Gagal lagi yang kesekian kalinya untuk menuntaskan kencan. Hhmmm... Dua kali sudah Yoo Si Jin mengajak Kang Mo Yeon untuk pergi berkencan, tapi dua kali juga ia membuat berantakan acara kencannya. Tidak sepenuhnya berantakan, tapi tetap saja menyisakan kekesalan. Tidak semua meninggalkan kesedihan, tapi gundah dan tanya selalu yang tersisa kemudian. Dua kali tak tuntas, tapi tidak untuk yang ketiga... Namun apa lacur kemudian, di kesempatan yang ketiga giliran Dokter Kang yang memutuskan mengakhiri, bahkan untuk sebuah permulaan yang belum dimulai oleh keduanya.
*Resiko Pekerjaan
Satunya seorang dokter bedah handal, satunya lagi adalah seorang tentara/prajurit dari kesatuan elit. Dua-duanya punya beban tugas yang sangat tidak bisa disepelekan. Ibarat kata, mereka berdua hampir tak punya waktu untuk dirinya sendiri. Satunya berurusan dengan nyawa manusia dan yang satunya lagi berhubungan dengan pertahanan dan kedaulatan negara. Sesekali mereka punya ‘me time’, tapi hanya sesekali saja. Sesekali yang tetap harus berjaga-jaga karena sewaktu-waktu dipanggil atas nama tugas yang tidak bisa untuk dielak. Meskipun dokter ada giliran tugas dan jaganya, tapi dalam prakteknya, semua serba mungkin untuk waktu yang sehari-semalam hanya 24 jam ini, mereka tak kenal lelah dengan tugas dan pengabdian.
Pun dengan yang dialami oleh seorang prajurit atau tentara. Sewaktu-waktu mereka dipanggil dan dibutuhkan dalam suatu tugas dan misi, seketika itu juga mereka harus pergi untuk menuruti perintah. Urusan pribadi jadi sesuatu yang langka untuk dieksekusi karena kepentingan negara harus di atas segalanya. Terlebih untuk anggota kesatuan elit seperti Kapten Yoo Si Jin. Makin dia handal dan tuntas dalam setiap misi, makin libur itu seolah-olah hanya menjadi sebuah angan-angan.
Di awalnya saja kelihatannya akan berjalan lancar, sesuai rencana, tapi di tengah perjalanan apa mau dikata... Niat hati ingin meminta maaf sekaligus mengganti waktu atas ajakan kencan pertama yang gagal, tapi Si Jin tak kuasa juga untuk menuntaskannya. Menerima ajakan Dokter Kang untuk pergi nonton di bioskop setelah sebelumnya sempat untuk beberapa saat saling berbicara dan bercanda, saling meledek dan menggoda, harusnya malam itu mereka bisa memanfaatkan kurang lebih dua jam lagi untuk mengobrol dan menonton film. Si Jin terpaksa menutup gurauannya dengan Dokter Kang bahwa duduk di sebelah wanita cantik dengan kondisi lampu dimatikan adalah sesuatu yang mengasyikkan, lewat sebuah panggilan telepon yang mengharuskan dia meninggalkan Dokter Kang sendirian di bioskop. Tugas adalah tugas dan meninggalkan tugas berarti mengingkari komitmen dan tanggung jawab itu sendiri. Dokter Kang hanya bisa mengatakan, “... Pergilah!!!” Dan aku akan tetap meneruskan menonton film itu sendiri... Hhhhuuufftt... Mulut boleh berkata apa saja, tapi mata adalah jendela hati untuk menggambarkan kekecewaan dan juga malu. Ya iyalah malu... Akhirnya ditinggal sendirian di tengah asyik-asyiknya berkencan... Talk to my hand, Captain!!!
Malu dan kecewa yang sekejap kemudian justru terobati karena Mo Yeon mendadak mendapat telepon dari rumah sakit yang mengharuskannya untuk datang. Siapa yang akan meninggalkan siapa coba kl seperti ini akhirnya cerita kencan yang gagal lagi malam itu??! Sekarang hanya tinggal masalah, siapa yang duluan mendapat tugas dan panggilan dan bersiap-siaplah untuk dua-duanya akan menerima resikonya. Resiko untuk ditinggalkan duluan dan meninggalkan segala apa yang sedang dilakukan serta dikerjakan. Tapi karena ini judulnya adalah kencan penjajakan, imej dan harga diri masihlah segala-galanya. Hahahaaa... Berpikirnya, di awalnya saja sudah seperti ini, lalu bagaimana untuk yang selanjutnya dan seterusnya?!
*Prinsip Berlawanan
Maka untuk yang ketiga kalinya, ketika Si Jin datang untuk kesekian kalinya mengejutkan Mo Yeon, sang dokter mencoba untuk mengambil suatu ketegasan. Obrolan di kafe malam itu tak selancar ledekan-ledekan serta gurauan-gurauan mereka berdua sebelumnya. Suasana pertemuan malam itu terlihat kaku, tegang, tapi juga pilu. Saat Mo Yeon mulai menyinggung tentang pekerjaan Si Jin sebagai tentara, seketika itu ego Mo Yeon seolah-olah berusaha untuk menegakkan harga dirinya di hadapan Si Jin. Dua kali kencan berada dalam posisi yang selalu yang ditinggalkan, Mo Yeon yang punya reputasi tidak sembarangan di profesinya, merasa bahwa ia harus dengan segala cara membuat dirinya tidak hanya dipandang sebelah mata.
Hingga akhirnya tema prinsip dalam profesi mereka jalani, yang seolah-olah dipakai Mo Yeon sebagai alat untuk mengultimatum Si Jin. “... Kau berjuang dengan cara membunuh atau terbunuh, sedangkan aku berjuang apapun caranya membuat orang tetap hidup...” Kurang lebih begitulah inti yang dikatakan Mo Yeon kepada Si Jin malam itu di kafe. Si Jin pun tak bisa mengelak dari apa yang sudah disimpulkan sendiri oleh Mo Yeon. Bahwa kemudian dia membela dirinya, tak cukup kiranya pembelaan tersebut untuk membuat Mo Yeon bertahan. Sebelum semuanya berjalan terlalu jauh, sebelum pengertian dan pemahaman akan muncul seiring cinta yang sudah tertanam, dan sebelum segala toleransi dan pengorbanan akan membawa keduanya dalam keselerasan, lebih baik saling undur diri dan mengucapkan salam perpisahan.
*Terjebak Kesibukan dan Kegemilangan
Seiring waktu berjalan, Mo Yeon dan Si Jin kembali dalam kesibukannya sendiri-sendiri. Dan percayalah, dua orang ini sebenarnya sosok yang hebat dalam pekerjaannya. Mungkin urusan hati sangat payah, tapi lain halnya denagn prestasi dan dedikasi pekerjaan, baik Mo Yeon atau Si Jin sama-sama sedang menapaki jalan kegemilangannya. Ahh, dokter cantik satu ini, boleh saja dia berulang kali gagal secara tidak fair dipromosikan menjadi seorang profesor, tapi praktek di lapangan, Kang Mo Yeon adalah bintangnya. Menangis dan meratap putus asa sendirian karena merasa dipecundangi oleh sesama rekan dokternya, tapi ketika akhirnya berhasil tampil di layar kaca, Mo Yeon berhasil membuktikannya, bahwa memang dia adalah pemenangnya. Sang rekan yang pecundang akhirnya terus-menerus merecokinya, namanya juga iri... Hahha... Lalu masihkan Mo Yeon teringat akan Si Jin? Hhmmm...
Mo Yeon bersinar di bidangnya, begitu pun dengan Kapten Yoo Si Jin. Kini dia sedang ditugaskan di Urk, sebuah tempat yang semakin menjauhkannya dengan Mo Yeon. Bahkan ketika Dae Yeong mengingatkan tentang Mo Yeon pun, Si Jin memilih untuk tak terlalu mengindahkannya. Apa yang mau diingat untuk sebuah akhir yang tak berawal, hehhe... Tapi rasa yang tersimpan sebenarnya belum rela untuk melepaskannya.
*Pertemuan Kembali
Berterima kasihlah kepada sang pimpinan Haesung Hospital, karena kekesalannya kepada penolakan Mo Yeon, maka akhirnya dia memilih untuk menghukum Mo Yeon dengan cara menyuruhnya pergi memimpin sebuah tugas kemanusiaan bersama dengan rekan-rekan dokter dan perawat terpilih, ke sebuah negara yang bahkan dari beberapa yang akan berangkat tidak tahu ada nama Urk sebagai sebuah wilayah atau negara, wkwkwkwkwkkk... Urk yang berkonflik dan rawan, siapa sangka di situlah justru rasa yang dulu belum sempat menuntaskan klimaksnya, memulai lagi petualangannya. Petualang baru, di tempat dan sikon yang benar-benar baru. Berharapnya sie akan ada semangat baru. Ech, si kapten... Tahu saja caranya untuk menyambut seseorang yang dulu lebih memilih mengakhiri daripada melanjutkan rasa yang sedang bergejolak di hati. Jika sebelumnya Mo Yeon yang ‘pasang harga diri’ serta pertahanannya di hadapan Si Jin, sekarang gilirannya Si Jin yang menegaskan harga dirinya di hadapan Mo Yeon. Dengan cara apa, saudara-saudara? Hahha... Tak usahlah banyak cakap dan mengadu prinsip, cukup dengan memakai kaca mata hitam saja!!! Hahahaaa...
Kaca mata hitam yang tak menghiraukan sebuah syal yang terbang tertiup angin dan pemiliknya yang ternyata tak luput untuk tertegun dan menatap. Adegan melintas yang cukup memorable rupanya untuk para pecinta serial drama ini kemudian. Semoga yang sedang melintas dan mengawas tersebut, bergegas mengurus rasa yang saling ada yaaa... Pertama mungkin kau kurelakan pergi, tapi untuk selanjutnya ternyata kita dipertemukan lagi, pasti karena ada urusan yang belum benar-benar terselesaikan di antara kita. Baiknya memang semuanya dituntaskan sampai ke titik akhirnya. See you...
*Quotes of the day: 1) Si Jin: “... Aku adalah seorang tentara. Tentara mengikuti perintah. Terkadang, apa yang aku yakini itu baik dan benar, tidak berarti demikian juga untuk yang lainnya...” “... Aku percaya, bahwa aku berjuang untuk kedamaian dan kebebasan bangsa dan negaraku.
Rabu, 27 Juli 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar