“... Cukup, cukup untuk apa? Untuk mengerti atau untuk menjauhinya?...” Ahh, Mo Yeon... Kau yang mulai mengerti bahwa yang sedang membuatmu bingung adalah seorang anggota pasukan elit dari angkatan bersenjata Korea Selatan... Kau yang mulai beradaptasi dengan gaya-gaya gurauan sang kapten yang selalu jahil dan berhasil membuatmu sewot bersemu-semu malu dan rindu... Heyyyyy, Captain!!! Kira-kira kau sendiri pilih yang mana untuk ‘wine kiss’ ituuuuu?! Eeeehhhmm, ingin minta maaf atau ingin mengaku cinta saja?!! Ahh...
*Bingung, Malu Atau Takut?
Gara-gara sebotol anggur, semuanya jadi terhanyut suasana, wkwkwkwkkk... Gak Mo Yeon, gak juga dengan sang kapten, atau malah penontonnya, hahahaaa... Semuanya jadi terbawa dan akhirnya terhanyut suasana. Sebotol anggur yang diminum Mo Yeon dengan gaya tenggakan yang cukup seksi, cukup sukses untuk membuat Si Jin buru-buru menumpahkan segalanya yang selama ini tertahan di hati, hahha.. Urusan nanti atau besok Mo Yeon akan marah dan sewot, sudah biasa. Wkwkwkwkkk... Toh keesokan harinya daripada terlihat marah dan sewot, Mo Yeon lebih memilih untuk memalingkan muka, menghindarkan tatapan dengan Si Jin karena alasan malu, hehhe... Malu yang kemudian diterjemahkan oleh sang dokter menjadi bingung, ketika akhirnya Si Jin menanyakan tentang sambaran ciuman semalam.
Cieeeeee... Mo Yeon, bingung nie yeee... Bingung yang bagaimana nie ya?! Bingung itu linglung kan ya bukan malu yang lebih ke tersipu-sipu, berasa takut ketahuan perasaannya akan terbaca oleh sang kapten, wkwkwkwkkk... Atau bingung justru karena sudah yakin kl ada perasaan cinta, akan tetapi masih tanda tanya tentang apa sebenarnya pekerjaan Si jin di dunia militer yang sekarang ia jalani... Pekerjaan yang punya pengaruh besar untuk selalu menggagalkan kencan-kencan mereka berdua, pekerjaan yang dipilih Si Jin di atas Mo Yeon yang tak henti untuk selalu didekati dan digodanya... Bukankan cinta itu segala-galanya?? Hhmmm...
Hingga akhirnya tak tahan juga untuk Mo Yeon memastikan segala kebingungannya kepada Daniel yang dianggap sudah cukup lama mengenal siapa sebenarnya Si Jin. Maka ketika akhirnya jawaban yang diperlukan oleh Mo Yeon didapatkan, justru Daniel lah yang kemudian balik untuk bertanya kepada sang dokter bedah yang cantik itu. “... Cukup untuk mengerti dan mermahami atau malah menjauhi?? Pertanyaan Daniel kiranya dapat juga diartikan, siapkah untuk menjalani sebuah hubungan dengan seorang yang ‘spesial’ macam Si Jin itu... Hanya Tuhan yang tahu...
*Bertemu Kawan Lama
Kebingungan kali ini bukan saja milik Mo Yeon. Di lain pihak, Si Jin juga sedang kebingungan ketika dia terpaksa bertemu kawan seperjuangan, dalam sikon yang benar-benar jauh dari yang diharapkan. Bertemu kawan lama seharusnya menjadi salah satu momen yang paling manis, tapi tidak untuk Si Jin ketika harus bertemu Kapten Argus, justru di saat salah satunya sekarang sudah jauh berbeda prinsip ‘perjuangan’. Hahha, wwweew... Kapten yang dulu sangat dihormati Si Jin, diselamatkan mati-matian olehnya dan juga rekan-rekan yang lainnya dalam sebuah tugas, sekarang telah beralih tugas menjadi kepala gangster yang terlibat perdagangan senjata ilegal, hhhuuffttt...
Kekecewaan jelas terbaca dari mata Si Jin ketika mengetahui sang rekan kini berubah menjadi seorang yang brengsek dan bajingan. Menyelamatkan Argus akhirnya jadi salah satu penyesalan terbesar bagi Si Jin, ketika tahu akhirnya malah menjadi seperti sekarang. Predikat legenda tak pernah semenarik gelimangan uang dan berlian, Si Jin... Bahkan dengan uang dan berlian, Argus dapat menyuap polisi dan membodohi semuanya...
Berbeda dengan dirimu yang jiwa dan raga seutuhnya kau persembahkan untuk bangsa dan negaramu, maka tak salah jika angkatan bersenjata Korea Selatan mempercayakanmu menjadi salah satu pasukan elit. Jangankan berpikir rakus tentang uang dan kekayaan, bahkan urusan cinta dan perasaan saja berasa harus selalu dikorbankan. Ahh, Si Jin... Biarkan Argus seorang yang menjadi pecundang dan pesakitan.
*Mengalah Yang Sangat Terhormat
Predikat terhormat yang akhirnya untuk saat ini ingin saya sematkan kepada sang sersan yang penuh kharisma, Seo Dae Yeong. Dae Yeong yang masih saja dipandang sebelah mata oleh ayah Myung Joo dan Dae Yeong yang masih saja profesional dan kompeten menjalankan tugas-tugas dan fungsinya. Tak peduli sang atasan sedang mengawasi sekaligus memandangnya sebelah mata karena pangkatnya yang hanya seorang sersan, atasan tetaplah atasan, perintahnya pantang untuk tak dituruti atau disepelekan.
Tak jua berusaha untuk membela diri dan memertahankan hatinya yang sebenarnya cinta mati kepada Myung Joo, Dae Young memilih menyerahkan segala asumsi dan keputusan yang telah dibuat oleh sang atasan. Yupz, Dae Young memilih untuk kalah sekaligus mengalah, alih-alih menjadi seorang pejuang cinta yang terlihat seperti macan ompong. Tak ada gunanya berperang melawan gajah, sementara sikon sekarang bak seekor macan ompong. Daripada mati sia-sia tanpa perlawanan, lebih baik mundur untuk sementara waktu, memperkuat diri sembari terus berusaha untuk menumbuhkan taring dan gigi, agar suatu saat nanti apabila berkenan untuk dipertemukan dan bertarung kembali, semuanya akan berjalan seimbang dan dapat dibanggakan.
*Hangat Yang Terancam Lagi
Kebanggaan sebagai seorang prajurit menjadi tulang-punggung untuk kedaulatan dan kedamaian sebuah bangsa, seolah-olah menjadi sebuah kebanggaan yang rasanya ada dalam sebuah ruang kehormatan tersendiri. Ruang kehormatan yang lagi-lagi tak akan tersentuh oleh mulusnya sebuah hubungan percintaan. Perintah tugas yang sewaktu-waktu harus dituruti, inilah kesabaran dan pengertian bagi orang-orang di sekitarnya. Mo Yeon yang sedang kebingungan dan Mo Yeon yang mulai cemburu dan rindu dengan candaan-candaan Si Jin yang jahil dan juga narsis, berasa harus menghadapi Si Jin dengan dua kepribadian yang berbeda. Aaiihhh... Siapa yang tak sewot sekaligus GeeR dengan ulah Si Jin yang tiba-tiba memakaikan seragamnya kepada Mo Yeon yang sedang basah kuyup dan kedinginan... Bukan masalah memakaikannya, tapi jahil pernyataan yang menyebutkan bahwa Si Jin sudah melihat semua yang ‘sedang dipakai Mo Yeon’, sedangkan orang lain tidak boleh melihatnya, hahahaaa... Iih..iih... Belum lagi gurauan di saat mati lampu, wkwkwkwkkk... Mo Yeon pun akhirnya tak bisa menahan untuk tertawa geli. Benar kata Mo Yeon, Si Jin... Perempuan cantik selalu tertarik dengan laki-laki yang humoris... Yang macam dirimu itu lhoooh, hehhe...
Big Boss and Beautiful Girl... Beautiful Girl nya boleh saja masih jual-jual mahah gimana gitu, tapi teteup, hahha.. Di balik kedatangan Myung Joo, tak pelak membuat Mo Yeon cemburu keki juga. Segitunya ingin tahu apa yang sedang dibicarakan Si Jin berduaan dengan Myung Joo, wkwkwkwkkk... Sayangnya, belum terjawab keingintahuan yang satu itu, malah yang terdengar kemudian kabar kl Si Jin akan segera kembali ke Korea. Hati yang mulai beranjak mencair dan berbunga-bunga, terancam trauma kegagalan lagi untuk kesekian kalinya. Kl dulu ngotot katanya ke Urk hanya untuk memenuhi tugas hukuman, kini, di saat sudah mulai menikmati asyiknya bertugas di daerah nun jauh berada sembari (ternyata) dapat bertemu lagi dengan yang sedang di hati, malah berasa jadi mimpi buruk lagi.
Ketakutan dan kebingungan tak terhindarkan lagi. Belum lagi Mo Yeon harus menghadapi pertanyaan Si Jin di malam terakhir sebelum esok ia harus kembali ke Korea. Mo Yeon yang sedang campur aduk perasaannya, sekali lagi harus menjawab pertanyaan Si jin tentang ciuman bibir itu. Haruskah Si Jin meminta maaf untuk kelancangannya tersebut atau Si Jin mengakui saja perasaannya? Hhmmm... Jika Mo Yeon masih juga menggantungmu untuk jawabannya, saya bantu saja untuk menjawabnya ya, Kapten... See you...
Senin, 01 Agustus 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar