakan kekesalan kepada suaminya. Yigit yang baru mendengar sekilas kemarahan Nur sudah bisa menebak apa dan siapa yang dimaksudkan oleh istrimya. Yup, Haidar. Yigit yang tampaknya lebih memilih untuk segera saja pernikahannya denagn Nur tidak lagi menjadi rahasia sebagai solusi agar masalah Haidar cepat teratasi, akhirnya sedikit demi sedikit bisa mengerti kekhawatiran dan ketakutan Nur. Lebih dari masalah Haidar, Nur pun harus memikirkan dampak pernikahan mereka jika seandainya sudah diketahui secara terang oleh semuanya, tanpa terkecuali. Masalah Iclal dan juga demi melindungi Yigit sendiri, untuk akhirnya Nur dapat berpikir kl akan lebih bijak jika mereka berdua menunda dulu tentang berita pernikahan yang sebenarnya. Meskipun memang seringkali menyakitkan, tapi Nur merasa ada baiknya tentang pernikahannya dengan Yigit lebih baik disimpan rapat-rapat terlebih dahulu sampai semuanya memungkinkan untuk diungkap. Duh, Nur.... Andai Iclal juga bisa mengerti dan dikasih hati... Jika memang kau belum siap untuk Yigit membuka segalanya, bersiap-siaplah untuk kesabaran dan pengertian yang lebih luas lagi... Sabar dan pengertian yang seringkali juga berasa kebablasan karena ujung-ujungnya malah membuat dirimu seperti selalu rikuh dengan suamimu sendiri.

Merasa rikuh bahkan di saat suami sendiri ingin menggenggam dan menggandeng tangannya. Ya ellahh, Nurrr... Entah karena rikuh atau takut ketahuan yang akut, melihat Nur yang seperti itu Yigit pun akhirnya juga sedikit protes dengan Nur... Suamimu hanya ingin menunjukkan peran dan fungsinya, Nur... Meski hanya sekejapan, meski hanya selintasan... Menggandeng erat tanganmu, membukakan pintu mobil untukmu, mendampingimu di dalam mobil sambil sesekali membelai lembut pipimu, meski hanya sebentar, paling tidak itu sudah cukup melegakan bagi Yigit...  Selalu suka melihat sorot mata Yigit ketika memandang Nur... Sorot mata yang tiba-tiba terasa redup,  penuh kasih, dan perlindungan. Sorot mata yang hanya terlihat dan terbaca ketika Nur ada di hadapannya. Sekalipun kekhawatiran tentang Haidar belum sepenuhnya lenyap dari pikiran, akan tetapi pertemuan dan pembicaraan yang singkat di tepi danau malam itu, setidak-tidaknya dapat menjadi obat dan pemanjang nafas sekaligus harapan untuk kembali survive nya rumah tangga Yigit dan Nur. Berdua saling sakit hati, berdua juga akhirnya yang harus saling mengobati. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat. 



Senin, 25 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_82 Halo, AVers... Semangattt Senin!!! Ketemu lagi ya dengan edisi remahan di awal pekan, minggu terakhir di bulan April 2016... Semoga semuanya senantiasa sehat dan bahagia, tak juga ‘tua’ dan mengendur semangatnya, seperti halnya tanggal di kalender, wkwkwkwkwkkk... Mari kita mulai rumpi-rumpi lagi tentang flashback season pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Kali ini flashbacknya akan balik lagi ke episode delapan. Hhmmm... Karena ini awal pekan, ada baiknya memulai dengan yang tidak sedih-sedih dan mengiris hati, hehhe.. Jadi mari kita mulai flashback hari ini dengan kisah tentang indahnya sebuah senyuman. Cieeeeee... Duh, pokoknya hari ini hanya ingin bercerita kembali tentang memori kebersamaan yang kompak dari pasutri Yigit dan Nur. Kebersamaan yang terasa mahal karena minimnya waktu untuk berduaan bagi pasutri tersebut. Waktu berduaan yang terasa begitu langka di tengah ribut, ribet, dan repotnya urusan dengan mantan istri Yigit Kozan. Sang mantan yang harusnya tidak ada urusan apa-apa lagi, selain hanya urusan Mert Kozan, sang buah hati dari pasangan Yigit dan Iclal. Iclal memang seperti ditakdirkan menjadi ‘hantu’ bagi Yigit dan Nur. ‘Hantu’ yang sekaligus juga sebagai bahan ujian dan cobaan untuk seberapa kuat cinta Yigit dan Nur akan mampu untuk bertahan. Cinta yang sebenarnya lebih besar dari hanya sekadar pengganggu seperti Iclal dan juga remeh-temeh lainnya. Namun demikian, ketika akhirnya cinta itu senantiasa bisa bertahan di antara deraan dan cobaan, seketika itu juga berasa jodoh memang takkan lari kemana-mana. Tuhan akan selalu memberikan kesempatan supaya cinta itu bisa tetap diabadikan dan diekspresikan, di tengah galau dan sakit yang terus-menerus melanda. Yuk mari terus bermimpi, berjuang, dan bertahan, agar cinta dan senyuman tak punah di antara segudang derita.


Andai Nur bisa mengamuk, justru dia yang lebih berhak untuk mengamuk serta agresif daripada Iclal yang kala itu berasa sangat ‘kedodoran’ segala-galanya. Iclal yang tak tahu apa-apa dan Iclal yang baru sadar dari koma panjangnya, tapi alih-alih merasa kasihan karena melihat Iclal yang masih setengah ‘hangover’ dengan segala ingatannya, lama-lama berasa gedhegggg juga. Gedhegggg karena melihat perempuan ini ternyata hanya terobsesi cinta kepada mantan suaminya. Hidup Iclal seolah-olah tiada lain dan tiada bukan, hanya berisikan memuja Yigit Kozan. Hidupnya akhirnya terpaksa ‘terantuk’ koma yang ironis dan nyaris tragis pun  kurang lebih karena begitu kanak-kanaknya Iclal menyikapi cinta yang sedang dihadapinya. Cinta yang seharusnya tidak mengekang, cinta yang harusnya merelakan yang dicintai bahagia, berubah jadi cinta yang terkesan obsesif-impulsif-manipulatif  dan saling menyakiti satu sama lain. Pokoknya kl cinta ya harus dimiliki, tak peduli yang dicinta tak menanggapi dan terpaksa mengorbankan diri demi cinta yang tak dikehendaki. Yang terpenting saya cinta dan kamu juga harus demikian pula adanya. Hahha, heyloooo... Hingga akhirnya Iclal seperti menjadi korban dari kisah cintanya sendiri, kini ada perempuan lain yang terpaksa dikondisikan menjadi orang ketiga yang serba dihina dan ditepikan di antara Yigit dan Iclal. Padahal jika mau sedikit merenung, kehadiran Nur justru seharusnya bisa menyadarkan dan mengajarkan kepada Iclal tentang cinta yang sebenarnya itu seperti apa dan bagaimana implementasinya. Cinta yang benar-benar fokus bahwa ia hanya ingin melihat yang dicintai bahagia, pun perasaannya sendiri seringkali terinjak dan terabaikan. Tapi itulah cinta, sesakit apa juga yang sedang dijalani, selama di hati sudah nyaman saling memiliki, itulah kekuatan yang tak bisa disangkal oleh apapun dan siapapun.


So, ketika akhirnya Iclal yang mengamuk saat Nur memergoki suaminya sedang dicumbu mesra oleh mantan istrinya, seperti halnya jadi suatu cerita terbalik-balik yang sungguh konyol dan menggelikan. Harusnya sebelum Iclal yang berteriak-teriak marah kepada Nur karena telah secara tidak sengaja mengintip adegan ‘intim palsu’ bersama Yigit, Nur bisa saja bertindak lebih dahulu dengan menyeret paksa Yigit keluar dari ruang mandi sauna dan menjauhkannya dari Iclal. Tapi apa yang terjadi kemudian, meskipun hatinya luar biasa sakit, Nur berusaha tetap menahan diri, berusaha mengendalikan diri, alih-alih ikut dalam kemarahan. Hanya memang, mata yang indah itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaan sekaligus kebencian kepada sang suami yang lagi-lagi hanya bisa terdiam bingung di antara sikon yang tengah terjadi. Ahh, Iclal yang malang... Kau yang merasa paling berhak terganggu, justru yang sedang kau bentak-bentak sebelumnya adalah dia yang paling berhak merasa terganggu atas ulahmu yang tidak seharusnya sebelumnya. Yigit yang sudah terlanjur tercuci otaknya dengan konsep perikemanusiaan konyol, selalu tampak payah dan lemah jika sudah urusannya dengan Iclal. Inilah yang akhirnya selalu dimanfaatkan oleh Ny Aytul untuk menghancurkan rumah tangga keponakannya tersebut dengan istrinya, agar kelak posisi anak perempuannya sebagai Ny Yigit Kozan bisa kembali dalam genggaman. Tapi apa mau dikata, cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh Yigit datangnya justru dari Nur, bukan Iclal sang kebanggaan Ny Aytul.


Cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan, meski ketika yang ditunggu dan dibutuhkan sudah sedemikian merasuki jiwa dan raga, akan tetapi dalam kenyataannya justru Yigit sendiri yang sering melukai dan mengorbankan sang cinta. Berulang kali Nur menahan sakit, berkali-kali juga air mata mesti harus berurai atas nama benci karena cinta yang terlalu besar kepada suami. Suami yang makin kesini makin menjadi pengertiannya, kl memang dia sudah ditakdirkan untuk mendampingi Yigit Kozan. Namun demikian, pengertian juga bukan jaminan untuk selalau mulus dalam setiap langkah dan keputusan. Pengertian dan kesabaran yang senantiasa harus diurai lagi maknanya ketika melihat sang suami masih harus memerhatikan sang mantan istri. Bukan perhatian yang ala kadarnya, melainkan sebuah perhatian yang menguras emosi jiwa. Tetapi kenapa selalu Iclal yang seolah-olah diizinkan untuk berteriak-teriak marah?? Kenapa tidak ada yang peduli denganku yang selalu diam, tapi memendam?? Yach, Nur... Kesabaranmu itulah salah satu yang memikat dan menjerat suamimu untuk tak bisa jauh-jauh darimu. Meski akhirnya terkesan ‘satu pondok dua cinta’, tapi Yigit bisa apa kl tanpa ada kau di sisinya, Nurrrr... Seribu kali Yigit ingin melarikan diri dari rumah megah perkebunan Kozan dengan membawa dirimu dan Mert bersamanya, seratus ribu kali juga Iclal dan Ny Aytul akan menghalangi kalian untuk mengarungi hidup bersama-sama.
 

Maka ketika satu-satunya cara yang kemudian sering kalian lakukan adalah dengan sembunyi-sembunyi, paling tidak itulah yang senatiasa mendamaikan hati untuk senatiasa berpikir bahwa kau masih milikku dan senantiasa di dekatku. Bahwa mesti seringkali harus berkorban perasaan, tapi setidak-tidaknya selalu ada usaha untuk akhirnya bisa saling menentramkan perasaan berdua. Entah besok akan terjadi lagi kesakitan yang berikutnya, inilah resiko dari pengertian dan kesabaran yang jadi pegangan utama. Pegangan untuk bisa tetap bahagia, meskipun kesempitan di mana-mana. Yigit yang tak putus asa untuk meyakinkan Nur seusai peristiwa ‘intim palsu sauna’, Yigit yang berusaha untuk membayar dan menebus semua kesalahan dan keteledorannya kepada sang istri tercinta... Meski Nur juga tak mudah untuk ditentramkan hatinya, bukan berarti Yigit mudah menyerah untuk meyakinkan. Terbersit satu janji, esok hari pasti akan lebih baik lagi jika Nur mau datang untuk memenuhi undangan kencan dari sang suami. Cieeeee... Awalnya menolak itu biasa, toh Nur saat itu masih dikuasai oleh rasa kecewa dan sakit hati, tapi seiring bergantinya warna malam dan siang, InsyaAlloh hati juga akan berganti warna dan suasana. Ahh, yang mau siap-siap menjemput bahagia lagi...

Berdandan cantik untuk bersiap berkencan dengan sang sang belahan hati. Terlihat ragu dan penuh tanda tanya, akhirnya keyakinan juga yang memutuskan untuk melangkah memenuhi janji. Hanya satu jam, Nur... Di antara kesibukan  yang padat dan menyita waktu, Yigit hanya ingin kembali melihat Nur  tersenyum dan selalu yakin akan cinta dan kehadirannya. Sejenak Yigit ingin menjauhkanmu dari Iclal atau Ny Aytul agar paling tidak kau bisa tersenyum dan merasa bebas dengan cinta yang kau miliki, Nur.. Begitu juga keinginan Yigit yang sebenarnya, maunya yang satu jam itu kelak bisa jadi 24 jam untuk senantiasa bersama-sama  dengan istrinya tanpa bayang-bayang ketakutan dan was-was. Siapa juga yang menginginkan pernikahan yang sebenarnya sah dan resmi, tapi justru terlihat sembunyi-sembunyi dan tak berarti... Inginnya semua berjalan apa adanya, bahagia selamanya, tidak ada lagi rasa bersalah dan ketakutan yang menggelayut di hati.

Ahh...kerinduan akan senyuman sebagai salah satu legitimasi kebahagiaan... Momen yang dijanjikan Yigit untuk istrinya, demi melihat istrinya kembali bersemangat dan merasa memilikinya, laki-laki yang terkenal kaku dan pendiam itu, ternyata bisa juga mengusahakannya, hahahaaa... Pantai penuh kenangan, saksi bisu untuk cinta kilat mereka, berhasil diabadikan Yigit sebagai tempat untuk kembali mengingat akan janji sehidup-semati mereka berdua. Pun istri akhirnya menginginkan sebaliknya untuk salah satu kenangan sebaiknya dihancurkan, Yigit tak kurang akal untuk tetap mengusahakan agar senyuman istrinya tetap bisa merekah di antara hati yang belum sebelumnya sembuh dari luka dan kekecewaan yang sebelumnya.


Senyum yang justru akhirnya muncul di tengah konyolnya sebuah momen romantis. Saking tak mau harga dirinya semakin digampangkan sang suami, bahkan ketika Yigit mendekatkan wajahnya, bermaksud untuk mendaratkan sebuah ciuman di bibir istrinya, seketika itu juga Nur berujar, “keterlaluan!!!”. Wkwkwkwkkk... Yigit yang semula protes keheranan, justru akhirnya malah tidak bisa menahan senyum geli... Ya sudah, istriku... Aku juga sabarrr  menunggumu!!!”. Hahha... Bahkan hanya untuk sebuah ciuman, pasutri ini seperti  masih susah untuk mendapatkan momen dan bentuknya, hahahaaa... Eeeeeiiittsss, tapi tunggu dulu... Gagal berciuman, bukan berati gagal semuanya... Kan Yigit hari itu intinya hanya ingin membahagiakan istrinya, menentramkan hatinya, membuatnya bisa tersenyum kembali kepadanya... Nah itu, Nur sudah kembali bisa mengekspresikan senyumnya, Yigit... Senyum yang benar-benar tulus dan membahagiakan, tanpa ragu-ragu dan bebas...

Bahkan kebahagiaan itu makin terasa sempurna ketika seharian itu Yigit dan Nur berhasil menggenapkan tawa kebahagiaan mereka. Yang di pantai tadi hanya cerita sebagiannya, yang justru paling mengsyikkan adalah ketika momen melihat Yigit dan Nur saling tak bisa menahan senyum dan tawa mereka ketika di dalam mobil menuju perjalanan pulang. Bahkan di antara menyetirnya, Yigit tak putus untuk terus menggoda istrinya lewat lirikan-lirikan sekilas yang luar biasa ‘bukan Yigit yang biasanya’, hahahaaa... Eeealllah, senyumnya Yigit Kozan kali itu... Bukan lagi senyum yang tipis yang luar biasa memikat, tapi berganti senyuman manis yang luar biasa menawan, cieeeeee... Senyum yang kadang ditutupi tangan yang sekilas memerlihatkan cincin pernikahan di jari manis sebelah kiri. Wah..wah... Kompaknya kebahagiaan hari itu... Kl sudah seperti ini, rasanya baru terlihat benar-benar sebagai pasangan suami-istri yang sebenarnya. Menikmati, serasi, dan bahagia. No offense!!! Yuhuuuu... Ketika saatnya tiba untuk mengakhiri kencan hari itu, rasanya dua sejoli itu juga seperti tak ingin lekas-lekas berpisah dan kembali ‘bermain drama’ sehari-hari. Pokoknya satu jam atau seharian itu Yigit Kozan berasa ingin menggoda dan memuaskan hati sang istri. Ingin rasanya senyuman Nur itu dilihatnya setiap hari, agar kelak bisa setiap saat membahagiakan Nur dan juga dirinya. Terus berusaha dan jangan sampai hilang harapan. InsyaAlloh Tuhan selalu menunjukkan jalan. Aamiin. Happy Monday, AVers... Salam hangat.


18.52.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_82 Halo, AVers... Semangattt Senin!!! Ketemu lagi ya dengan edisi remahan di awal pekan, minggu terakhir di bulan April 2016... Semoga semuanya senantiasa sehat dan bahagia, tak juga ‘tua’ dan mengendur semangatnya, seperti halnya tanggal di kalender, wkwkwkwkwkkk... Mari kita mulai rumpi-rumpi lagi tentang flashback season pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Kali ini flashbacknya akan balik lagi ke episode delapan. Hhmmm... Karena ini awal pekan, ada baiknya memulai dengan yang tidak sedih-sedih dan mengiris hati, hehhe.. Jadi mari kita mulai flashback hari ini dengan kisah tentang indahnya sebuah senyuman. Cieeeeee... Duh, pokoknya hari ini hanya ingin bercerita kembali tentang memori kebersamaan yang kompak dari pasutri Yigit dan Nur. Kebersamaan yang terasa mahal karena minimnya waktu untuk berduaan bagi pasutri tersebut. Waktu berduaan yang terasa begitu langka di tengah ribut, ribet, dan repotnya urusan dengan mantan istri Yigit Kozan. Sang mantan yang harusnya tidak ada urusan apa-apa lagi, selain hanya urusan Mert Kozan, sang buah hati dari pasangan Yigit dan Iclal. Iclal memang seperti ditakdirkan menjadi ‘hantu’ bagi Yigit dan Nur. ‘Hantu’ yang sekaligus juga sebagai bahan ujian dan cobaan untuk seberapa kuat cinta Yigit dan Nur akan mampu untuk bertahan. Cinta yang sebenarnya lebih besar dari hanya sekadar pengganggu seperti Iclal dan juga remeh-temeh lainnya. Namun demikian, ketika akhirnya cinta itu senantiasa bisa bertahan di antara deraan dan cobaan, seketika itu juga berasa jodoh memang takkan lari kemana-mana. Tuhan akan selalu memberikan kesempatan supaya cinta itu bisa tetap diabadikan dan diekspresikan, di tengah galau dan sakit yang terus-menerus melanda. Yuk mari terus bermimpi, berjuang, dan bertahan, agar cinta dan senyuman tak punah di antara segudang derita.


Andai Nur bisa mengamuk, justru dia yang lebih berhak untuk mengamuk serta agresif daripada Iclal yang kala itu berasa sangat ‘kedodoran’ segala-galanya. Iclal yang tak tahu apa-apa dan Iclal yang baru sadar dari koma panjangnya, tapi alih-alih merasa kasihan karena melihat Iclal yang masih setengah ‘hangover’ dengan segala ingatannya, lama-lama berasa gedhegggg juga. Gedhegggg karena melihat perempuan ini ternyata hanya terobsesi cinta kepada mantan suaminya. Hidup Iclal seolah-olah tiada lain dan tiada bukan, hanya berisikan memuja Yigit Kozan. Hidupnya akhirnya terpaksa ‘terantuk’ koma yang ironis dan nyaris tragis pun  kurang lebih karena begitu kanak-kanaknya Iclal menyikapi cinta yang sedang dihadapinya. Cinta yang seharusnya tidak mengekang, cinta yang harusnya merelakan yang dicintai bahagia, berubah jadi cinta yang terkesan obsesif-impulsif-manipulatif  dan saling menyakiti satu sama lain. Pokoknya kl cinta ya harus dimiliki, tak peduli yang dicinta tak menanggapi dan terpaksa mengorbankan diri demi cinta yang tak dikehendaki. Yang terpenting saya cinta dan kamu juga harus demikian pula adanya. Hahha, heyloooo... Hingga akhirnya Iclal seperti menjadi korban dari kisah cintanya sendiri, kini ada perempuan lain yang terpaksa dikondisikan menjadi orang ketiga yang serba dihina dan ditepikan di antara Yigit dan Iclal. Padahal jika mau sedikit merenung, kehadiran Nur justru seharusnya bisa menyadarkan dan mengajarkan kepada Iclal tentang cinta yang sebenarnya itu seperti apa dan bagaimana implementasinya. Cinta yang benar-benar fokus bahwa ia hanya ingin melihat yang dicintai bahagia, pun perasaannya sendiri seringkali terinjak dan terabaikan. Tapi itulah cinta, sesakit apa juga yang sedang dijalani, selama di hati sudah nyaman saling memiliki, itulah kekuatan yang tak bisa disangkal oleh apapun dan siapapun.


So, ketika akhirnya Iclal yang mengamuk saat Nur memergoki suaminya sedang dicumbu mesra oleh mantan istrinya, seperti halnya jadi suatu cerita terbalik-balik yang sungguh konyol dan menggelikan. Harusnya sebelum Iclal yang berteriak-teriak marah kepada Nur karena telah secara tidak sengaja mengintip adegan ‘intim palsu’ bersama Yigit, Nur bisa saja bertindak lebih dahulu dengan menyeret paksa Yigit keluar dari ruang mandi sauna dan menjauhkannya dari Iclal. Tapi apa yang terjadi kemudian, meskipun hatinya luar biasa sakit, Nur berusaha tetap menahan diri, berusaha mengendalikan diri, alih-alih ikut dalam kemarahan. Hanya memang, mata yang indah itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaan sekaligus kebencian kepada sang suami yang lagi-lagi hanya bisa terdiam bingung di antara sikon yang tengah terjadi. Ahh, Iclal yang malang... Kau yang merasa paling berhak terganggu, justru yang sedang kau bentak-bentak sebelumnya adalah dia yang paling berhak merasa terganggu atas ulahmu yang tidak seharusnya sebelumnya. Yigit yang sudah terlanjur tercuci otaknya dengan konsep perikemanusiaan konyol, selalu tampak payah dan lemah jika sudah urusannya dengan Iclal. Inilah yang akhirnya selalu dimanfaatkan oleh Ny Aytul untuk menghancurkan rumah tangga keponakannya tersebut dengan istrinya, agar kelak posisi anak perempuannya sebagai Ny Yigit Kozan bisa kembali dalam genggaman. Tapi apa mau dikata, cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh Yigit datangnya justru dari Nur, bukan Iclal sang kebanggaan Ny Aytul.


Cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan, meski ketika yang ditunggu dan dibutuhkan sudah sedemikian merasuki jiwa dan raga, akan tetapi dalam kenyataannya justru Yigit sendiri yang sering melukai dan mengorbankan sang cinta. Berulang kali Nur menahan sakit, berkali-kali juga air mata mesti harus berurai atas nama benci karena cinta yang terlalu besar kepada suami. Suami yang makin kesini makin menjadi pengertiannya, kl memang dia sudah ditakdirkan untuk mendampingi Yigit Kozan. Namun demikian, pengertian juga bukan jaminan untuk selalau mulus dalam setiap langkah dan keputusan. Pengertian dan kesabaran yang senantiasa harus diurai lagi maknanya ketika melihat sang suami masih harus memerhatikan sang mantan istri. Bukan perhatian yang ala kadarnya, melainkan sebuah perhatian yang menguras emosi jiwa. Tetapi kenapa selalu Iclal yang seolah-olah diizinkan untuk berteriak-teriak marah?? Kenapa tidak ada yang peduli denganku yang selalu diam, tapi memendam?? Yach, Nur... Kesabaranmu itulah salah satu yang memikat dan menjerat suamimu untuk tak bisa jauh-jauh darimu. Meski akhirnya terkesan ‘satu pondok dua cinta’, tapi Yigit bisa apa kl tanpa ada kau di sisinya, Nurrrr... Seribu kali Yigit ingin melarikan diri dari rumah megah perkebunan Kozan dengan membawa dirimu dan Mert bersamanya, seratus ribu kali juga Iclal dan Ny Aytul akan menghalangi kalian untuk mengarungi hidup bersama-sama.
 

Maka ketika satu-satunya cara yang kemudian sering kalian lakukan adalah dengan sembunyi-sembunyi, paling tidak itulah yang senatiasa mendamaikan hati untuk senatiasa berpikir bahwa kau masih milikku dan senantiasa di dekatku. Bahwa mesti seringkali harus berkorban perasaan, tapi setidak-tidaknya selalu ada usaha untuk akhirnya bisa saling menentramkan perasaan berdua. Entah besok akan terjadi lagi kesakitan yang berikutnya, inilah resiko dari pengertian dan kesabaran yang jadi pegangan utama. Pegangan untuk bisa tetap bahagia, meskipun kesempitan di mana-mana. Yigit yang tak putus asa untuk meyakinkan Nur seusai peristiwa ‘intim palsu sauna’, Yigit yang berusaha untuk membayar dan menebus semua kesalahan dan keteledorannya kepada sang istri tercinta... Meski Nur juga tak mudah untuk ditentramkan hatinya, bukan berarti Yigit mudah menyerah untuk meyakinkan. Terbersit satu janji, esok hari pasti akan lebih baik lagi jika Nur mau datang untuk memenuhi undangan kencan dari sang suami. Cieeeee... Awalnya menolak itu biasa, toh Nur saat itu masih dikuasai oleh rasa kecewa dan sakit hati, tapi seiring bergantinya warna malam dan siang, InsyaAlloh hati juga akan berganti warna dan suasana. Ahh, yang mau siap-siap menjemput bahagia lagi...

Berdandan cantik untuk bersiap berkencan dengan sang sang belahan hati. Terlihat ragu dan penuh tanda tanya, akhirnya keyakinan juga yang memutuskan untuk melangkah memenuhi janji. Hanya satu jam, Nur... Di antara kesibukan  yang padat dan menyita waktu, Yigit hanya ingin kembali melihat Nur  tersenyum dan selalu yakin akan cinta dan kehadirannya. Sejenak Yigit ingin menjauhkanmu dari Iclal atau Ny Aytul agar paling tidak kau bisa tersenyum dan merasa bebas dengan cinta yang kau miliki, Nur.. Begitu juga keinginan Yigit yang sebenarnya, maunya yang satu jam itu kelak bisa jadi 24 jam untuk senantiasa bersama-sama  dengan istrinya tanpa bayang-bayang ketakutan dan was-was. Siapa juga yang menginginkan pernikahan yang sebenarnya sah dan resmi, tapi justru terlihat sembunyi-sembunyi dan tak berarti... Inginnya semua berjalan apa adanya, bahagia selamanya, tidak ada lagi rasa bersalah dan ketakutan yang menggelayut di hati.

Ahh...kerinduan akan senyuman sebagai salah satu legitimasi kebahagiaan... Momen yang dijanjikan Yigit untuk istrinya, demi melihat istrinya kembali bersemangat dan merasa memilikinya, laki-laki yang terkenal kaku dan pendiam itu, ternyata bisa juga mengusahakannya, hahahaaa... Pantai penuh kenangan, saksi bisu untuk cinta kilat mereka, berhasil diabadikan Yigit sebagai tempat untuk kembali mengingat akan janji sehidup-semati mereka berdua. Pun istri akhirnya menginginkan sebaliknya untuk salah satu kenangan sebaiknya dihancurkan, Yigit tak kurang akal untuk tetap mengusahakan agar senyuman istrinya tetap bisa merekah di antara hati yang belum sebelumnya sembuh dari luka dan kekecewaan yang sebelumnya.


Senyum yang justru akhirnya muncul di tengah konyolnya sebuah momen romantis. Saking tak mau harga dirinya semakin digampangkan sang suami, bahkan ketika Yigit mendekatkan wajahnya, bermaksud untuk mendaratkan sebuah ciuman di bibir istrinya, seketika itu juga Nur berujar, “keterlaluan!!!”. Wkwkwkwkkk... Yigit yang semula protes keheranan, justru akhirnya malah tidak bisa menahan senyum geli... Ya sudah, istriku... Aku juga sabarrr  menunggumu!!!”. Hahha... Bahkan hanya untuk sebuah ciuman, pasutri ini seperti  masih susah untuk mendapatkan momen dan bentuknya, hahahaaa... Eeeeeiiittsss, tapi tunggu dulu... Gagal berciuman, bukan berati gagal semuanya... Kan Yigit hari itu intinya hanya ingin membahagiakan istrinya, menentramkan hatinya, membuatnya bisa tersenyum kembali kepadanya... Nah itu, Nur sudah kembali bisa mengekspresikan senyumnya, Yigit... Senyum yang benar-benar tulus dan membahagiakan, tanpa ragu-ragu dan bebas...

Bahkan kebahagiaan itu makin terasa sempurna ketika seharian itu Yigit dan Nur berhasil menggenapkan tawa kebahagiaan mereka. Yang di pantai tadi hanya cerita sebagiannya, yang justru paling mengsyikkan adalah ketika momen melihat Yigit dan Nur saling tak bisa menahan senyum dan tawa mereka ketika di dalam mobil menuju perjalanan pulang. Bahkan di antara menyetirnya, Yigit tak putus untuk terus menggoda istrinya lewat lirikan-lirikan sekilas yang luar biasa ‘bukan Yigit yang biasanya’, hahahaaa... Eeealllah, senyumnya Yigit Kozan kali itu... Bukan lagi senyum yang tipis yang luar biasa memikat, tapi berganti senyuman manis yang luar biasa menawan, cieeeeee... Senyum yang kadang ditutupi tangan yang sekilas memerlihatkan cincin pernikahan di jari manis sebelah kiri. Wah..wah... Kompaknya kebahagiaan hari itu... Kl sudah seperti ini, rasanya baru terlihat benar-benar sebagai pasangan suami-istri yang sebenarnya. Menikmati, serasi, dan bahagia. No offense!!! Yuhuuuu... Ketika saatnya tiba untuk mengakhiri kencan hari itu, rasanya dua sejoli itu juga seperti tak ingin lekas-lekas berpisah dan kembali ‘bermain drama’ sehari-hari. Pokoknya satu jam atau seharian itu Yigit Kozan berasa ingin menggoda dan memuaskan hati sang istri. Ingin rasanya senyuman Nur itu dilihatnya setiap hari, agar kelak bisa setiap saat membahagiakan Nur dan juga dirinya. Terus berusaha dan jangan sampai hilang harapan. InsyaAlloh Tuhan selalu menunjukkan jalan. Aamiin. Happy Monday, AVers... Salam hangat.


Kamis, 21 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_81 Edisi ‘Manisnya Kamis’... Halo, AVers... Remahan kembali menyapa di tengah pekan yang bertepatan dengan hari Kartini, 21 April 2016... Apa kabar, Kartini-Kartini di grup kesayangan ini...  Semoga semuanya senantiasa bahagia dan bermakna yaaa... Mari melanjutkan cerita tentang nostalgia di season yang pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Season pertama yang sebetulnya belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan season keduanya yang sampai sekarang masih mengudara sekali dalam sepekan di negerinya Kemal Ataturk sana. Ibarat dalam sebuah relationship, season pertama AV/ANDD masih dalam tahap pengenalan karakter dan konflik. Tapi bukan berarti season pertama tanpa meninggalkan bekas apa-apa, karena di saat sebuah relationship tengah mengalami puncak-puncaknya konflik dan intrik, saat-saat pertama justru akan kembali diingat sebagai akar`pijakan untuk mendalami sebuah perjalanan cerita. Selalu ada yang pertama untuk segala hal, karena itu jangan suka mentang-mentang... Mentang-mentang sekarang sudah ada episode yang baru-baru, yang lama terus dilupakan, hahahaaa... Yang lama-lama juga akan selalu di hati, ibarat sebuah kenangan mereka akan lebih ‘timeless’..’everlasting’. Siapa yang akan lupa dengan pertemuan pertama Nur dan Yigit di jalanan hutan menuju rumah perkebunan Kozan... Siapa yang masih mengingat kapan ungkapan “seni seviyorum” pertama kali terucap dengan indah dari bibir Yigit Kozan... Siapa yang selalu terkenang dengan ciuman bibir pertama yang dilakukan oleh pasutri Yigit dan Nur Kozan... Saya yakin, semua memori akan momen-momen indah yang ada di season yang pertama AV/ANDD, para AVers masih akan selalu mengingatnya... Seperti halnya hari ini saya ingin mengajak para AVers untuk kembali mengingat tentang Yarren Kozan yang manis, tapi sayang sungguh disayang nasib kemunculannya di drama AV/ANDD seperti terlalu cepat untuk dihilangkan. Meskipun hanya sebentar, kemunculan Yarren sempat mencuri perhatian dan meninggalkan kesan yang baik serta menyenangkan. Yuk mariii, nostalgia tentang Yarren Kozan, yang kali ini deretan gambarnya akan saya cuplikkan dari episode dua dan delapan.

Yarren Kozan... Entah kenapa cerita tentang adik bungsu Cahit dan Yigit Kozan tersebut tiba-tiba menghilang dari cerita yang tengah berjalan. Saya mencatat, kemunculan Yarren untuk terakhir kalinya di drama AV/ANDD ada di episode 12 (dua belas) versi original YouTube. Setelah itu, kemunculan Yarren tidak lagi ditemukan di episode-episode selanjutnya. Padahal saya sudah membayangkan Yarren bisa menjadi adik ipar yang super asyik untuk Nur, yang bisa menjadi teman curhat untuk Nur, di saat hubungannya dengan Yigit mengalami krisis. Berharapnya kisah tentang Yarren juga dapat menjadi penengah atau penetralisir keadaan apabila Yigit dan Nur tengah bertengkar dan berselisih paham. Atau juga kisah pertengkaran-pertengkaran konyolnya dengan Emin yang berharap akan ada kelanjutannya, ech karena Yarren menghilang jadinya malah seperti buntu tanpa kelanjutan, hehhe... Sayang, sampai season kedua sekarang berjalan, kisah tentang si bungsu Kozan malah berganti haluan dengan kemunculan darah Kozan yang lain. Uuuppsstt..spolier... Hahahaa... Ahh, Yarren yang manis sekaligus cuek, dia memang gambaran anak bungsu yang kala itu masih serba ‘ditepikan’, kolokan, dan ‘semaunya saya’.


Yarren yang di awal kemunculannya juga masih serba ‘setengah-setengah’ dengan kehadiran Nur sebagai istri baru dari kakaknya, namun demikian dia bukan tipe-tipe yang nyinyir atau jahat. Yarren sendiri mungkin digambarkan sebagai tokoh yang karena posisinya sebagai yang termuda di keluarga besar Kozan, maka seringkali eksistensi serta keberadaannya tidak terlampau dihiraukan oleh para tokoh utama. Bukan berati dia juga terlalu dipinggirkan, hanya saja seperti Cahit dan Yigit sang kakak yang tertekan di bawah kendali Ny Aytul, Yarren bahkan mungkin yang harusnya paling benci dengan bibinya, yang menjadi pengganti sosok ibu kandungnya. Bibi yang membuat kakak-kakaknya berasa seperti tidak berdaya apa-apa dengan segala perintah serta kemauannya. Bibi yang lebih terlihat diktaktor daripada sebagai sosok pengganti ibu. Tapi Yarren bisa apa, dia toh hanya ‘anak bawang’ yang apabila protes sedikit saja tentang apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekejap itu juga musnah harapan karena keburu ‘dihabisi’ oleh sang bibi.


Yarren yang ‘anak bawang’ dan Yarren yang sebenarnya juga tak lepas dari perhatian Yigit sebagai kakak. Teringat ketika Yigit di masa-masa awal pernikahan, ketika Nur berhasil kabur menuju terminal bus, kemudian Yigit bingung untuk mencari-cari istrinya, lalu mengejarnya. Yigit yang ketika itu tengah merasa kecolongan, memohon kepada Yarren untuk mengatakan keberadaan Nur yang sebenarnya di mana. Yigit dengan nada setengah putus asa sempat menyebut, “... Ayolah Yarren, kau yang masih mewarisi sifat ibu...” Sekilas dari ucapan sang kakak, Yarren memang tergambar di hati kakak-kakaknya sebagai pribadi yang baik dan bisa menjadi kepercayaan kakak-kakaknya. Tapi ya itu tadi, karena Yarren sudah di bawah kendali Ny Aytul seolah-olah dia juga harus tunduk dengan segala perintah dan kemauan sang bibi. Yarren juga begitu menyayangi sang keponakan, bahkan Yigit tak segan-segan untuk lebih memercayakan Mert kepada Yarren daripada sang nenek. Yarren yang di keseharian juga tampak lebih banyak berinteraksi dengan Nazan, bukan berarti dia juga akan senyinyir dan seusil Nazan... Ahh, Yarren... Sepertinya dia memang tipe-tipe yang sebenarnya bisa fleksibel dengan siapa saja karena posisi ‘anak bawangnya’, wkwkwkwkkk... Akan tetapi dia juga bukan tipe ‘kanan-kiri OK’ yang jahat dan menjadi ‘kompor’ bagi satu sama lain. Tunggu sampai sikon yang memungkinkan, dia ternyata bisa menjadi teman yang menyenangkan untuk sang kakak ipar.

Meskipun di awal Yarren terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Yigit ketika dia memutuskan untuk menikahi Nur dengan tiba-tiba, tapi Yarren kala itu tidak terlihat sama sekali membenci atau tidak suka dengan Nur. Bahkan dari matanya justru terlihat, Yarren lebih ke merasa kaget dan juga kasihan melihat Nur yang secara tiba-tiba juga hadir di tengah-tengah mereka sebagai Ny Yigit Kozan sekaligus sebagai kakak iparnya yang baru. Yarren sering terlihat tidak setuju dengan segala keputusan Ny Aytul berkaitan dengan Nur, tapi lagi-lagi dia kalah matang dari liciknya sang bibi. Atau juga Nazan yang seringkali nyinyir dan usil terhadap Nur, Yarren dengan caranya sendiri memperingatkan Nazan untuk tidak terlalu mengganggu Nur. Bahkan sesekali melihat Yarren justru tersenyum geli ketika melihat Nazan berhasil ditimpali oleh Nur, wkwkwkwkwkkk... Pun hubungan Yarren dengan Iclal juga sepertinya tidak begitu akrab. Hahha... Mana ada yang mau diakrabi oleh si ikan beku, selain hanya Yigit seorang... Dan kondisi seperti itu sepertinya tidak jadi masalah untuk Yarren... Toh Yarren seperti halnya yang lainnya, yang tinggal di rumah perkebunan Kozan, dia sungguh lebih dari paham kl Yigit memang sama sekali tidak mencintai Iclal. Jadi mungkin di pikiran Yarren, ngapain dekat-dekat dengan perempuan yang bahkan tak dikendaki oleh suaminya sendiri, xixixiii...

Maka dari itu, ketika Yigit akhirnya nekad membawa Nur sebagi mempelainya ke rumah dan berani melepaskan Iclal yang selama enam tahun sebelumnya seperti menjeratnya, Yarren lebih dalam posisi ‘meraba-raba’... Kl sampai sang kakak yang keras hati dan hampir tak tersentuh oleh urusan perempuan, terkecuali Iclal, bisa takhluk di hadapan Nur, berarti memang Nur bukan perempuan sembarangan. Hehhe.. Nur yang cantik, pintar, tapi sederhana, bagi Yarren dia terlihat bumi dan langit dengan Iclal. Nur yang bukan siapa-siapa bagi Mert, tapi kemudian bahkan bisa meraih hati Mert selayaknya seorang ibu kepada anaknya, Yarren mungkin sedikit demi sedikit bisa membaca, kl Nur memang tidak salah untuk diperjuangkan oleh Yigit. Tapi dari sekian banyak pertanyaan yang mengendap di hati, Yarren justru semakin penasaran denagn motivasi apa yang sebenarnya membuat Nur bisa sedemikian teguh dan tegar bertahan di rumah perkebunan Kozan sebagai istri Yigit, padahal dia di situ terlihat sangat menderita dengan berbagai peristiwa yang ia jalani berkaitan dengan kehadiran Iclal, setelah sadar dari koma.


Cinta, Yarren.. Hanya cinta yang membuat kakak ipar cantikmu itu bisa bertahan di antara segala sakit hati sebagai istri Yigit Kozan. Jawaban yang cukup singkat, tapi sangat mengena di hati Yarren kala itu, ketika akhirnya dia berkesempatan untuk lebih dekat dan mengenal Nur. Pagi itu seusai insiden Iclal berteriak-teriak mengusir Nur di ruang makan karena terganggu mimpi buruk mandi sauna Yigit dan Nur, Yarren yang melihat Nur sedang duduk sendirian di taman sambil menangis, menawarkan sekadar tisu untuk Nur. Setelah sempat diawali dengan basa-basi, selanjutnya berdua terlibat pembicaraan yang terlihat mengalir dan menyenangkan. Sungguh melegakan akhirnya bisa melihat kakak ipar dan adik iparnya bisa saling berbagi cerita. Yarren seperti sekaliyan membuktikan, bahwa perempuan yang saat itu sedang berbicara dengannya memang bukan seorang tipe istri yang matre, yang menyimpan banyak maksud tidak baik terhadap sang kakak. Nur hanya punya cinta dan kesabaran untuk senantiasa setia mendampingi Yigit Kozan, Yarren. Nur yang hangat dan pintar untuk dijadikan teman saling berbagi, membuat Yarren semakin nyaman dengan kakak iparnya tersebut. Kl Mert saja bisa sedemikian lengket dengan pengasuh jelitanya tersebut, berarti memang Nur apa adanya. Kan anak kecil paling tidak bisa dekat dehgan seseorang kl memang tidak sesuai denagn keinginannya sendiri. Rupanya sang kakak dan keponakan memang telah berjodoh dengan seorang perempuan yang tepat...

Yarren yang baik, Yarren yang tersipu-sipu malu ketika Nur menggodanya tentang smartphone nya yang terus berbunyi ketika mereka sedang berbincang berdua di tepi danau rumah perkebunan Kozan... Jangan khawatir, Yarren... Nur tidak akan mengadukan soal pacarmu kepada suaminya, hahahaaa... Atau kau memilih Emin juga, Yarren? Seperti halnya Yigit yang menyuruh Emin untuk mengantar jemput kau pergi kuliah... Andai Yigit tahu kl adiknya beroleh pacar yang brengsek... Pasti Yigit akan berreaksi sesengit Emin ketika tahu kau ternyata diduakan dan dipermainkan oleh pacarmu, wkwkwkwkwkkk...


Yarren dan Yarren... Andai cerita tentangmu lebih dipanjangkan, berharap cerita sisterhood mu dengan Nur dibuat lebih intim lagi. Berharap juga pertengkaran kecil demi pertengkaran kecilmu dengan Emin menjadi semakin lucu dan memikat, xixixiii... Tapi mungkin memang Yigit lebih suka mengirimmu sekolah ke luar negeri ya daripada melihatmu menjadi ikut-ikutan bosan dengan sikon di rumah perkebunan Kozan. Namun setidak-tidaknya kenangan akan Yarren Kozan selalu berhiaskan momen yang manis dan menyenangkan. Meskipun hanya sepintasan, tapi itu jauh lebih berkesan daripada harus disuguhi dari waktu ke waktu momen tentang betapa manja dan gebleggg nya seorang Iclal. Hadddeh... Benar-benar jadi tingkat gedhegggg nomor wahid dah... Sekian dulu ya edisi remahannya... Ketemu lagi di hari Senin minggu depan. Have a sweet Thursday, AVers... Semangatttt... Salam hangat.





18.06.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_81 Edisi ‘Manisnya Kamis’... Halo, AVers... Remahan kembali menyapa di tengah pekan yang bertepatan dengan hari Kartini, 21 April 2016... Apa kabar, Kartini-Kartini di grup kesayangan ini...  Semoga semuanya senantiasa bahagia dan bermakna yaaa... Mari melanjutkan cerita tentang nostalgia di season yang pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Season pertama yang sebetulnya belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan season keduanya yang sampai sekarang masih mengudara sekali dalam sepekan di negerinya Kemal Ataturk sana. Ibarat dalam sebuah relationship, season pertama AV/ANDD masih dalam tahap pengenalan karakter dan konflik. Tapi bukan berarti season pertama tanpa meninggalkan bekas apa-apa, karena di saat sebuah relationship tengah mengalami puncak-puncaknya konflik dan intrik, saat-saat pertama justru akan kembali diingat sebagai akar`pijakan untuk mendalami sebuah perjalanan cerita. Selalu ada yang pertama untuk segala hal, karena itu jangan suka mentang-mentang... Mentang-mentang sekarang sudah ada episode yang baru-baru, yang lama terus dilupakan, hahahaaa... Yang lama-lama juga akan selalu di hati, ibarat sebuah kenangan mereka akan lebih ‘timeless’..’everlasting’. Siapa yang akan lupa dengan pertemuan pertama Nur dan Yigit di jalanan hutan menuju rumah perkebunan Kozan... Siapa yang masih mengingat kapan ungkapan “seni seviyorum” pertama kali terucap dengan indah dari bibir Yigit Kozan... Siapa yang selalu terkenang dengan ciuman bibir pertama yang dilakukan oleh pasutri Yigit dan Nur Kozan... Saya yakin, semua memori akan momen-momen indah yang ada di season yang pertama AV/ANDD, para AVers masih akan selalu mengingatnya... Seperti halnya hari ini saya ingin mengajak para AVers untuk kembali mengingat tentang Yarren Kozan yang manis, tapi sayang sungguh disayang nasib kemunculannya di drama AV/ANDD seperti terlalu cepat untuk dihilangkan. Meskipun hanya sebentar, kemunculan Yarren sempat mencuri perhatian dan meninggalkan kesan yang baik serta menyenangkan. Yuk mariii, nostalgia tentang Yarren Kozan, yang kali ini deretan gambarnya akan saya cuplikkan dari episode dua dan delapan.

Yarren Kozan... Entah kenapa cerita tentang adik bungsu Cahit dan Yigit Kozan tersebut tiba-tiba menghilang dari cerita yang tengah berjalan. Saya mencatat, kemunculan Yarren untuk terakhir kalinya di drama AV/ANDD ada di episode 12 (dua belas) versi original YouTube. Setelah itu, kemunculan Yarren tidak lagi ditemukan di episode-episode selanjutnya. Padahal saya sudah membayangkan Yarren bisa menjadi adik ipar yang super asyik untuk Nur, yang bisa menjadi teman curhat untuk Nur, di saat hubungannya dengan Yigit mengalami krisis. Berharapnya kisah tentang Yarren juga dapat menjadi penengah atau penetralisir keadaan apabila Yigit dan Nur tengah bertengkar dan berselisih paham. Atau juga kisah pertengkaran-pertengkaran konyolnya dengan Emin yang berharap akan ada kelanjutannya, ech karena Yarren menghilang jadinya malah seperti buntu tanpa kelanjutan, hehhe... Sayang, sampai season kedua sekarang berjalan, kisah tentang si bungsu Kozan malah berganti haluan dengan kemunculan darah Kozan yang lain. Uuuppsstt..spolier... Hahahaa... Ahh, Yarren yang manis sekaligus cuek, dia memang gambaran anak bungsu yang kala itu masih serba ‘ditepikan’, kolokan, dan ‘semaunya saya’.


Yarren yang di awal kemunculannya juga masih serba ‘setengah-setengah’ dengan kehadiran Nur sebagai istri baru dari kakaknya, namun demikian dia bukan tipe-tipe yang nyinyir atau jahat. Yarren sendiri mungkin digambarkan sebagai tokoh yang karena posisinya sebagai yang termuda di keluarga besar Kozan, maka seringkali eksistensi serta keberadaannya tidak terlampau dihiraukan oleh para tokoh utama. Bukan berati dia juga terlalu dipinggirkan, hanya saja seperti Cahit dan Yigit sang kakak yang tertekan di bawah kendali Ny Aytul, Yarren bahkan mungkin yang harusnya paling benci dengan bibinya, yang menjadi pengganti sosok ibu kandungnya. Bibi yang membuat kakak-kakaknya berasa seperti tidak berdaya apa-apa dengan segala perintah serta kemauannya. Bibi yang lebih terlihat diktaktor daripada sebagai sosok pengganti ibu. Tapi Yarren bisa apa, dia toh hanya ‘anak bawang’ yang apabila protes sedikit saja tentang apa yang tidak sesuai dengan keinginannya, sekejap itu juga musnah harapan karena keburu ‘dihabisi’ oleh sang bibi.


Yarren yang ‘anak bawang’ dan Yarren yang sebenarnya juga tak lepas dari perhatian Yigit sebagai kakak. Teringat ketika Yigit di masa-masa awal pernikahan, ketika Nur berhasil kabur menuju terminal bus, kemudian Yigit bingung untuk mencari-cari istrinya, lalu mengejarnya. Yigit yang ketika itu tengah merasa kecolongan, memohon kepada Yarren untuk mengatakan keberadaan Nur yang sebenarnya di mana. Yigit dengan nada setengah putus asa sempat menyebut, “... Ayolah Yarren, kau yang masih mewarisi sifat ibu...” Sekilas dari ucapan sang kakak, Yarren memang tergambar di hati kakak-kakaknya sebagai pribadi yang baik dan bisa menjadi kepercayaan kakak-kakaknya. Tapi ya itu tadi, karena Yarren sudah di bawah kendali Ny Aytul seolah-olah dia juga harus tunduk dengan segala perintah dan kemauan sang bibi. Yarren juga begitu menyayangi sang keponakan, bahkan Yigit tak segan-segan untuk lebih memercayakan Mert kepada Yarren daripada sang nenek. Yarren yang di keseharian juga tampak lebih banyak berinteraksi dengan Nazan, bukan berarti dia juga akan senyinyir dan seusil Nazan... Ahh, Yarren... Sepertinya dia memang tipe-tipe yang sebenarnya bisa fleksibel dengan siapa saja karena posisi ‘anak bawangnya’, wkwkwkwkkk... Akan tetapi dia juga bukan tipe ‘kanan-kiri OK’ yang jahat dan menjadi ‘kompor’ bagi satu sama lain. Tunggu sampai sikon yang memungkinkan, dia ternyata bisa menjadi teman yang menyenangkan untuk sang kakak ipar.

Meskipun di awal Yarren terlihat tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Yigit ketika dia memutuskan untuk menikahi Nur dengan tiba-tiba, tapi Yarren kala itu tidak terlihat sama sekali membenci atau tidak suka dengan Nur. Bahkan dari matanya justru terlihat, Yarren lebih ke merasa kaget dan juga kasihan melihat Nur yang secara tiba-tiba juga hadir di tengah-tengah mereka sebagai Ny Yigit Kozan sekaligus sebagai kakak iparnya yang baru. Yarren sering terlihat tidak setuju dengan segala keputusan Ny Aytul berkaitan dengan Nur, tapi lagi-lagi dia kalah matang dari liciknya sang bibi. Atau juga Nazan yang seringkali nyinyir dan usil terhadap Nur, Yarren dengan caranya sendiri memperingatkan Nazan untuk tidak terlalu mengganggu Nur. Bahkan sesekali melihat Yarren justru tersenyum geli ketika melihat Nazan berhasil ditimpali oleh Nur, wkwkwkwkwkkk... Pun hubungan Yarren dengan Iclal juga sepertinya tidak begitu akrab. Hahha... Mana ada yang mau diakrabi oleh si ikan beku, selain hanya Yigit seorang... Dan kondisi seperti itu sepertinya tidak jadi masalah untuk Yarren... Toh Yarren seperti halnya yang lainnya, yang tinggal di rumah perkebunan Kozan, dia sungguh lebih dari paham kl Yigit memang sama sekali tidak mencintai Iclal. Jadi mungkin di pikiran Yarren, ngapain dekat-dekat dengan perempuan yang bahkan tak dikendaki oleh suaminya sendiri, xixixiii...

Maka dari itu, ketika Yigit akhirnya nekad membawa Nur sebagi mempelainya ke rumah dan berani melepaskan Iclal yang selama enam tahun sebelumnya seperti menjeratnya, Yarren lebih dalam posisi ‘meraba-raba’... Kl sampai sang kakak yang keras hati dan hampir tak tersentuh oleh urusan perempuan, terkecuali Iclal, bisa takhluk di hadapan Nur, berarti memang Nur bukan perempuan sembarangan. Hehhe.. Nur yang cantik, pintar, tapi sederhana, bagi Yarren dia terlihat bumi dan langit dengan Iclal. Nur yang bukan siapa-siapa bagi Mert, tapi kemudian bahkan bisa meraih hati Mert selayaknya seorang ibu kepada anaknya, Yarren mungkin sedikit demi sedikit bisa membaca, kl Nur memang tidak salah untuk diperjuangkan oleh Yigit. Tapi dari sekian banyak pertanyaan yang mengendap di hati, Yarren justru semakin penasaran denagn motivasi apa yang sebenarnya membuat Nur bisa sedemikian teguh dan tegar bertahan di rumah perkebunan Kozan sebagai istri Yigit, padahal dia di situ terlihat sangat menderita dengan berbagai peristiwa yang ia jalani berkaitan dengan kehadiran Iclal, setelah sadar dari koma.


Cinta, Yarren.. Hanya cinta yang membuat kakak ipar cantikmu itu bisa bertahan di antara segala sakit hati sebagai istri Yigit Kozan. Jawaban yang cukup singkat, tapi sangat mengena di hati Yarren kala itu, ketika akhirnya dia berkesempatan untuk lebih dekat dan mengenal Nur. Pagi itu seusai insiden Iclal berteriak-teriak mengusir Nur di ruang makan karena terganggu mimpi buruk mandi sauna Yigit dan Nur, Yarren yang melihat Nur sedang duduk sendirian di taman sambil menangis, menawarkan sekadar tisu untuk Nur. Setelah sempat diawali dengan basa-basi, selanjutnya berdua terlibat pembicaraan yang terlihat mengalir dan menyenangkan. Sungguh melegakan akhirnya bisa melihat kakak ipar dan adik iparnya bisa saling berbagi cerita. Yarren seperti sekaliyan membuktikan, bahwa perempuan yang saat itu sedang berbicara dengannya memang bukan seorang tipe istri yang matre, yang menyimpan banyak maksud tidak baik terhadap sang kakak. Nur hanya punya cinta dan kesabaran untuk senantiasa setia mendampingi Yigit Kozan, Yarren. Nur yang hangat dan pintar untuk dijadikan teman saling berbagi, membuat Yarren semakin nyaman dengan kakak iparnya tersebut. Kl Mert saja bisa sedemikian lengket dengan pengasuh jelitanya tersebut, berarti memang Nur apa adanya. Kan anak kecil paling tidak bisa dekat dehgan seseorang kl memang tidak sesuai denagn keinginannya sendiri. Rupanya sang kakak dan keponakan memang telah berjodoh dengan seorang perempuan yang tepat...

Yarren yang baik, Yarren yang tersipu-sipu malu ketika Nur menggodanya tentang smartphone nya yang terus berbunyi ketika mereka sedang berbincang berdua di tepi danau rumah perkebunan Kozan... Jangan khawatir, Yarren... Nur tidak akan mengadukan soal pacarmu kepada suaminya, hahahaaa... Atau kau memilih Emin juga, Yarren? Seperti halnya Yigit yang menyuruh Emin untuk mengantar jemput kau pergi kuliah... Andai Yigit tahu kl adiknya beroleh pacar yang brengsek... Pasti Yigit akan berreaksi sesengit Emin ketika tahu kau ternyata diduakan dan dipermainkan oleh pacarmu, wkwkwkwkwkkk...


Yarren dan Yarren... Andai cerita tentangmu lebih dipanjangkan, berharap cerita sisterhood mu dengan Nur dibuat lebih intim lagi. Berharap juga pertengkaran kecil demi pertengkaran kecilmu dengan Emin menjadi semakin lucu dan memikat, xixixiii... Tapi mungkin memang Yigit lebih suka mengirimmu sekolah ke luar negeri ya daripada melihatmu menjadi ikut-ikutan bosan dengan sikon di rumah perkebunan Kozan. Namun setidak-tidaknya kenangan akan Yarren Kozan selalu berhiaskan momen yang manis dan menyenangkan. Meskipun hanya sepintasan, tapi itu jauh lebih berkesan daripada harus disuguhi dari waktu ke waktu momen tentang betapa manja dan gebleggg nya seorang Iclal. Hadddeh... Benar-benar jadi tingkat gedhegggg nomor wahid dah... Sekian dulu ya edisi remahannya... Ketemu lagi di hari Senin minggu depan. Have a sweet Thursday, AVers... Semangatttt... Salam hangat.





Rabu, 20 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_80 Halooo, AVers... Ketemu lagi di edisi remahan yaaa... Masuk tengah pekan, semoga semangatnya tidak tinggal ‘setengah-setengah’, hehhe... Mari berbicara tentang ‘Rabu Rahasia’ untuk flashback episode dua serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia) kali ini. Hhmmm... Kl sudah menyinggung rahasia, drama AV/ANDD memang yang paling jawara. Seperti yang pernah dibahas juga di edisi remah-remah yang sebelumnya, bahwa greget serial drama ini ada di kata kunci ‘RAHASIA’. Pokokknya tidak kalah seru dan deg deg annya dengan nonton film aksi spionase, saking serba rahasianya, wkwkwkwkwkkk... Berawal dari satu rahasia, akhirnya jadi makin bertumpuk-tumpuk yang mesti dirahasiakan karena demi kepentingan satu orang di masa lalu. Eeeeyyyaaa... Memang orang hidup itu untuk masa lalu ya, sampai-sampai untuk yang sekarang dan masa depan, seolah-olah justru harus dikorbankan?? Tanyakan saja kepada Yigit Kozan bagaimana dia akhirnya lebih terkesan terjebak mementingkan masa lalunya daripada memerjuangkan masa depannya. Cinta yang di awal jadi tekad kuat untuk membangkitkan lagi semangat yang hampir sekarat, lama-lama malah hanya terkesan seperti wacana alias ‘omong doank’, hahha... Memang benar Yigit Kozan bukan seorang ‘Don Juan’, tapi yang terlihat di mata telanjang adalah seolah-olah ‘ulah menduanya’ mengalahkan kisah skandal seorang bos besar yang mata keranjang. Balik lagi, saudara-saudara... Atas nama perikemanusiaan yang terlalu dipaksakan dan diada-adakan, wweew... Bahkan sang istri yang harusnya bisa mengadukan nasibnya ke Komnas Perempuan, jadi ikut-ikutan tak bertaji gara-gara ketakutan nanti malah dia yang disangka tak bersimpati dan berempati dengan mantan istri sang suami. Ya sudah, ceritanya jadi menanggung beban dan konsekuensi dari sebuah rahasia cinta mati. Hahha...

Yigit mengawali cerita jatuh cintanya kepada Nur Demira memang kurang lebih dengan bekal sebuah rahasia. Rahasia kl dia sebenarnya bukan seorang duda dengan satu putra, yang kala itu dengan begitu cepatnya untuk menarik perhatian gadis jelita nan periang dari kota di sebelah selatan Istanbul, Adana. Sang gadis yang mengenali bos Kozan Otomotive sebagai seorang suami yang ditinggal mati oleh istrinya karena sebuah peristiwa kecelakaan tragis tiga tahun yang lalu, belum tahu kl yang sebenarnya laki-laki yang sudah memikat hatinya kala itu masih berstatus sebagai seorang suami dari Iclal Kozan yang ternyata masih terbaring koma dari hari pertama kecelakaan naas terjadi. Lalu bagaimana dengan cerita rahasia hati kl Yigit punya alasan yang kuat untuk mengesampingkan cerita duka istrinya dan akhirnya malah jatuh cinta dengan gadis yang baru ditemuinya? Yigit seorang suami yang tak setiakah, sudah mulai bosankah dia dengan waktu yang terus-menerus memanjangkan tidur tak berdaya sang istri di rumah sakit, atau ada sesuatu yang lain yang justru jadi yang utama di balik segala kisah kehidupannya?? Ada apa dengan Nur hingga sampai akhirnya justru menjadi titik awal bagi Yigit untuk kembali bersemangat dengan hati dan cintanya... Yang jelas ini bukan cerita tentang sebuah pengkhianatan atau orang ketiga yang lekat dengan stigma negatif. Yuhuuuuuu... Ini cerita tentang cinta yang di manapun berada rona keindahannya akan selalu semerbak seharum mawar dan kesakitannya tak kalah hebat bila duri di tangkainya sudah kita sentuh sedemikian rupa. Ya iya, mana ada cinta yang tak sakit,...

Siapa bilang yang paling menderita kala itu hanya Iclal? Kl itu dari sudut pandang Ny Aytul, saya percaya dia pasti akan ngotot mengatakan hal tersebut... Ya kan ibunya... Lalu adakah yang peduli dengan beban dan derita Yigit ketika itu?? Cahit sebagai kakak tak cukup kuat untuk melawan kehendak bibinya, padahal ia tahu pasti sang adik begitu menderita dengan pernikahan yang tak pernah dikehendakinya. Begitu juga dengan Yarren si bungsu, dia seolah-olah hanya ‘anak bawang’ di antara para penguasa absurd di rumah perkebunan Kozan. Belum lagi dengan adanya Nazan yang hanya menambah beban kepusingan Yigit. Yigit ya hanya Yigit saja... Dia hanya punya Mert yang membantu untuk setidak-tidaknya bertahan di antara segala sesuatu yang memberatkannya. Yigit yang berjuang sendiri untuk segala-galanya, bahkan ketika dia sudah berhasil mencukupkan segala-galanya untuk keluarga besarnya, balasan yang harus ia dapatkan kemudian justru jauh dari harapannya. Yigit yang tak pernah percaya cinta, justru dibuat semakin antipati dengan cinta gara-gara sang bibi yang tak kuasa menolak permintaan anak perempuan manjanya. Ketika sang anak perempuan dalam derita panjang, lagi-lagi sang bibi harus memenjarakan Yigit dalam dosa dan kesalahan yang berlarut-larut.

Enam tahun bukan rentang waktu yang pendek untuk seorang laki-laki bisa bertahan dalam pernikahan yang tak dikendaki, tapi Yigit lama-lama memang seperti halnya pasrah dalam menjalani. Pasrah setelah di hari dia menjatuhkan talak kepada istrinya, justru kecelakan hebat yang jadi jawabannya. Dan hasilnya adalah koma yang entah kapan tahu akan sampai di mana pada ‘titiknya’. Tiga detik, tiga menit, tiga jam, tiga hari, tiga minggu, tiga bulan, dan akhirnya angka tiganya sudah menginjak tahun, apalagi kl tidak berpasrah kepada Yang Di Atas. Pasrah bahwa DIA pasti tahu segalanya yang terbaik untuk Yigit. Masih pantaskah untuk Yigit merasakan kebahagiaan, benarkah hati yang sudah tertutup rapat untuk cinta itu tidak bisa dibuka lagi? Tuhan menjawabmu lewat Nur Demira, Yigit. Jangan sekali-kali sangsikan kuasaNYA kepada umat-umatNYA. Yang jelas Yigit masih diberikan kesempatan untuk menggenapkan apa itu arti kebahagiaan dan cinta yang sesungguhnya.

Lalu apakah arti kebahagiaan jika akhirnya kemudian harus dirahasiakan? Ya itulah ujian dan intriknya. Yigit dituntut harus lebih bertanggung jawab dan dewasa ketika dia memutuskan untuk siap mengarungi kebahagiaannya. Bukan lagi cerita bahagia hura-hura yang tanpa makna, cinta yang hanya suka-suka, dan kemudian hilang tanpa makna selain hanya kenang-kenangan seru-seruan. Di balik anugrah kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan kepada Yigit lewat Nur, sebenarnya ada makna yang lebih dalam jikalau Yigit pandai mencermatinya.  Tidak ada kebahagiaan yang gratis dan tidak ada derita yang tanpa ujung, begitu mungkin makna yang terselip.  Kehadiran Nur adalah pertanda jika Yigit memang sudah saatnya memanjakan hatinya dan menikmati hidup. Tapi ketika ada masa lalu yang senantiasa menggelayut dan menjadi beban, itulah saatnya untuk disudahi dan ditinggalkan. Terkesan bertele-tele karena sikon yang serba memojokkan, ya sekali lagi itulah ujian kesabaran dan tanggung jawab.

Yang jelas, berani berbuat, berani bertanggung jawab ya, Yigit yaaa... Kau tahu pasti ketika akhirnya berhasil meyakinkan Nur untuk mau menikah denganmu, cepat atau lambat rahasia yang kau simpan pasti akan terkuak. Mungkin di pikiran Nur ketika dia usai menerimamu menjadi suaminya, dia hanya akan menghadapi kesulitan bagaimana akhirnya harus menghadapi keluargamu, ketika dia nanti kau bawa ke hadapan keluargamu sebagai mempelaimu. Bukan pikiran yang lain-lain, Yigit. Lain lagi dengan beban di pikiranmu saat itu. Selain harus menjelaskan pernikahan diam-diam tersebut, Yigit masih juga harus menjelaskan kebohongan liciknya kepada bibinya sebagai usaha agar dapat menceraikan Iclal apabila  sewaktu-waktu Iclal mampu tersadar dari komanya dan belum meninggal seperti perkiraan Nur kala itu. Akan tetapi inti dari semuanya adalah bagaimana nanti Yigit menjelaskan sikon yang sebenarnya kepada Nur, tentang sikon ketika mereka menikah. Dan inilah yang nantinya justru akan menjadikan Nur sakit hati.

Di luar perkiraan Yigit, ternyata segala rahasia yang menjadi bebannya selama ini harus terungkap semua di hari pertama pernikahannya dengan perempuan yang dicintainya. Bahkan Yigit seperti tak punya daya apa-apa, ketika akhirnya sang istri tahu kl mantan istrinya ternyata tidak meninggal seperti perkiraannya. Nur yang harusnya di hari pertama pernikahannya tampak bahagia, malah lebih kelihatan seperti usai menjalani ijab qobul di bawah tekanan. Belum lagi ketika dibawa suami untuk melangkah masuk ke rumahnya kini, hadddeh, Nur... Berasa seperti masuk ke kandang kumpulan singa kali yaaa... Nur yang bukan siapa-siapa, Nur yang hanya keponakan seorang asisten rumah tangga di rumah perkebunan Kozan, Nur yang belum lama mengenal Yigit Kozan, tiba-tiba malam itu datang dan masuk ke rumah perkebunan Kozan dengan status sebagai Ny Yigit Kozan, sang nyonya besar baru di rumah megah bercat putih tersebut. Yigit yang selama ini tampak diam dan tertekan, sekalinya memberi kejutan kepada anggota kelurganya, bahkan Ny Aytul yang merasa paling berkepentingan karena usai ditelikung Yigit secara licik dan mengenaskan, hanya bisa meracau pedas tak berkesudahan. Hahahaaa... Yigit...Yigit... ‘Singa’ perkebunan Kozan ini... Sekalinya kena virus cinta, dampaknya langsung bikin ngiluuu setengah gila seluruh anggota keluarga. Wkwkwkwkkk...

Belum lagi ketika melihat teriakannya di depan Ny Aytul untuk membela istri dan menegaskan pernikahannya... “... Jatuh cinta..Aku jatuh cinta..Aku menikahi kekasihku, perempuan yang kucintai..Nur adalah istriku, istrikuuuu...!!!” Ya Tuhan, berasa ‘laki’ banget..it’s so manly, melihat Yigit kala itu berteriak-teriak untuk memertahankan pernikahan dan istrinya. Tak peduli dengan segala penolakan seluruh anggota keluarga, Yigit dengan sorot mata kemarahan yang juga menyiratkan keyakinan, terlihat tanpa takut dan ampun. Meskipun setelahnya dia harus menghadapi sang istri yang datang ke hadapannya denagn air mata yang sudah berderai-derai... Yigit, saatnya telah tiba!!! Lebih cepat dari perkiraan, lebih miris dan ironis dari yang kau bayangkan. Istrimu menerima kabar kl Iclal sudah sadar dari komanya!!! Inikah harga yang harus kau bayar untuk kebahagiaan yang berani kau ambil? Atau ini karma karena kau telah mencurangi bibimu? Ahh, sudahlah... Saatnya sekarang kau berjuang demi cintamu... Saatnya harta dan kekuasaan bukan lagi jadi prioritas perjuanganmu... Sekarang saatnya hati belajar lebih dewasa, lebih humanis sebagai konsekuensi cinta yang mulai tumbuh di hati.

Meskipun saat itu kepercayaan istrimu kepadamu seketika runtuh, tapi tetaplah tegak berdiri untuk membangun kembali kepercayaan di hati Nur. Toh yang kau lakukan bukan sebuah pengkhianatan dan Nur juga sedang tidak mengambil kebahagiaan dari sebuah pernikahan. Yang ada sekarang hanya cerita untuk memertahankan kebahagiaan di atas rumah tangga yang di bangun berdasarkan cinta. Tentang yang lain-lainnya itulah intrik dan ujiannya. Tidak akan mudah, tapi InsyaAlloh pasti ada jalan keluarnya. Sesungguhnya memang cerita pernikahan dan kebahagiaan bukan untuk dirahasiakan. Jika memang di hari pertama pernikahan Yigit dan Nur sudah ada air mata yang mengalir untuk membuka ujian dan cobaan, berharap di esok yang akan datang berganti dengan air mata tanda syukur kebahagiaan. Aamiin. Have a success Wednesday, AVers... Salam hangat.






18.36.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_80 Halooo, AVers... Ketemu lagi di edisi remahan yaaa... Masuk tengah pekan, semoga semangatnya tidak tinggal ‘setengah-setengah’, hehhe... Mari berbicara tentang ‘Rabu Rahasia’ untuk flashback episode dua serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia) kali ini. Hhmmm... Kl sudah menyinggung rahasia, drama AV/ANDD memang yang paling jawara. Seperti yang pernah dibahas juga di edisi remah-remah yang sebelumnya, bahwa greget serial drama ini ada di kata kunci ‘RAHASIA’. Pokokknya tidak kalah seru dan deg deg annya dengan nonton film aksi spionase, saking serba rahasianya, wkwkwkwkwkkk... Berawal dari satu rahasia, akhirnya jadi makin bertumpuk-tumpuk yang mesti dirahasiakan karena demi kepentingan satu orang di masa lalu. Eeeeyyyaaa... Memang orang hidup itu untuk masa lalu ya, sampai-sampai untuk yang sekarang dan masa depan, seolah-olah justru harus dikorbankan?? Tanyakan saja kepada Yigit Kozan bagaimana dia akhirnya lebih terkesan terjebak mementingkan masa lalunya daripada memerjuangkan masa depannya. Cinta yang di awal jadi tekad kuat untuk membangkitkan lagi semangat yang hampir sekarat, lama-lama malah hanya terkesan seperti wacana alias ‘omong doank’, hahha... Memang benar Yigit Kozan bukan seorang ‘Don Juan’, tapi yang terlihat di mata telanjang adalah seolah-olah ‘ulah menduanya’ mengalahkan kisah skandal seorang bos besar yang mata keranjang. Balik lagi, saudara-saudara... Atas nama perikemanusiaan yang terlalu dipaksakan dan diada-adakan, wweew... Bahkan sang istri yang harusnya bisa mengadukan nasibnya ke Komnas Perempuan, jadi ikut-ikutan tak bertaji gara-gara ketakutan nanti malah dia yang disangka tak bersimpati dan berempati dengan mantan istri sang suami. Ya sudah, ceritanya jadi menanggung beban dan konsekuensi dari sebuah rahasia cinta mati. Hahha...

Yigit mengawali cerita jatuh cintanya kepada Nur Demira memang kurang lebih dengan bekal sebuah rahasia. Rahasia kl dia sebenarnya bukan seorang duda dengan satu putra, yang kala itu dengan begitu cepatnya untuk menarik perhatian gadis jelita nan periang dari kota di sebelah selatan Istanbul, Adana. Sang gadis yang mengenali bos Kozan Otomotive sebagai seorang suami yang ditinggal mati oleh istrinya karena sebuah peristiwa kecelakaan tragis tiga tahun yang lalu, belum tahu kl yang sebenarnya laki-laki yang sudah memikat hatinya kala itu masih berstatus sebagai seorang suami dari Iclal Kozan yang ternyata masih terbaring koma dari hari pertama kecelakaan naas terjadi. Lalu bagaimana dengan cerita rahasia hati kl Yigit punya alasan yang kuat untuk mengesampingkan cerita duka istrinya dan akhirnya malah jatuh cinta dengan gadis yang baru ditemuinya? Yigit seorang suami yang tak setiakah, sudah mulai bosankah dia dengan waktu yang terus-menerus memanjangkan tidur tak berdaya sang istri di rumah sakit, atau ada sesuatu yang lain yang justru jadi yang utama di balik segala kisah kehidupannya?? Ada apa dengan Nur hingga sampai akhirnya justru menjadi titik awal bagi Yigit untuk kembali bersemangat dengan hati dan cintanya... Yang jelas ini bukan cerita tentang sebuah pengkhianatan atau orang ketiga yang lekat dengan stigma negatif. Yuhuuuuuu... Ini cerita tentang cinta yang di manapun berada rona keindahannya akan selalu semerbak seharum mawar dan kesakitannya tak kalah hebat bila duri di tangkainya sudah kita sentuh sedemikian rupa. Ya iya, mana ada cinta yang tak sakit,...

Siapa bilang yang paling menderita kala itu hanya Iclal? Kl itu dari sudut pandang Ny Aytul, saya percaya dia pasti akan ngotot mengatakan hal tersebut... Ya kan ibunya... Lalu adakah yang peduli dengan beban dan derita Yigit ketika itu?? Cahit sebagai kakak tak cukup kuat untuk melawan kehendak bibinya, padahal ia tahu pasti sang adik begitu menderita dengan pernikahan yang tak pernah dikehendakinya. Begitu juga dengan Yarren si bungsu, dia seolah-olah hanya ‘anak bawang’ di antara para penguasa absurd di rumah perkebunan Kozan. Belum lagi dengan adanya Nazan yang hanya menambah beban kepusingan Yigit. Yigit ya hanya Yigit saja... Dia hanya punya Mert yang membantu untuk setidak-tidaknya bertahan di antara segala sesuatu yang memberatkannya. Yigit yang berjuang sendiri untuk segala-galanya, bahkan ketika dia sudah berhasil mencukupkan segala-galanya untuk keluarga besarnya, balasan yang harus ia dapatkan kemudian justru jauh dari harapannya. Yigit yang tak pernah percaya cinta, justru dibuat semakin antipati dengan cinta gara-gara sang bibi yang tak kuasa menolak permintaan anak perempuan manjanya. Ketika sang anak perempuan dalam derita panjang, lagi-lagi sang bibi harus memenjarakan Yigit dalam dosa dan kesalahan yang berlarut-larut.

Enam tahun bukan rentang waktu yang pendek untuk seorang laki-laki bisa bertahan dalam pernikahan yang tak dikendaki, tapi Yigit lama-lama memang seperti halnya pasrah dalam menjalani. Pasrah setelah di hari dia menjatuhkan talak kepada istrinya, justru kecelakan hebat yang jadi jawabannya. Dan hasilnya adalah koma yang entah kapan tahu akan sampai di mana pada ‘titiknya’. Tiga detik, tiga menit, tiga jam, tiga hari, tiga minggu, tiga bulan, dan akhirnya angka tiganya sudah menginjak tahun, apalagi kl tidak berpasrah kepada Yang Di Atas. Pasrah bahwa DIA pasti tahu segalanya yang terbaik untuk Yigit. Masih pantaskah untuk Yigit merasakan kebahagiaan, benarkah hati yang sudah tertutup rapat untuk cinta itu tidak bisa dibuka lagi? Tuhan menjawabmu lewat Nur Demira, Yigit. Jangan sekali-kali sangsikan kuasaNYA kepada umat-umatNYA. Yang jelas Yigit masih diberikan kesempatan untuk menggenapkan apa itu arti kebahagiaan dan cinta yang sesungguhnya.

Lalu apakah arti kebahagiaan jika akhirnya kemudian harus dirahasiakan? Ya itulah ujian dan intriknya. Yigit dituntut harus lebih bertanggung jawab dan dewasa ketika dia memutuskan untuk siap mengarungi kebahagiaannya. Bukan lagi cerita bahagia hura-hura yang tanpa makna, cinta yang hanya suka-suka, dan kemudian hilang tanpa makna selain hanya kenang-kenangan seru-seruan. Di balik anugrah kebahagiaan yang diberikan oleh Tuhan kepada Yigit lewat Nur, sebenarnya ada makna yang lebih dalam jikalau Yigit pandai mencermatinya.  Tidak ada kebahagiaan yang gratis dan tidak ada derita yang tanpa ujung, begitu mungkin makna yang terselip.  Kehadiran Nur adalah pertanda jika Yigit memang sudah saatnya memanjakan hatinya dan menikmati hidup. Tapi ketika ada masa lalu yang senantiasa menggelayut dan menjadi beban, itulah saatnya untuk disudahi dan ditinggalkan. Terkesan bertele-tele karena sikon yang serba memojokkan, ya sekali lagi itulah ujian kesabaran dan tanggung jawab.

Yang jelas, berani berbuat, berani bertanggung jawab ya, Yigit yaaa... Kau tahu pasti ketika akhirnya berhasil meyakinkan Nur untuk mau menikah denganmu, cepat atau lambat rahasia yang kau simpan pasti akan terkuak. Mungkin di pikiran Nur ketika dia usai menerimamu menjadi suaminya, dia hanya akan menghadapi kesulitan bagaimana akhirnya harus menghadapi keluargamu, ketika dia nanti kau bawa ke hadapan keluargamu sebagai mempelaimu. Bukan pikiran yang lain-lain, Yigit. Lain lagi dengan beban di pikiranmu saat itu. Selain harus menjelaskan pernikahan diam-diam tersebut, Yigit masih juga harus menjelaskan kebohongan liciknya kepada bibinya sebagai usaha agar dapat menceraikan Iclal apabila  sewaktu-waktu Iclal mampu tersadar dari komanya dan belum meninggal seperti perkiraan Nur kala itu. Akan tetapi inti dari semuanya adalah bagaimana nanti Yigit menjelaskan sikon yang sebenarnya kepada Nur, tentang sikon ketika mereka menikah. Dan inilah yang nantinya justru akan menjadikan Nur sakit hati.

Di luar perkiraan Yigit, ternyata segala rahasia yang menjadi bebannya selama ini harus terungkap semua di hari pertama pernikahannya dengan perempuan yang dicintainya. Bahkan Yigit seperti tak punya daya apa-apa, ketika akhirnya sang istri tahu kl mantan istrinya ternyata tidak meninggal seperti perkiraannya. Nur yang harusnya di hari pertama pernikahannya tampak bahagia, malah lebih kelihatan seperti usai menjalani ijab qobul di bawah tekanan. Belum lagi ketika dibawa suami untuk melangkah masuk ke rumahnya kini, hadddeh, Nur... Berasa seperti masuk ke kandang kumpulan singa kali yaaa... Nur yang bukan siapa-siapa, Nur yang hanya keponakan seorang asisten rumah tangga di rumah perkebunan Kozan, Nur yang belum lama mengenal Yigit Kozan, tiba-tiba malam itu datang dan masuk ke rumah perkebunan Kozan dengan status sebagai Ny Yigit Kozan, sang nyonya besar baru di rumah megah bercat putih tersebut. Yigit yang selama ini tampak diam dan tertekan, sekalinya memberi kejutan kepada anggota kelurganya, bahkan Ny Aytul yang merasa paling berkepentingan karena usai ditelikung Yigit secara licik dan mengenaskan, hanya bisa meracau pedas tak berkesudahan. Hahahaaa... Yigit...Yigit... ‘Singa’ perkebunan Kozan ini... Sekalinya kena virus cinta, dampaknya langsung bikin ngiluuu setengah gila seluruh anggota keluarga. Wkwkwkwkkk...

Belum lagi ketika melihat teriakannya di depan Ny Aytul untuk membela istri dan menegaskan pernikahannya... “... Jatuh cinta..Aku jatuh cinta..Aku menikahi kekasihku, perempuan yang kucintai..Nur adalah istriku, istrikuuuu...!!!” Ya Tuhan, berasa ‘laki’ banget..it’s so manly, melihat Yigit kala itu berteriak-teriak untuk memertahankan pernikahan dan istrinya. Tak peduli dengan segala penolakan seluruh anggota keluarga, Yigit dengan sorot mata kemarahan yang juga menyiratkan keyakinan, terlihat tanpa takut dan ampun. Meskipun setelahnya dia harus menghadapi sang istri yang datang ke hadapannya denagn air mata yang sudah berderai-derai... Yigit, saatnya telah tiba!!! Lebih cepat dari perkiraan, lebih miris dan ironis dari yang kau bayangkan. Istrimu menerima kabar kl Iclal sudah sadar dari komanya!!! Inikah harga yang harus kau bayar untuk kebahagiaan yang berani kau ambil? Atau ini karma karena kau telah mencurangi bibimu? Ahh, sudahlah... Saatnya sekarang kau berjuang demi cintamu... Saatnya harta dan kekuasaan bukan lagi jadi prioritas perjuanganmu... Sekarang saatnya hati belajar lebih dewasa, lebih humanis sebagai konsekuensi cinta yang mulai tumbuh di hati.

Meskipun saat itu kepercayaan istrimu kepadamu seketika runtuh, tapi tetaplah tegak berdiri untuk membangun kembali kepercayaan di hati Nur. Toh yang kau lakukan bukan sebuah pengkhianatan dan Nur juga sedang tidak mengambil kebahagiaan dari sebuah pernikahan. Yang ada sekarang hanya cerita untuk memertahankan kebahagiaan di atas rumah tangga yang di bangun berdasarkan cinta. Tentang yang lain-lainnya itulah intrik dan ujiannya. Tidak akan mudah, tapi InsyaAlloh pasti ada jalan keluarnya. Sesungguhnya memang cerita pernikahan dan kebahagiaan bukan untuk dirahasiakan. Jika memang di hari pertama pernikahan Yigit dan Nur sudah ada air mata yang mengalir untuk membuka ujian dan cobaan, berharap di esok yang akan datang berganti dengan air mata tanda syukur kebahagiaan. Aamiin. Have a success Wednesday, AVers... Salam hangat.






Selasa, 19 April 2016

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_79 ‘Selasa Serasi’, remahannya datang lagi... Halo, AVers... Semoga semuanya senantiasa dalam keadaan yang sehat dan bahagia yaaa... Yuk, mari kita nostalgia lagi dengan episode-episode yang ada di season pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Kali ini nostalgianya mo cerita yang bahagia-bahagia saja, yang bikin gemessss sepenuh hati, yang selalu sukses bikin rindu setengah mati apabila kembali mengingatnya. Maka dari itu, mari mengingat kembali dengan apa yang terjadi di episode satu dan 13 (tiga belas).  Cerita tentang seorang Yigit Kozan yang ketika di deretan scene yang saya cuplikkan di remahan kali ini, tampak begitu ‘berbeda’. Yigit yang biasanya pendiam dan pemurung, Yigit yang introvert dan keras hati, dan Yigit yang terluka dan hampir mati rasa, setidak-tidaknya dalam deretan scene yang ada sekarang, dia terlihat begitu ‘cair’, bahagia, dan berhasil menampilkan dirinya yang ternyata masih punya ‘hati dan jiwa’. Hati dan jiwa yang hampir mati, yang hampir tidak bisa menikmati hidup dan kerja kerasnya, selain hanya demi anak dari seorang istri yang tak pernah dicintainya. Kini sang anak rupanya tidak sendirian untuk bisa membangkitkan semangat sang ayah, hhmmm... Semangat yang hampir mati karena perasaan yang tidak percaya dengan kehadiran cinta. Perasaan yang tadinya kosong, beranjak terisi dengan momen-momen penuh cinta... Ahh, Yigit... Andai Nur tidak kesasar menuju ke rumahmu dulu... Andai Mert tidak sempat mengenal Nur kemudian... Inilah cerita tentang ‘sisi lain’ Yigit, yang terlihat ‘berbeda’ apabila bersama dengan orang-orang yang tepat untuknya.

Jika kita mengalami sikon sama seperti halnya Yigit ketika sebelum bertemu dengan Nur dulu, mungkin pasrah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk terus tegar menjalani hari-hari. Ketika keinginan untuk merubah nasib sudah terwujud, hasil kerja keras sudah bisa dinikmati, dan ketika dunia seperti sudah dalam genggaman, bukankah itu tetap sebuah goal yang membanggakan?? Tapi apakah hidup cukup hanya dengan melulu materi dan kemewahan?? Inilah selanjutnya untuk pasrah yang dimaksudkan. Pasrah ketika kemewahan dan harta tidak berbanding lurus dengan cerita kebahagiaan yang sejati. Yigit sudah diberikan jalan oleh Tuhan untuk menemukan  rezeki harta dan kekuasaan, tapi tidak untuk hati dan cintanya. Tuhan sepertinya ingin memberi ‘ujian’ untuk Yigit lewat hati dan cintanya. Boleh jadi untuk urusan materi, seorang Yigit Kozan sudah jauh dari kekurangan, tapi untuk masalah hati, justru dia berkebalikan dari semua harta yang dimilikinya. ‘Kering’ dan mungkin juga hampir jatuh ‘miskin’, yang pada akhirnya justru menggenapkan konsep kepasrahan tadi. Hhmmm.. Di balik segala keberhasilannya membangun Kozan Otomotive, apa jadinya jika Yigit terpaksa menjalani pernikahan yang dipaksakan dengan sepupunya sendiri... Apa yang harus dilakukan jika kemudian Yigit menjalani hari-hari dalam berumah tangga dengan Iclal dipenuhi dengan kemarahan dan rasa benci... Apa yang harus diputuskan jika sekuat hati untuk bertahan tapi tetap tidak bisa untuk dipertahankan... Sampai akhirnya nasib buruk yang berikutnya sudah terlanjur terjadi sebelum yang lain-lainnya berhasil disudahi, berasa konflik makin bertumpuk-tumpuk. Seperti hanya menjalani hidup yang sebatas untuk menghabiskan waktu, menunggu yang tiada ujung, dan tanpa harapan yang indah untuk ke depan. Semuanya seolah-olah kabur dan tidak jelas bagi Yigit saat itu. Beruntung dia masih punya pekerjaan yang menyita waktu dan menjadi pelampiasan yang seolah-olah sempurna. Bahwa masih ada anak yang senantiasa memanjangkan nafas Yigit kala itu, Mert pun tidak benar-benar dalam rasa kasih sayang yang sempurna dari ayahnya.

Berada di bawah pengasuhan ayah yang lebih sibuk dengan urusan pekerjaan dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama sang nenek, membuat Mert mau tidak mau makin kehilangan sosok orang tuanya. Belum lagi dia bisa mencari jawaban atas kehilangan sosok ibu, dia masih harus dihadapkan dengan cara menyayangi model ayahnya yang terkesan sambil-lalu di antara rutinitas pekerjaannya. Ayah yang sebenarnya sangat menyayangi dan perhatian dengan Mert, tapi tetap saja Yigit sebelum bertemu Nur acapkali terlihat seperti halnya ‘robot’ yang serba kaku dan benar-benar tidak memahami bagaimana sebenarnya menghadapi anaknya yang mulai menunjukkan kenakalan-kenakalan demi mengharap perhatian dari sang ayah.

Beruntung kala itu akhirnya sang ayah bertemu secara tak sengaja dengan ‘bidadari’ yang nyasar di jalanan menuju rumah perkebunan Kozan, wkwkwkwkwkkk... Mertttttt... Kau juga harus mulai ‘terang’ dan bahagia, seperti halnya ayahmu yang mulai menemukan ‘cahaya’!!! ‘Cahaya’ yang makin tampak bersinar ketika kau berulah di pohon besar, Mert... Ketika itu kau memohon kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan sosok ibumu, tapi rupanya Tuhan malah mengirimu dulu seorang teman yang kelak bisa membuatmu tersenyum bahagia, sebelum akhirnya kau bisa bertemu dengan ibumu yang sesungguhnya, Mert... Teman bagi Mert, tapi lebih dari sekadar teman untuk sang ayah. Dari cerita yang nyasar-nyasar, lanjut dibentak-bentak, ech di pohon besar malam itu masih belum habis juga cerita bentak-bentak untuk seorang Yigit Kozan yang untouchable, wkwkwkwkwkkk... Tak seorangpun selama ini yang berani membentak Yigit, sampai akhirnya ada yang berani membentak, saat itu juga cinta datang di antara yang tak biasa, hahahaaa... Kena deh!!! Cinta pada pandangan pertama lebih tepatnya... Cinta pada Nur yang bermata hijau jelita, yang untuk pertama kalinya membuat Yigit tak kuasa menolak dengan kehadiran cinta.

Seperti sudah mengikuti alur dan prosedurnya, ternyata Nur tidak hanya menarik hati bagi sang ayah, Mert pun sudah dibuat tak bisa terpisahkan dari Nur. Sukaaaaa ketika Mert mengatakan kepada nenek dan bibinya kala itu kl dia sangat menyukai Nur. Suka juga ketika dia akhirnya memohon kepada ayahnya untuk Nur jangan dibiarkan pergi dari kehidupan mereka, xixixiii... Mert tahu saja apa yang sedang di pikiran ayahnya kala itu... Hahha... Mert merasa semakin sehati dengan Nur ketika dia berhasil membujuk Nur untuk menemaninya pergi ke taman hiburan (kl di sini mungkin serupa Dufan itu kali yaaa, hehhe..) bersama sang ayah. Ahh, Mert seperti sudah menemukan ‘Louise Lane’ untuk ‘Superman’nya yang kala itu masih dilanda galau karena kehadiran Nur. Cieeeee... Yigit.... Yang tadinya seperti tidak mau mengalah demi anak, yang tadinya selalu menolak kl diajak bermain komedi putar di taman hiburan karena takut merusak citra dan kharismanya... Hadddeh, si ayah ganteng satu ini... Benar kan kl saya bilang dia sayang kepada Mert, tapi tidak tahu cara yang benar untuk membuat anaknya merasa nyaman dan ‘ada’... Yigit jadinya tetap terkesan  mengabaikan Mert, sementara dia sebenarnya sudah berusaha untuk meluangkan waktu bersama anak. Tapi ya itu tadi, Yigit hanya mengukurnya dari sudut pandangnya sendiri, tidak berusaha bagaimana caranya mendengarkan apa yang selama ini menjadi keinginan dan harapan Mert.

Sampai kemudian datang Nur, Mert terlihat dengan sangat lancar mengeluarkan semua uneg-unegnya. Anak kecil ini, seperti sudah memperoleh seseorang yang membuatnya nyaman dan menganggapnya ada... Apa yang selama ini dia inginkan dari sang ayah, berhasil ia sentilkan di depan Nur, hingga sang ayah hanya bisa senyum tipis malu-malu mendengar anaknya mengeluhkan tentang tabiat dan kebiasaannya. Sang anak yang mengenal ayahnya sebagai seseorang yang super karena tidak ada yang berani marah dan melawannya, rupanya Mert  mengharapkan seorang teman yang kelak bisa ia jadikan sekutu untuk melawan kharisma sang ayah, wkwkwkwkwkkk... Ikut bahagia, Mert melihatmu akhirnya bisa tersenyum dan tertawa bahagia di taman hiburan kala itu...

Mert atau Nur ya yang sebenarnya berhasil ‘memanusiakan’ Yigit kala itu di taman hiburan? Atau dua-duanya?? Hahha... Yang jelas, ketika Yigit berada di antara Nur dan Mert, seketika itu juga sorot mata yang berbinar dan senyum yang mengembang mendadak jadi tidak mahal untuk dijumpai di wajahnya. Yigit   tampaknya saat itu juga sedang ketagihan pergi bersama Nur, sehabis sehari sebelumnya sukses menjadi ‘tour guide maksa’ di edisi jalan-jalan mengantar Nur mengenal Istanbul, wkwkwkwkwkkk... Makanya ketika Mert memaksa Nur untuk  ikut menemaninya ke taman hiburan, Yigit dengan segala cara memaksa Nur kembali untuk mengikuti perintahnya... Cieeeee... Perintah Yigit atau Mert yaaa? Hahahaaa... Yang jelas, ketika berada di taman hiburan memang segala sesuatunya menjadi terlihat berbeda. Meski hanya sebentar, tapi lumayan untuk menjelaskan bagaimana Yigit sebenarnya juga masih bisa menikmati waktu dan kebersamaan, apabila di dekat orang-orang yang sekira sesuai dengan keinginan hatinya. Untuk sejenak melupakan yang sedang terbaring koma bertahun-tahun di tempat tidur, untuk sejenak menikmati waktu dan momen-momen membahagiakan bersama sang anak di berbagai arena permainan. Sembari sesekali melirik kepada Nur yang mulai tidak bisa ia kesampingkan, sungguh Tuhan masih berkenan untuk memberinya anugrah cinta serta perasaan yang berdebar-debar penuh gejolak. Bahkan ketika kita memasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Di Atas, jangan sangsikan DIA yang justru akan memberimu anugrah yang berlipat-lipat. It’s your time, Yigit!!!

Cerita tentang sisi lain Yigit mungkin memang akan jelas terasa ketika dia sudah berada di sisi Nur dan Mert. Yigit yang memang benar-benar penuh cinta meski di antaranya selalu ada marah, cemburu, dan kekanak-kanakkan yang seringkali membuat mengelus dada. Tapi itulah Yigit yang dicinta mati dan segala-galanya bagi Nur. Yigit yang sebenarnya ketika bersama dengan anaknya dan didampingi oleh Nur bisa menjadi ‘hot daddy’ super seksi, yang makin bikin kepincut semua perempuan. Bahkan pemandangan yang sekilas menyiratkan ‘masa kecil kurang bahagia’, ketika Yigit yang melakukannya, kesannya justru nyaman dan melegakan. Setidak-tidaknya itulah Yigit yang tampak kekanak-kanakkan sekaligus kebapakan ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang anak laki-laki di warnet, sedang asyik bermain game online. Hhmmm... Gemas dengan pola permainan sang anak yang sekiranya tidak sesuai dengan cara mainnya, akhirnya Yigit malah mengajari serta ikut asyik bermain dengan anak laki-laki tadi. Kerennn ihh ayahmu, Mert!!! Hahha... Inginnya dengan Nur nanti Yigit beroleh anak perempuan saja, biar sang ayah makin tak bisa kemana-mana yaaa, hahahaaaa...

Semoga ke depannya ‘sisi lain’ Yigit makin sering kita jumpai. Yigit yang ‘cair’ dan penuh cinta, bukan Yigit yang ‘kosong’, keras kepala, dan penuh luka seperti halnya ketika Iclal dan Ny Aytul masih senantiasa menekannya. Yigit yang benar-benar bisa menikmati hidupnya, tanpa harus sembunyi-sembunyi untuk mengekspresikan hati dan cintanya. Berharap Nur juga tidak lelah untuk terus menjadi ‘cahaya’ bagi Yigit, Mert, dan kelak keluarga yang mereka bangun bersama-sama. Aamiin. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat.
18.54.00 Unknown
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_79 ‘Selasa Serasi’, remahannya datang lagi... Halo, AVers... Semoga semuanya senantiasa dalam keadaan yang sehat dan bahagia yaaa... Yuk, mari kita nostalgia lagi dengan episode-episode yang ada di season pertama drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Kali ini nostalgianya mo cerita yang bahagia-bahagia saja, yang bikin gemessss sepenuh hati, yang selalu sukses bikin rindu setengah mati apabila kembali mengingatnya. Maka dari itu, mari mengingat kembali dengan apa yang terjadi di episode satu dan 13 (tiga belas).  Cerita tentang seorang Yigit Kozan yang ketika di deretan scene yang saya cuplikkan di remahan kali ini, tampak begitu ‘berbeda’. Yigit yang biasanya pendiam dan pemurung, Yigit yang introvert dan keras hati, dan Yigit yang terluka dan hampir mati rasa, setidak-tidaknya dalam deretan scene yang ada sekarang, dia terlihat begitu ‘cair’, bahagia, dan berhasil menampilkan dirinya yang ternyata masih punya ‘hati dan jiwa’. Hati dan jiwa yang hampir mati, yang hampir tidak bisa menikmati hidup dan kerja kerasnya, selain hanya demi anak dari seorang istri yang tak pernah dicintainya. Kini sang anak rupanya tidak sendirian untuk bisa membangkitkan semangat sang ayah, hhmmm... Semangat yang hampir mati karena perasaan yang tidak percaya dengan kehadiran cinta. Perasaan yang tadinya kosong, beranjak terisi dengan momen-momen penuh cinta... Ahh, Yigit... Andai Nur tidak kesasar menuju ke rumahmu dulu... Andai Mert tidak sempat mengenal Nur kemudian... Inilah cerita tentang ‘sisi lain’ Yigit, yang terlihat ‘berbeda’ apabila bersama dengan orang-orang yang tepat untuknya.

Jika kita mengalami sikon sama seperti halnya Yigit ketika sebelum bertemu dengan Nur dulu, mungkin pasrah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk terus tegar menjalani hari-hari. Ketika keinginan untuk merubah nasib sudah terwujud, hasil kerja keras sudah bisa dinikmati, dan ketika dunia seperti sudah dalam genggaman, bukankah itu tetap sebuah goal yang membanggakan?? Tapi apakah hidup cukup hanya dengan melulu materi dan kemewahan?? Inilah selanjutnya untuk pasrah yang dimaksudkan. Pasrah ketika kemewahan dan harta tidak berbanding lurus dengan cerita kebahagiaan yang sejati. Yigit sudah diberikan jalan oleh Tuhan untuk menemukan  rezeki harta dan kekuasaan, tapi tidak untuk hati dan cintanya. Tuhan sepertinya ingin memberi ‘ujian’ untuk Yigit lewat hati dan cintanya. Boleh jadi untuk urusan materi, seorang Yigit Kozan sudah jauh dari kekurangan, tapi untuk masalah hati, justru dia berkebalikan dari semua harta yang dimilikinya. ‘Kering’ dan mungkin juga hampir jatuh ‘miskin’, yang pada akhirnya justru menggenapkan konsep kepasrahan tadi. Hhmmm.. Di balik segala keberhasilannya membangun Kozan Otomotive, apa jadinya jika Yigit terpaksa menjalani pernikahan yang dipaksakan dengan sepupunya sendiri... Apa yang harus dilakukan jika kemudian Yigit menjalani hari-hari dalam berumah tangga dengan Iclal dipenuhi dengan kemarahan dan rasa benci... Apa yang harus diputuskan jika sekuat hati untuk bertahan tapi tetap tidak bisa untuk dipertahankan... Sampai akhirnya nasib buruk yang berikutnya sudah terlanjur terjadi sebelum yang lain-lainnya berhasil disudahi, berasa konflik makin bertumpuk-tumpuk. Seperti hanya menjalani hidup yang sebatas untuk menghabiskan waktu, menunggu yang tiada ujung, dan tanpa harapan yang indah untuk ke depan. Semuanya seolah-olah kabur dan tidak jelas bagi Yigit saat itu. Beruntung dia masih punya pekerjaan yang menyita waktu dan menjadi pelampiasan yang seolah-olah sempurna. Bahwa masih ada anak yang senantiasa memanjangkan nafas Yigit kala itu, Mert pun tidak benar-benar dalam rasa kasih sayang yang sempurna dari ayahnya.

Berada di bawah pengasuhan ayah yang lebih sibuk dengan urusan pekerjaan dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama sang nenek, membuat Mert mau tidak mau makin kehilangan sosok orang tuanya. Belum lagi dia bisa mencari jawaban atas kehilangan sosok ibu, dia masih harus dihadapkan dengan cara menyayangi model ayahnya yang terkesan sambil-lalu di antara rutinitas pekerjaannya. Ayah yang sebenarnya sangat menyayangi dan perhatian dengan Mert, tapi tetap saja Yigit sebelum bertemu Nur acapkali terlihat seperti halnya ‘robot’ yang serba kaku dan benar-benar tidak memahami bagaimana sebenarnya menghadapi anaknya yang mulai menunjukkan kenakalan-kenakalan demi mengharap perhatian dari sang ayah.

Beruntung kala itu akhirnya sang ayah bertemu secara tak sengaja dengan ‘bidadari’ yang nyasar di jalanan menuju rumah perkebunan Kozan, wkwkwkwkwkkk... Mertttttt... Kau juga harus mulai ‘terang’ dan bahagia, seperti halnya ayahmu yang mulai menemukan ‘cahaya’!!! ‘Cahaya’ yang makin tampak bersinar ketika kau berulah di pohon besar, Mert... Ketika itu kau memohon kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan sosok ibumu, tapi rupanya Tuhan malah mengirimu dulu seorang teman yang kelak bisa membuatmu tersenyum bahagia, sebelum akhirnya kau bisa bertemu dengan ibumu yang sesungguhnya, Mert... Teman bagi Mert, tapi lebih dari sekadar teman untuk sang ayah. Dari cerita yang nyasar-nyasar, lanjut dibentak-bentak, ech di pohon besar malam itu masih belum habis juga cerita bentak-bentak untuk seorang Yigit Kozan yang untouchable, wkwkwkwkwkkk... Tak seorangpun selama ini yang berani membentak Yigit, sampai akhirnya ada yang berani membentak, saat itu juga cinta datang di antara yang tak biasa, hahahaaa... Kena deh!!! Cinta pada pandangan pertama lebih tepatnya... Cinta pada Nur yang bermata hijau jelita, yang untuk pertama kalinya membuat Yigit tak kuasa menolak dengan kehadiran cinta.

Seperti sudah mengikuti alur dan prosedurnya, ternyata Nur tidak hanya menarik hati bagi sang ayah, Mert pun sudah dibuat tak bisa terpisahkan dari Nur. Sukaaaaa ketika Mert mengatakan kepada nenek dan bibinya kala itu kl dia sangat menyukai Nur. Suka juga ketika dia akhirnya memohon kepada ayahnya untuk Nur jangan dibiarkan pergi dari kehidupan mereka, xixixiii... Mert tahu saja apa yang sedang di pikiran ayahnya kala itu... Hahha... Mert merasa semakin sehati dengan Nur ketika dia berhasil membujuk Nur untuk menemaninya pergi ke taman hiburan (kl di sini mungkin serupa Dufan itu kali yaaa, hehhe..) bersama sang ayah. Ahh, Mert seperti sudah menemukan ‘Louise Lane’ untuk ‘Superman’nya yang kala itu masih dilanda galau karena kehadiran Nur. Cieeeee... Yigit.... Yang tadinya seperti tidak mau mengalah demi anak, yang tadinya selalu menolak kl diajak bermain komedi putar di taman hiburan karena takut merusak citra dan kharismanya... Hadddeh, si ayah ganteng satu ini... Benar kan kl saya bilang dia sayang kepada Mert, tapi tidak tahu cara yang benar untuk membuat anaknya merasa nyaman dan ‘ada’... Yigit jadinya tetap terkesan  mengabaikan Mert, sementara dia sebenarnya sudah berusaha untuk meluangkan waktu bersama anak. Tapi ya itu tadi, Yigit hanya mengukurnya dari sudut pandangnya sendiri, tidak berusaha bagaimana caranya mendengarkan apa yang selama ini menjadi keinginan dan harapan Mert.

Sampai kemudian datang Nur, Mert terlihat dengan sangat lancar mengeluarkan semua uneg-unegnya. Anak kecil ini, seperti sudah memperoleh seseorang yang membuatnya nyaman dan menganggapnya ada... Apa yang selama ini dia inginkan dari sang ayah, berhasil ia sentilkan di depan Nur, hingga sang ayah hanya bisa senyum tipis malu-malu mendengar anaknya mengeluhkan tentang tabiat dan kebiasaannya. Sang anak yang mengenal ayahnya sebagai seseorang yang super karena tidak ada yang berani marah dan melawannya, rupanya Mert  mengharapkan seorang teman yang kelak bisa ia jadikan sekutu untuk melawan kharisma sang ayah, wkwkwkwkwkkk... Ikut bahagia, Mert melihatmu akhirnya bisa tersenyum dan tertawa bahagia di taman hiburan kala itu...

Mert atau Nur ya yang sebenarnya berhasil ‘memanusiakan’ Yigit kala itu di taman hiburan? Atau dua-duanya?? Hahha... Yang jelas, ketika Yigit berada di antara Nur dan Mert, seketika itu juga sorot mata yang berbinar dan senyum yang mengembang mendadak jadi tidak mahal untuk dijumpai di wajahnya. Yigit   tampaknya saat itu juga sedang ketagihan pergi bersama Nur, sehabis sehari sebelumnya sukses menjadi ‘tour guide maksa’ di edisi jalan-jalan mengantar Nur mengenal Istanbul, wkwkwkwkwkkk... Makanya ketika Mert memaksa Nur untuk  ikut menemaninya ke taman hiburan, Yigit dengan segala cara memaksa Nur kembali untuk mengikuti perintahnya... Cieeeee... Perintah Yigit atau Mert yaaa? Hahahaaa... Yang jelas, ketika berada di taman hiburan memang segala sesuatunya menjadi terlihat berbeda. Meski hanya sebentar, tapi lumayan untuk menjelaskan bagaimana Yigit sebenarnya juga masih bisa menikmati waktu dan kebersamaan, apabila di dekat orang-orang yang sekira sesuai dengan keinginan hatinya. Untuk sejenak melupakan yang sedang terbaring koma bertahun-tahun di tempat tidur, untuk sejenak menikmati waktu dan momen-momen membahagiakan bersama sang anak di berbagai arena permainan. Sembari sesekali melirik kepada Nur yang mulai tidak bisa ia kesampingkan, sungguh Tuhan masih berkenan untuk memberinya anugrah cinta serta perasaan yang berdebar-debar penuh gejolak. Bahkan ketika kita memasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Di Atas, jangan sangsikan DIA yang justru akan memberimu anugrah yang berlipat-lipat. It’s your time, Yigit!!!

Cerita tentang sisi lain Yigit mungkin memang akan jelas terasa ketika dia sudah berada di sisi Nur dan Mert. Yigit yang memang benar-benar penuh cinta meski di antaranya selalu ada marah, cemburu, dan kekanak-kanakkan yang seringkali membuat mengelus dada. Tapi itulah Yigit yang dicinta mati dan segala-galanya bagi Nur. Yigit yang sebenarnya ketika bersama dengan anaknya dan didampingi oleh Nur bisa menjadi ‘hot daddy’ super seksi, yang makin bikin kepincut semua perempuan. Bahkan pemandangan yang sekilas menyiratkan ‘masa kecil kurang bahagia’, ketika Yigit yang melakukannya, kesannya justru nyaman dan melegakan. Setidak-tidaknya itulah Yigit yang tampak kekanak-kanakkan sekaligus kebapakan ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang anak laki-laki di warnet, sedang asyik bermain game online. Hhmmm... Gemas dengan pola permainan sang anak yang sekiranya tidak sesuai dengan cara mainnya, akhirnya Yigit malah mengajari serta ikut asyik bermain dengan anak laki-laki tadi. Kerennn ihh ayahmu, Mert!!! Hahha... Inginnya dengan Nur nanti Yigit beroleh anak perempuan saja, biar sang ayah makin tak bisa kemana-mana yaaa, hahahaaaa...

Semoga ke depannya ‘sisi lain’ Yigit makin sering kita jumpai. Yigit yang ‘cair’ dan penuh cinta, bukan Yigit yang ‘kosong’, keras kepala, dan penuh luka seperti halnya ketika Iclal dan Ny Aytul masih senantiasa menekannya. Yigit yang benar-benar bisa menikmati hidupnya, tanpa harus sembunyi-sembunyi untuk mengekspresikan hati dan cintanya. Berharap Nur juga tidak lelah untuk terus menjadi ‘cahaya’ bagi Yigit, Mert, dan kelak keluarga yang mereka bangun bersama-sama. Aamiin. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat.