#AniesWidiyarti_BerharganyaKasihSayang_CnH2_10 Cihan mengenang pertemuan pertamanya dengan Gulseren lewat satu momen yang menurut saya serba kebetulan. Ketika itu hari hujan, malam mulai datang menjelang, Gulseren dengan rambut dan pakaian yang basah kuyup memaksa masuk ke sebuah restoran mewah via suatu kegaduhan... Harusnya sang pemilik restoran yang kebetulan juga sedang berada tak jauh dari Gulseren membuat kegaduhan, marah kepada Gulseren. Tapi apa yang terjadi? Cihan Gurpinar, sang pemilik jaringan restoran Dark Blue, malah terpana melihat Gulseren, yang suka atau tidak suka, di antara basah kuyup dan paniknya Gulseren malam itu terlihat menarik dan ‘berbeda’. Justru pada akhirnya, setelah basa-basi dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, Cihan akhirnya menawarkan bantuan kepada perempuan berparas keibuan tersebut untuk membantu mencari anaknya yang sampai malam ternyata belum pulang ke rumah. Hingga Hazal ditemukan, ternyata hujan masih belum reda. Hanya sebentuk anggukan kepala, tanda penghargaan dan terima kasih dari Gulseren untuk Cihan, yang malam itu bisa Gulseren lakukan. Tak ada kata-kata atau pertemuan lagi, sampai akhirnya takdir membawa ceritanya hingga sekarang... Takdir yang membawa Cihan pada pertemuan berikutnya dan berikutnya lagi dengan Gulseren serta merasa jatuh cinta di usia yang tak lagi muda kepada sesosok perempuan yang punya cinta dan kasih sayang sebagaimana ia cari dan butuhkan selama ini.
Semalam, melalui peristiwa yang kurang lebih sama, Cihan ternyata masih jelas mengingat dan mengatakannya pada yang tercinta, di sebelahnya... Hari hujan, malam, dan mencari anak yang hilang, hhhuuuffftt... Bedanya mungkin, kl dulu yang dicari-cari adalah Hazal, sekarang gilirannya Cansu yang membuat Gulseren dan Cihan menjadi kebingungan. Ketika akhirnya kehilangan itu sudah menemukan jawabannya, Cihan seolah-olah baru bisa menangkap momen yang sedang dilaluinya semalam. Saya juga baru tersadar, koq ternyata seperti deja vu ya?? Ahh, pintarnya Cihan memaknai setiap momen kebersamaannya bersama dengan Gulseren.. Jelinya Cihan untuk mengingat setiap saatnya bersama perempuan yang kini mengisi hati serta hari-harinya... Momen di mana kasih sayang hadir untuk alasan yang sebenarnya... Cukuplah ditutup dengan sebuah keromantisan yang sederhana, tapi luar biasa nyaman dan saling menguatkan di jiwa. Kiranya pelukan erat yang hangat di tengah hujan lebat itu bisa semakin menyolidkan tekad untuuk senantiasa bertahan dalam cinta dan kasih sayang yang dimiliki, meskipun di sekeliling seperti tak ada yang merestui.
Yang deja vu ternyata tidak hanya Cihan atau Gulseren. Keesokan paginya, rupanya Dilara yang terlihat sangat anggun dengan masih terbalut gaun tidur mewah, berwarna merah-marun, juga mengungkap akan kenangannya di masa lalu. Dilara menggambarkannya, dulu yang ada di posisinya sekarang, berdiri di depan jendela, sambil menatap Bosphorus yang semakin indah karena mentari pagi yang menyinari, disertai semilir angin, adalah Cihan. Cihan yang dulu, ketika itu baru saja pindah ke rumah mewah yang ditinggalinya sekarang. Cihan yang dari dulu ketika berada di posisi seperti Dilara mengenang sekarang, hingga detik ini, tak pernah mencintai Dilara. Tak pernah mencintai karena tak kunjung menemukan kasih sayang dan perhatian yang dirindukan. Kasih sayang yang sebenarnya terlihat lebih sederhana daripada rumitnya harga diri yang selama ini seperti jadi jurang yang tidak pernah bisa menyatukan hati Cihan dan Dilara Gurpinar. Hingga ketika mengenangnya, pagi yang indah di masa`lalu itu seakan-akan ingin dihapus oleh Cihan dan diganti dengan malam yang turun hujan, tapi di saat bersamaan justru dia akhirnya beroleh yang selama ini diinginkan. Bukan juga bermaksud untuk mendramatisir keadaan, tapi urusan cinta mana sie yang bebas dari dramatisir dan ndakik-ndakik?!, hehhe... Cintanya saja yang sederhana, tapi hati dan rasa yang penuh cinta itulah bagian yang perlu didramatisir untuk mengindahkannya. Hhmmm...
Memang kesannya akan terlalu naif bicara tentang cinta dan kasih sayang di saat hedonisme semakin menggila. Bahkan kl perlu cinta dan kasih sayang itu dihargai sebentuk uang saja. Sampai nantinya orang akan jenuh, baru kasih sayang dan cinta akan kembali terlihat berharga. Seperti halnya Cansu yang sampai perlu untuk mendebat Oskan hanya demi kasih sayang yang ia inginkan. Kasih sayang yang benar-benar kasih sayang seorang ayah kepada anak kandungnya. Akan tetapi, bagi Oskan kasih sayang itu tidak cukup hanya dengan kasih sayang saja. Demi Cansu, sementara ini Oskan membutuhkan Cihan Gurpinar untuk menggenapi kasih sayang untuk anak kandungnya tersebut. Kesannya memang pengecut, tapi untuk seorang Oskan yang brengsek dan pecundang, dia sudah cukup legowo dan realistis. Tapi sungguh saya sangat berharap agar Oskan ke depannya berusaha lebih keras lagi, agar kelak benar-benar bisa dibanggakan oleh anak-anaknya. Seperti kata Gulseren, Oskan itu sebenarnya orang baik, hanya saja masih kekanak-kanakkan. Oleh karena itu, mungkin dengan anak-anak yang semakin dekat dengannya, rasa tanggung jawab dan naluri kebapakkannya makin besar.
Beda Cansu, beda Hazal. Sama-sama sedang menuntut perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, tapi kl Hazal mainnya lebih ekstrim. Bohong eeeuuyyy... Ketahuan Keriman eeeuuyyy... Wkwkwkwkwkkk... Si pemarah yang culas, yang ketika dia makin eksis dengan gaya sok arogannya, makin kasihan saya melihatnya... Inginnya hanya dia yang menjadi pusat perhatian dan menjadi satu-satunya, tapi apakah itu benar adanya?! Toh memang pada dasarnya Hazal tak pernah bersyukur dengan yang sudah dimilikinya, sebesar apapun Dilara, Cihan, dan Gulseren mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada Hazal, tak jua gadis berambut pirang itu akan merasa cukup. Yang ada kepalanya makin ‘membesar’ dan ‘mengeras’ saja alias besar kepala berikut keras kepala. Watak oh watak... Seandaianya kau bisa mengurangi saja sifat iri dengkimu, Hazal... Lihatlah anak-anak remaja di luar sana yang sikonnya jauh lebih menderita daripada dirimu, tapi mereka tak pernah serumit dirimu menghadapi kerasnya kehidupan ini...
Pun yang sedang terjadi dengan Ozan... Statusnya sebagai anak sulung, membuatnya memiliki sifat melindungi. Entah itu melindungi adik perempuannya atau bahkan ibunya. Namun, di saat satu per satu masalah mulai bermunculan di keluarganya, justru seringkali Ozan malah terlihat sok tahu dan kurang ajar, utamanya kepada ayahnya. Berulang kali Cihan sudah memperingatkannya, tapi karena hati masih diselimuti awan panas, susah untuk nasehat itu mempan dan menancap di akal sehat. Boleh jadi insiden semalam ketika dia nekad menodongkan pistol ke arah Gulseren dan berniat untuk menghabisi nyawa perempuan yang belakangan dekat dengan ayahnya tersebut karena Ozan terlalu terbawa perasaan, alih-alih lebih menggunakan akal sehat untuk modal bertidak dan memecahkan suatu masalah. Andai dia semalam benar-benar membunuh Gulseren, bukankah masa depannya juga yang akan hancur berantakan... Toh dengan alasan apapun, bahkan untuk membela kepentingan ibunya sekalipun, seandainya Dilara mengetahui ulah Ozan semalam pasti dia juga akan marah dan sakit hati kepada putra sulungnya tersebut. Masalah-masalah yang hadir belakangan di keluargamu itu bagian dari cara Tuhan untuk mendewasakanmu, Ozan... Tinggal sekarang kau yang memilih, mau melaluinya dengan hati-hati dan bijak atau justru ingin mengakhirinya sebagai pecundang gagal. Jangan mudah terpengaruh dan terpancing oleh sikon, karena ada perasaan dan logika yang bisa saling bersinergi, membantu untuk memecahkan persoalan secara lebih baik.
Berharap Ozan tidak akan tumbuh semakin menyebalkan seperti halnya sang paman, Alper. Hadddoh... Terlalu sibuk dengan ‘sombong kosongnya’, berasa orang ini makin mudah saja untuk diperalat oleh Harun. Di mana-mana kl kelasnya kacung, ya kacung saja... Bedanya hanya kacung berjas saja, hahha... Salah satu ciri orang yang sulit sukses adalah orang yang hobinya mengeluh dan tukang ngeles seperti suaminya Soulmas itu... Dipikirnya para bos-bos besar itu bisa sukses dan kaya dengan bangun siang dan ongkang-ongkang saja... Alloh..Alloh, Alper... Beda-beda tipislah dengan Keriman, wkwkwkwkwkwkk... Ceritanya sekalian memanfaatkan situasi, beralasan apartemen rusak... Karena Oskan tidak jadi punya uang banyak, maka jalan lain untuk menikmati hidup enak, tanpa keluar uang banyak, ya dengan cara ‘mengekor’ Cansu ke rumah megahnya, wwweew... Berasa rumahnya Dilara dan Cihan sekarang bak penampungan saja, hahahaaa... Semoga Dilara tahu caranya saja menghadapi tak tahu malunya Keriman dan ‘rombongannya’.
Untuk Harun yang sepertinya ingin membuat Dilara menderita, supaya ‘berlari’ kepadanya, atau juga membuat Cihan jatuh bangkrut karena dendam yang belum jelas di masa lalu, saya tak tahu harus mengatakan apa, selain hanya bisa menggambarkan kau dan Chandan sebagai komplotan orang sakit hati yang hanya punya ‘kacamata’ dendam dan pikiran buruk untuk menafsirkan segalanya dari satu sisi. Puas-puaskan saja sakit hatimu, sampai nanti sakit hati itu justru akan melemahkanmu sendiri. Happy Saturday, Paramparca Fan... Selamat puasa dan menjelang Idul Fitri 1437 H. Salam hangat.
Sabtu, 02 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar