\

Selasa, 28 Juni 2016

Posted by Unknown on 17.05.00 No comments
#AniesWidiyarti_BanjirCercaanBerbuahPrasangkaDanKeputusasaan_CnH2_6 “... I am in misery..there ain’t nobody who can comfort me...”... Sekilas, beberapa baris lirik lagu Maroons 5, yang berjudul Misery tersebut seolah-olah dapat menggambarkan perasaan Cansu kemarin malam. Seolah-olah gadis manis ini memang tengah dalam kesakitan dan kesengsaraannya sendiri dan tak seorangpun yang ada di dekatnya bisa membuatnya nyaman, atau minimal dapat menentramkan hatinya yang sedang goyah, di antara omongan-omongan negatif tentang ibu kandungnya dan juga Cihan Gurpinar. Goyah, di antara sedikit demi sedikit kepercayaan yang tengah berusaha keras ia tumbuhkan di hati untuk sesosok ibu kandung yang akhirnya bisa ia temui. Sesosok ibu kandung yang boleh jadi menjadi jawaban untuk kerinduan yang selama ini tengah Cansu cari-cari. Kerinduan akan sosok ibu yang benar-benar ‘hadir’ dan ‘ada’ dengan wujud kasih sayangnya yang tulus dan nyata. Seorang ibu yang dengan senang hati memberikan pelukan erat di saat Cansu menginginkannya. Ibu yang masih sempat untuk sekadar mengepang dan menjalin rambut anak gadisnya, dia antara penatnya dia harus mengumpulkan rezeki demi untuk kelabgsungan hidupnya. Ibu yang benar-benar hanya peduli dengan kebaikan dan kenyamanan anak-anaknya, alih-alih melakukannya hanya sebatas ‘kewajiban’ dan ‘patutnya’. Intinya, yang selama ini dirindukan Cansu akan sosok seorang ibu, boleh jadi digenapi dalam diri Gulseren.


Namun, di antara kisah penemuan tersebut, tak berarti hidup Cansu selanjutnya berjalan dengan bahagia. Karena sesungguhnya semua berawal dari sini. Pertemuan dengan ibu kandung, perjumpaan dengan saudara baru, dan juga kisah percintaan ibu kandungnya dengan Cihan Gurpinar, di mana semua itu terjadi di tengah sikon keluarga yang tak harmonis. Di satu sisi, kehadiran Gulseren bagi Cansu sebagaimana layaknya penyejuk untuk hatinya, tapi di lain sisi kehadiran Gulseren di dekat Cansu, seolah-olah menjauhkan Cansu dari orang-orang yang belum-belum sudah antipati terlebih dahulu dengan kehadiran Gulseren. Bukan hanya masalah perebutan hak asuh antara Gulseren dan Dilara, tapi rupanya perasaan cinta Cihan kepada Gulseren yang turut hadir bersamaan dengan cerita terbongkarnya rahasia identitas anak-anak mereka yang tertukar, mempunyai andil besar untuk membuat konflik yang terjadi menjadi semakin runyam. Bukan lagi hanya tentang kasih sayang anak dan orang tua, melainkan hal-hal yang sifatnya skandal menjadi bumbu-bumbu yang tak bisa dihindari. Pasalnya, ketika awal-awal memang Cihan yang tengah jatuh cinta dengan Gulseren masih terikat perkawinan sah dan resmi dengan Dilara Gurpinar. Pun begitu halnya dengan Gulseren, yang ketika hatinya mulai menyadari perhatian dari Cihan, dia masih berstatus sebagai istri dari Oskan Gulpinar. Kini, keadaan mulai sedikit berubah dengan status perkawinan Gulseren dan Oskan yang sudah diputuskan berakhir oleh pengadilan, rupanya cerita kerunyaman itu makin menjadi.


Cansu bukannya buta masalah ketertarikan Cihan, ayah tirinya dengan Gulseren ibu kandungnya. Tapi karena Cansu merasa dari dua orang itu dia akhirnya menemukan limpahan kasih sayang yang besar, maka di dalam hatinya dia pun tak terlalu mempersalahkan hubungan ibunya dan Cihan. Di samping kenyataan kl dia melihat sendiri bahwa hubungan Cihan dan Dilara, tak pernah berjalan dengan nyaman dan selalu diwarnai oleh pertengkaran-pertengkaran. Walaupun, seiring dengan kedekatan tersebut Cansu harus semakin sering berselisih dengan Dilara, Ozan, kakaknya, atau juga Hazal, anak yang dibesarkan Gulseren sedari bayi, Selama ia berada di dekat Gulseren dan Cihan, Cansu seperti tak terlalu ambil pusing dengan perselisihan yang sering ia lakukan. Termasuk ketika Gulseren dicap sebagai perempuan perusak rumah tangga Cihan dan Dilara Gurpinar, Cansu senantiasa menjadi pendukung nomor satu untuk menguatkan ibunya. Berbekal rasa dari perasaan yang terdalam juga rajin berkeluh kesah dan berbagi cerita dari hati ke hati dengan Gulseren, Cansu seakan-akan mempunyai keyakinan sendiri kl ibunya tidak seperti yang kebanyakan orang sangkakan selama ini. Gulseren bagi Cansu bukan sosok perempuan perebut suami perempuan lain, perusak rumah tangga orang, atau perempuan matre yang mengincar harta dan kekayaan Cihan Gurpinar. Gulseren di mata Cansu hanyalah sesosok ibu yang penyabar dan berjuang demi anak-anaknya.


Akan tetapi, tak akan cerita itu menjadi sejati, jika di perjalanannya akan mulus-mulus saja. Semakin banyak deraan, akan semakin tangguh kita kemudian. Seperti halnya tingkat keimanan kita kepada Tuhan, pun kepercayaan yang ada di hati akan senantiasa naik-turun, terbawa situasi. Cansu yang sebenarnya membawa selalu kepercayaan kepada ibunya dan juga ayahnya, tapi kembali lagi dia masih dalam tahap usia yang labil dan penuh gejolak. Dipicu oleh peristiwa-peristiwa yang seolah-olah rentan mengikiskan kepercayaan yang selama ini sudah di hati, akhirnya Cansu kemarin malam seperti berbalik arah menjadi memusuhi dan menyerang Gulseren dan Cihan dengan prasangka-prasangka yang disimpulkannya sendiri. Mulai dari ketika dia mendengar ocehan Keriman tentang ibunya di ruang tamu kediaman Gurpinar, perselisihan Cansu dan Dilara yang beda pendapat tentang Gulseren, Ozan yang tak henti mendeskriditkan Gulseren sebagai perempuan yang jahat di balik kelembutannya kepada Cansu dan Hazal, dan puncaknya adalah tadi malam, usai mendengar untuk kesekian kalinya Ozan menjelek-jelekkan Gulseren, dia justru disuguhi pemandangan yang sepertinya pas terkondisikan untuk mewakili apa yang ditakutkan dari Cansu, yaitu terbuktinya omongan-omongan Ozan bahwa Gulseren sebenarnya hanya peduli dan mengejar cinta Cihan dan menggunakan anak-anak mereka sebagi jembatan untuk memuluskan percintaan mereka. Ah, Cansu yang malang... Cansu yang serba dipojokkan dan akhirnya seperti kecewa dengan sendirinya karena dia ternyata melihat ibunya sedang asyik berduaan dengan ayah tirinya.. Padahal apa yang dipikirkan Cansu jauh dari kenyataan yang sedang terjadi...



Menilik kenapa Cansu akhirnya menjadi seperti antipati dengan Gulseren dan Cihan, setelah kepercayaan dan kebahagiaan yang selalu ia pancarkan apabila berada di dekat dua orang tersebut, ini lebih ke perasan emosional-insidental atau emosional sesaat sebagai perwujudan atas kekecewaan yang seringkali ia rasakan belakangan ini, terutama tentang berbagai guncingan negatif tentang Gulseren. Kl boleh saya saya menggambarkannya, andai ketika Cansu seusai mendengar ‘ceramah’ Ozan tentang Gulseren yang tidak baik, lanjut Cansu menemui Gulseren yang seperti dengan sikon Gulseren selalu siap sedia memberi pelukan dan dukungan kepada putrinya dan bukan Gulseren yang seperti tertangkap mata justru tengah berduaan dengan laki-laki, yang notabebe ayah tiri Cansu yang sangat menyanyanginya, besar kemungkinan Cansu tidak akan bersikap kalap dan menyerang Gulseren dan Cihan dengan tuduhan-tuduhan yang serba tidak elok.


Cansu yang sedang dipojokkan sana-sini dan harusnya ia punya ‘pertahanan terakhir’ berwujud Gulseren atau Cihan Gurpinar, untuk melegitimasi keyakinan hatinya, tapi akhirnya justru yang diharapkan seperti sedang asyik sendiri. Maka di situlah perasaan sendirian, hati hancur, kepercayaan yang susah-payah dibangun akhirnya mulai retak dan hancur berkeping-keping, mulai menjangkiti Cansu. Sebenarnya, ada tiga langkah yang Cansu butuhkan untuk terhindar dari rasa sendirian dan kalut itu, yaitu tetap tenang, bersabarlah, dan bicaralah. Tapi karena memang gejolak emosinya saat itu seperti menjepitnya, belum lagi dia mendapati pemandangan yang seperti mengiyakan apa yang selama ini orang omongkan tentang Gulseren dan Cihan, akhirnya rasa percaya dan mengidolakan Gulseren dan Cihan menjadi seolah-olah ternoda. Pendek cakap, semakin kita menyayangi dan memercayai seseorang, semakin kita mengharapkan yang kita idolai dan percayai itu tidak boleh ada cela. Nah, kurang lebih yang Cansu rasakan kemarin malam seperti itu adanya. Cansu takut bahwa ibunya dan Cihan nantinya bila benar-benar bersatu, dia hanya akan jadi yang sekian-sekian... Cansu juga merasa malu dengan Ozan atau juga Dilara, karena sekuat tenaga dia membela ibunya, tapi kenapa Gulseren memang seperti yang orang-orang pikirkan selama ini... Tapi biarlah itu untuk sementara menjadi keyakinan Cansu, seiring waktu saya yakin gadis berparas manis yang baik dan penyabar ini, akan dapat melihat realita di baliknya secara berimbang... Belajar dewasa ya, Cansu... Hehhe...


Ada Cansu yang meradang, ada Cihan yang kemarin malam juga agak ‘miss’ dari yang biasanya dia tampil dan tuturkan... Saking takutnya kl Gulseren bakalan berpaling kepada mantan suaminya sekaligus takut kehilangan citra ayah di depan Cansu... Duh, Ayah Cihan yang tampan... Oskan Gulpinar kan memang ayah kandungnya Cansu, kenapa karena sesuatu yang sedang kalut, kau seperti dalam sekejap menjadi serupa Dilara, wweew... Xixixiii... Katamu di depan Gulseren, ayah kandung Cansu itu hanya dirimu??! Eeeaalllahh... Semua judulnya adalah blunder kl aroma-aromanya sudah emosi yang ikut membumbui. Jangan mentang-mentang Oskan itu miskin dan sering berbuat kasar, lantas kau berhak mengaburkan realitanya di depan Cansu. Apalagi tindakanmu kemarin malam yang seperti tidak menganggap sama sekali Oskan itu sebagai ayah kandung yang juga berhak atas Cansu. Cukuplah kau tahu bahwa Cansu memang sedang berada di situ dan bukan hilang entah di mana, tapi ya jangan terus menyeretnya seolah-olah kau yang paling berkuasa atas Cansu. Kl memang kau ingin bicara dengan Cansu, bicara yang baik-baik, bujuk dengan sabar... Jangan main paksa yang justru akhirnya makin menyaringkan umpatan-umpatan Cansu kepadamu dan Gulseren.. Cansu itu sedang berusaha mencari tempat perlindunagnnya yang lain, setelah Gulseren dan Cihan dianggapnya sudah tidak bisa dipercaya lagi. Bahkan kl boleh saya nyatakan, ada sedikit kesan pelarian atau juga pelampiasan untuk akhirnya Cansu mau mendatangi ayah kandungnya. Dan satu lagi, menurut saya ini cara Cansu yang sangat ‘cerdas’ untuk menyakiti Gulseren dan Cihan. Eeeyyaa...


Ech..ech... Ada juga yang sedang ‘menggadaikan’ harga dirinya lagi... Rahmi si tua yang labil dan jauh dari konsep bijak sebagai orang tua. Ini bagaimana ya, saking tidak mau kehilangan hidup enak dan bergelimang uang, menjadi pendukung untuk menantunya koq terkesan memaksakan diri ya??! Alih-alih berada di posisi netral, bisa dengan menyeluruh, seimbang melihat masalah yang sedang dihadapi oleh anak dan menantunya, Rahmi malah seperti balik menjadi penghasut yang seenaknya sendiri. Dulu saja mengemis-ngemis minta maaf kepada Gulseren, tapi sekarang..karena arah kepentingan berubah, berbalik dia jadi sekutu bagi Dilara dengan sangat meyakinkannya dan menyerang Gulseren dengan nada-nada merendahkan yang di luar batas. Hhhheeiisstt.. Macam petinggi-petinggi parpol saja Rahmi ini!!! Ya iyalah mendukung Dilara, lha kl mendukung Cihan dan Gulseren, takutnya Rahmi, dia tidak akan kebagian hartanya Cihan karena semua akan diberikan kepada Gulseren, wkwkwkwkwkkk... Yassalam... InsyaAlloh Cihan tidak akan meniru ayahnya yang dulu karena tergila-gila dengan perempuan lain, rumah tangganya, adiknya, bahkan kekayaannya hilang satu-persatu.


Untuk Dilara, ya sudahlah... Terserah dengan macam-macam isi kepalamu... Masih juga harga diri dan egoismu itu selalu mewarnai. Katamu sayang itu berbeda dari cinta... Tapi banyak orang juga bilang, pernikahan itu mungkin hanya setahun-dua tahun yang berhiaskan cinta, selebihnya dan seterusnya tinggal kasih-sayang yang harus senantiasa ditumbuhkan antar pasutri... Entah bagaimana Dilara akhirnya merepresentasikannya di depan Cihan,  hingga akhirnya sayangnya Dilara tak jua sampai-sampai ke hatinya Dilara... Mungkin karena memang pada awalnya cinta sudah tidak ada kali ya,,, Ech, ada Chandan yang kemarin hanya jadi tempat ‘buang hajat’nya Harun. Uuuuppstt, wkwkwkwkwkkk... Karena balik lagi, setelah itu Harun kembali lagi penasaran dengan yang sejati di hati. Dilara Gurpinar!!! Yuhuuuuu... Terlepas dari sorot matanya yang selalu terlihat licik, sosok seorang Harun ini sebenarnya tak kalah keren dan berkharisma dengan sang pemilik jaringan restoran Dark Blue, Cihan Gurpinar lho, hehhe... Saya sie menikmati sekali dengan hadirnya tokoh Harun di CnH 2 atau Paramparca season dua ini. Bagaimana  denganmu, Paramparca Fan?? Enjoy yaa... Have a sweet Tuesday... Salam hangat.

 

0 comments:

Posting Komentar