“Apakah kau baik-baik saja?” “Masihkah kau tetap seksi ketika berada di ruang operasi?”... Itulah sebagian pertanyaan bernada rindu yang keluar dari mulut Si Jin ketika berkesempatan lagi untuk berduaan dengan Mo Yeon. Terdengar cukup ‘seksi’ juga untuk sebuah pertanyaan dan sapaan, setelah sekian lama tidak saling bertemu. Tidak peduli pada akhirnya pertanyaan tersebut dijawab Mo Yeon dengan sinis dan penuh sindiran, dengan dilatari pemandangan birunya air serta putihnya pasir di bibir pantai, sinisnya seolah-olah menguap begitu saja. Hanya tinggal cinta saja yang kembali kentara.
*Gurau Ranjau
Setelah kembali bertemu dan memastikan kl yang di depan matanya itu benar-benar Si Jin, untuk kesekian kalinya Mo Yeon tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya tentang laki-laki yang pernah hampir mengisi hatinya dulu. Sebenarnya juga bukan hampir, tapi memang sudah, hahha... Mo Yeon yang kesal dan Mo Yeon yang masih senantiasa penasaran dengan Si Jin... Eeeeyyyyaaa... Berkebalikan dengan Si Jin... Merasa di pertemuan terakhirnya dulu, Si Jin dicampakkan oleh sang dokter bedah cantik, maka Si Jin lebih memilih untuk menahan diri alias agak ‘jual mahal’ dulu, xixixiii... Alhasil, lagi-lagi Mo Yeon yang terancam ‘gejala keki’ terlebih dahulu. Ranjau sang pemecah kebuntuan atau tepatnya tipuan tentang ranjau yang akhirnya berhasil dimanfaatkan secara maksimal oleh Si Jin untuk mengerjai Mo Yeon, wkwkwkwkwkkk...
Doh, Mo Yeon... Masih ingat saja cerita tentang McGyver. Sampai-sampai berharap Si Jin juga dapat sesaat menjelma menjadi ‘New McGyver’ demi menyelamatkannya dari bahaya ranjau yang tak sengaja terinjak oleh kakinya. Mo Yeon bahkan tak sampai punya pikiran kl dia hanya sedang dikerjai oleh Si Jin, sampai kemudian Si Jin mendekatinya dan ikut menginjak tanah yang katanya beranjau tersebut. Melihat wajah Mo Yeon yang sudah sangat panik dan ketakutan, Si Jin malah dengan santainya mengatakan, bahwa lebih baik dia saja yang menjadi korban ranjau tersebut, alih-alih Mo Yeon. Cieeeeeee... Mepet dan semakin mepet eeeuuyy... Sampai kemudian keduanya jatuh bertumpukan, Si Jin yang mengetahui usaha akal bulusnya masih belum terendus oleh Mo Yeon, justru semakin menikmati ketika badannya ditimpa makhluk cantik di atasnya tersebut. Baru tersadar kemudian, Mo Yeon sejurus kemudian merasa sangat kesal. Hingga akhirnya kemudian tampak Si Jin kebingungan mengejar Mo Yeon yang sedang menangis... Doh, Si Jin... Akhirnya tak tahan juga ketika melihat Mo Yeon berlalu meninggalkannya dengan terisak-isak...
Yang terjadi kemudian justru menghasilkan salah satu best moment yang bakalan selalu diingat oleh para pecinta drama Descendanst Of The Sun sejagad. Hormat bendera ituuu!!! Inilah seolah-olah gambaran untuk seorang prajurit yang hampir tidak punya sisi di hati untuk menyimpan cinta barang secuil, kecuali cinta yang segala-galanya kepada tanah airnya. Mendengar lagu kebangsaan tengah diputar, tak peduli sedang dalam sikon apapun, hormat harus senantiasa dilakukan. Pun yang terjadi dengan Si Jin, ketika dirinya masih direpotkan mengejar permintaan maaf dari Mo Yeon, justru di tengah-tengahnya kembali terputus oleh acara hormat. Seketika itu juga, bukan lagi Mo Yeon yang menjadi fokusnya dan kembali urusan negara menjadi satu-satunya kepentingan utama. Mo Yeon yang kemudian ikut terkesima, akhirnya juga diarahkan oleh Si Jin untuk menghadap bendera yang tengah dikibarkan, diiringi dengan lagu kebangsaan. Si Jin yang sensitif dan romantis, justru menambah indah momen dengan sebuah pernyatan lirih yang ia sampaikan kepada Mo Yeon, di sela-sela momen penuh kekhidmatan tersebut, “... Senang bertemu denganmu lagi...” Duh...
*Cemburu Cinta Segitiga
Sesungguhnya perasaan gundah dan tak menentu bukan melulu milik Yoo Si Jin dan Kang Mo Yeon. Sang Sersan, Seo Dae Yeong juga tak beda jauh dengan sang kolega. Perempuan yang mencintainya tengah dalam perjalanan untuk kembali menemuinya, bermaksud untuk kembali melanjutkan hubungan. Akan tetapi apa daya, sang perempuan ternyata bukan dari golongan yang sembarangan untuk dicintai oleh seseorang yang hanya berpangkat sersan. Yoon Myung Joo yang cantik, seorang dokter militer, dan anak seorang jenderal berbintang tiga, inilah kisah cinta rumit yang lain, selain kisah cinta yang belum tuntas lainnya atas nama Kapten Yoo Si Jin dan juga dokter bedah jelita, Kang Mo Yeon. Mo Yeon jelas tak asing lagi dengan rekan dokternya yang berdinas di militer tersebut. Hahha... Inilah saingan cantik yang selalu sukses bikin Mo Yeon keki, xixixiii... Saingan cantik yang akhirnya kembali membuat jantung Mo Yeon sedikit berdesir, karena ternyata ayah Myung Joo punya riwayat ingin menjodohkan sang putri dengan Si Jin, si calon potensial untuk juga berpangkat jenderal. Seperti halnya jodoh, bahkan saingan pun sepertimya sudah digariskan, hahahaaa...
Dasar Si Jin, sekali lagi dia berhasil membuat Mo Yeon terjebak dalam perasaan cemburu. Meskipun sang dokter berdalih, tapi tetap saja yang namanya bertanya dan ingin tahu itu dasarnya lebih karena cemburu, cieeeeeee... Mo Yeon... Terus mendesak keterangan dari Si Jin tentang cinta yang terjadi antara Dae Yeong dan Myung Joo, yang juga melibatkan Si Jin, Mo Yeon justru akhirnya gantian terpojok dengan salah satu pernyataan dari Si Jin. Pernyataan yang di antaranya menyebutkan kata-kata, [mencampakkan]. Yupz, rupanya Si Jin merasa bahwa dia dulu memang dicampakkan oleh Mo Yeon. Dicampakkan dari sebuah hubungan yang baru menjelang hangat dan kini, yang sudah dingin beranjak ingin dihangatkan kembali. Kiranya akan tepat karena melihat Mo Yeon yang terus penasaran sambil cemburu tentang isu cinta segitiga. Wkwkwkwkwkkk...
*Berseteru Kewenangan
Sama-sama bertugas di wilayah yang sedang rawan dan berkonflik, seharusnya saling mengingatkan dan bertindak bijaksana yang harus menjadi pilihan. Namun, karena masing-masing terbilang handal di bidangnya, masalah ego pasti tak terhindarkan. Masing-masing saling meyakinkan, kl mereka pantas untuk diberi kebebasan dalam menangani dan memutuskan suatu kasus atau masalah. Mo Yeon tak suka melihat sikap Si Jin yang seolah-olah semua harus melapor kepadanya, tentang apa saja yang Mo Yeon dan tim dokter relawan lainnya lakukan. Tapi kembali lagi, yang lebih berkuasa di situ memang militer, mengingat sikon yang terkait.
Sesungguhnya, bukan maksud Si Jin juga untuk selalu mendikte Mo Yeon dan rekan-rekannya, toh Si Jin juga dibebani tugas untuk selalu melapor kepada atasannya, tentang segala yang terjadi di Urk saat itu. Tapi ya itu tadi, perseteruan tentang siapa yang paling berwenang dan kompeten, tak mungkin akan terhindarkan, apabila melibatkan beberapa orang penting yang kompeten di bidangnya. Hhmmm... Namun, bukan cerita drama jika semuanya berlaku kaku, hehhe... Drama tetaplah harus ada ‘drama’nya. Drama yang menunjukkan bahwa karena ada cinta, semua jadi mungkin-mungkin saja. Bukan lagi masalah berebut kewenangan, tapi lebih kepada memberi suatu bentuk kepercayaan kepada seseorang yang dicintai, hingga kemudian cerita untuk saling berkorban dan mengorbankan diri ikut jadi bahasan.
Hal tersebut setidak-setidaknya tercermin di scene terakhir episode tiga, DotS kemarin malam. Si Jin akhirnya lebih memilih untuk mematikan radio kontrolnya, bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada Mo Yeon melakukan operasi darurat kepada Presiden Mubarak yang sudah hampir sekarat. Si Jin pastinya tahu segala konsekuensi atas apa yang dilakukannya itu, tapi ini lhooo ketika cinta sudah memainkan perannya. Berkorban demi sebuah eksistensi dari yang sedang dicintai. Scene ketika akhirnya tim keamanan keprisidenan dan militer di bawah komando Si Jin saling mengacungkan senjata dan berhadap-hadapan, berhasil jadi pungkasan yang sempurna untuk episode ketiga... Saya menggambarkan scene pungkasan tersebut sebagai sesuatu yang menegangkan, tapi ‘cantik’. Dramatisnya dapet banget!!! Hehhe... Secantik cerita pengorbanan dan cinta yang selanjutnya. See you...
Kamis, 28 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar