\

Kamis, 23 Juni 2016

Posted by Unknown on 16.38.00 No comments
#sinopsis_cansuhazal2_eps4
#paramparca2_bolum32part3
#paramparca2_bolum33part1
Tayang: Kamis, 23 Juni 2016
Oleh: Anies Widiyarti. Bersama: Debby Arin Anggraini, Anisa Puji Rahayu, dan Intan Hapsari.


*Chandan menjemput Harun di bandara. Di scene ini, jangan lewatkan untuk mendengar musik ilustrasinya yang keren banget. Seolah-olah musik ilustrasinya  turut mendukung suasana yang dimaksudkan..misterius dan mendebarkan, hehhe...
Harun dan Chandan akhirnya bertemu dan saling menyapa. Setelahnya, mereka berdua meneruskan perjalanan dengan mengendarai Range Rover hitam mengkilat.

*Pagi di kediaman Gurpinar, Emine menyapa Gulseren dan Hazal di kamar.

*Si muka tembok yang rakus makan, Keriman sedang menunggui Oskan di samping tempat tidur sambil mulut yang tak berhenti untuk mengunyah bermacam-macam makanan yang ada di hadapannya. Tak lama kemudian, Nuray datang menyusul ke kamar membawa serta bayinya. Ketika perawat datang untuk menyampaikan sesuatu, Keriman, Nuray, dan Oskan tampak sedikit kebingungan, lalu berubah panik, dan akhirnya kaget kemudian, wkwkwkwkkk... Entah apa yang membuat mereka panik... Mungkin perawat menyinggung soal tagihan rumah sakit, hahha...

*Di ruang makan keluarga Gurpinar, Ozan dan Dilara sedang bersiap-siap untuk sarapan. Kembali ibu dan anak ini membicarakan tentang Gulseren.

*Ketika sang istri sedang bersiap untuk sarapan, Cihan justru masih di ruangan kerjanya, sedang serius bersama Yildirim membaca koran terbaru yang memuat berita tentang kejadian mencekam yang terjadi kemarin di rumahnya. Ozan sempat datang menyusul ke ruangan kerja ayahnya.

*Sesaat setelah melakukan pembicaraan dengan Yildirim, Cihan bergegas menuju ke ruang makan untuk sarapan. Yildirim menyempatkan untuk menyapa semua yang di ruang makan. Sempat ditawari Dilara untuk sekaliyan ikut sarapan, namun Yildirim menolaknya dan memilih untuk segera pamit undur diri.

*Di meja makan, Dilara sepertinya kembali menyulut perselisihan, hingga akhirnya Cansu memilih untuk meninggalkan meja makan, bahkan sebelum gadis itu menyantap sarapannya. Cihan pun ikut-ikutan kesal dengan sikon yang baru saja terjadi tadi. Lain halnya dengan Hazal... Gadis berparas culas tersebut justru seolah-olah menambah keruh suasana dengan umpatan-umpatannya. Hhhhhhhh...

*Cihan menelpon Ozan yang sedang santai sambil jogging di tepian Bosphorus.

*Dilara menghampiri Cansu di kamarnya untuk berusaha menenangkan sekaligus menetralkan suasana, selepas yang tidak menyenangkan tadi di meja makan. Tapi Cansu sudah terlanjur kecewa dengan sikap Dilara. Perdebatan kembali terjadi antara Cansu dan Dilara dan lagi-lagi Gulseren lah yang menjadi isu utamanya. Sampai akhirnya Cansu nekad untuk mengusir Dilara dari kamarnya.

*Keriman datang menemui Chandan di kantornya untuk membicarakan masalah Oskan. Chandan kemudian memberikan selembar kertas kepada Keriman. Apa itu isi lembaran kertasnya? Ntar tonton saja sendiri, hehhe..

*Dilara kembali bertemu dengan Gulseren yang sedang merapikan kamar Hazal. Kali ini Dilara rupanya lebih sibuk dengan pembicaraannya di telpon daripada memulai perdebatan lagi dengan Gulseren. Tapi teteup... Tatapan mata Dilara yang tajam kepada Gulseren, sudah mewakilkan segala kebencian yang ada, eeeyyyaaa...

*Justru yang sedang terlibat pertengkaran adalah Cansu dan Hazal. Hazal yang tiba-tiba muncul dengan kursi rodanya ketika Cansu sedang menelpon dan terdengar menyebutkan nama Hazal, langsung saja menyerang Cansu dengan kalimat-kalimat pedasnya. Gadis berambut pirang ini memang selalu ribet dengan prasangka-prasangka jelek berikut watak emosionalnya yang ngeselin.  Hhhaah... Pertengkaran itu akhirnya mereda ketika Dilara datang untuk melerai kedua putrinya. Seperti biasa, sang drama queen kembali menunjukkan kebolehannya... Akting..akting... Seolah-olah dia sudah berusaha manis di hadapan Cansu hingga akhirnya justru Cansu yang terlihat ‘setan’ di hadapan Dilara. Dengan sedikit isyarat dari Dilara, Cansu diminta untuk sedikit mengalah. Ya elllah... Pada akhirnya, Cansu memilih untuk meninggalkan Dilara dan Hazal berdua saja di ruang keluarga.

*Sambil terus berusaha menenangkan Hazal, Dilara melanjutkan pembicaraan dengan anak kandungnya tersebut. Dilara menanyakan keadaan Hazal, apakah dia baik-baik saja dan sekilas menyinggung tentang jadwal terapi kaki Hazal di rumah sakit. Nada-nadanya Hazal menghindar untuk ditemani terapi oleh siapa pun, termasuk juga oleh Gulseren. Hahha... Bakalan ada udang di balik kebab neh, wwweew..

*Dilara mengantar kepergian Hazal ke rumah sakit untuk terapi, sampai ke pelataran luar rumahnya. Yupz, Hazal pergi terapi hanya ditemani oleh Azmi. Sang drama queen sepertinya sedang menyusun permainan sandiwara baru lagi, hahha... Permainan ala-ala yang tipu-tipu gitu deh... Nah itu tadi buktinya, menolak ditemani oleh siapa pun ketika akan melakukan terapi. Semoga perkiraan saya salah sie, wkwkwkwkkk...

*Gulseren menanyakan keberadaan Hazal kepada Dilara. Dilara menanggapi Gulseren dengan dingin ketika perempuan saingannya tersebut terlihat memprotes tentang dirinya yang membiarkan Hazal pergi terapi ke rumah sakit sendirian. Hadddeh.. Padahal..padahal... Berasa antara Dilara dan Gulseren sedang terjebak permainan dari Hazal,, hhheeeiissttt...

*Harun di ruang kerjanya sedang serius mengamati sebuah foto lama yang memuat pose dirinya sedang berdiri di dekat Dilara, ada satu lagi perempuan yang entah itu siapa, dan juga Cihan ketika mereka muda dulu dan masih duduk di bangku kuliah. Hhmmm... Ada kisah apa sebenarnya antara Harun, Dilara, Cihan, dan juga perempuan satunya itu di masa lalu ya??...

*Ozan datang ke kantor Cihan dengan tergesa-gesa dan kelihatan begitu emosional. Berawal dengan ketus, selanjutnya pembicaraan antara ayah dan anak sulung tersebut bernuansa tensi tinggi. Ozan dengan nada bicara yang keras meminta Cihan untuk menjelaskan tentang sesuatu hal. Cihan berusaha untuk tetap tenang menghadapi Ozan. Pada akhirnya, Cihan justru meminta Ozan untuk lebih baik segera keluar dari ruangan kantornya. Nah kan... Inilah salah satu efek ‘racun’ dari Dilara kepada Ozan. Dan Cihan akan selalu ikut ketumpahan racunnya...

*Setelah menemui Chandan, rupanya Keriman melanjutkan ‘safari’ kunjungannya menuju ke kediaman Gurpinar. Sempat dihalangi untuk masuk oleh Bachtiar, namun dengan seizin Dilara, akhirnya Keriman bisa masuk dan bertamu di rumah megah itu. Keriman dengan cerocosannya yang bak petasan banting, sibuk mencari-cari Cansu. Dilara menanggapi Keriman dengan gaya yang setengah-setengan malas dan jengah, wkwkkwkkk... Keriman bermaksud ingin mengabarkan kepada Cansu, perihal Oskan yang sedang dirawat di rumah sakit. Tapi lagi-lagi... Dilara hanya menanggapinya sambil-lalu.

*Suara Keriman yang begitu berisik layaknya knalpot sepeda motor soak, terdengar oleh Gulseren. Gulseren langsung menemui Keriman dan melihatnya dengan perasaan yang tidak suka. Berbeda dengan respon Keriman kettika mendapati Gulseren ternyata ada di rumah Cihan dan Dilara, ‘otak dramanya’ langsung ‘on’ dengan sendirinya, lhaaah..hallah... Bergaya sok-sok perhatian dan antusias dengan Gulseren, Keriman justru akhirnya semakin memperoleh amarah serta umpatan dari Gulseren. Tak tahan terus dimarahi Gulseren, Keriman lama-lama juga kembali ke sifat aslinya. Dan Dilara pun seperti makin dibuat jengah melihat pertengkaran sengit antara Gulseren dan Keriman.

*Tanpa sadar, pertengkaran antara Gulseren dan Keriman gantian terdengar oleh Cansu. Cansu hanya bisa berdiri dan terdiam di ujung tangga sambil terus mencuri dengar keributan antara ibu dan bibinya tersebut. Untuk selanjutnya, Gulseren memilih segera menyudahi pertengkarannya dengan Keriman dan memilih pergi meninggalkan Keriman yang kini hanya tinggal berdua saja bersama Dilara. Dan Keriman... Dengan usaha pantang menyerahnya, dia terus`menarik perhatian Dilara atas apa yang diocehkannya. Kl dipikir-pikir, orang macam Keriman seperti ini memang yang harus menghadapi adalah tipe-tipe Dilara yang model-model angkuh begitu, wkwkwkwkkk..

*Gulseren mengemasi pakaiannya yang ada di almari kamar Hazal. Sepertinya Gulseren berniat .lagi untuk segera pergi dari rumah Cihan dan Dilara tersebut.

*Pasca tanpa sengaja mendengar keributan di ruang tamu tadi, Cansu langsung buru-buru masuk ke kamaranya dan menutup pintunya dengan setengah membanting. Dengan ekspresi penuh kemarahan dan gemetar, Cansu menangis sambil membuang segala apa yang ada di meja belajarnya. Gadis manis berambut panjang itu di tengah isak tangisnya, terus berbicara sendiri, mengungkapkan kekecewaan dan kemarahannya.

*Di rumah sakit, Hazal mulai menjalani terapi untuk pemulihan kakinya yang mengalami kelumpuhan. Sibuk dengan smartphone nya, Hazal bahkan tanpa ekspresi ketika menanggapi sapaan fisioterapis dan perawat. Berasa pengen toyor-toyor tuh muka ngeselinnya Hazal ketika melihatnya begitu angkuh menanggapi sapaan tenaga medis yang akan menanganinya tersebut. Dasar..dasarrr!!! Dan ini dia dramanya... Saat fisioterapis dan perawat memulai prosedur untuk pemulihan kakinya, Hazal mendadak menjadi panik dan ketakutan. Bukan..bukan... Bukan bentuk ekspresi ketakutan dengan kakinya yang akan diobati terus nanti reaksinya akan menimbulkan perih atau bagaimana begitu... Tapi ini lebih ke bentuk ketakutan akan ketahuan belang kebohongan. Hahahaaa... Lha memang sudah sembuh kan kakinya... Tak perlu juga alat-alat medis canggih untuk mengobati, karena ternyata hanya dengan pijatan tangan Gulseren, kaki Hazal sudah beranjak kembali normal. Namun atas nama tingkah drama queen nya, Hazal memanfaatkan kaki lumpuhnya sebagai alat untuk ‘caper’ kepada Cihan, Dilara, atau juga Gulseren. Nah sekarang, kl Hazal hanya bersikap pasrah saja ketika fisioterapis dan perawat menanganinya, sama saja dengan dia mempercepat kebohongannya terbongkar. Oleh karena itu, sekarang sandiwaranya bertambah harus dilakonkan di depan dua orang tenaga medis tersebut. Gayanya to..to... Semua peralatan yang sudah dipasang/ditempel di kakinya, dicopoti oleh Hazal sambil berteriak-teriak sok histeris dan berakting ketakutan, menolak mengikuti prosedur penyembuhan kakinya.

*Dilara menyuruh Keriman untuk segera meninggalkan rumahnya.

*Hazal dengan setengah menangis, menelpon Gulseren. Hazal meminta Gulseren untuk datang menyusulnya ke rumah sakit. Untuk sementara waktu, karena panik setelah ditelpon Hazal, niatan Gulseren untuk pergi dari rumah Cihan dan Dilara menjadi terlupakan. Sepintas ketika Gulseren akan pergi untuk menyusul Hazal, Dilara seperti melihatnya, karena bersamaan ketika Keriman melangkah keluar dari ruang tamu.

*Di atas kapal, Harun menelpon Cihan. Ketika telpon diangkat oleh Cihan dan berulang kali Cihan menyapanya dengan “Halo”..”Halo”, di seberang sana Harun seperti dengan sengaja mendiamkannya. Hanya tatapan mata Harun saja yang seolah-olah menyiratkan bahwa dia sudah bersiap untuk membuat perhitungan dengan Cihan Gurpinar. Tatapan mata Harun yang sarat akan kelicikan dan dendam. Cihan, bersiaplah untuk masalahmu berikutnya... Ppssstttt... Kredit positif lagi untuk cara dramatisasi di scene ketika Harun dan Cihan saling bertelepon. Scene antara Harun dan Cihan yang sedang memegang ponselnya, ditampilkan secara berganti-gantian, slide per slide yang cepat, berikut ilustrasi musik yang lagi-lagi pas bener dengan suasana serba tanda tanya yang diinginkan, hehhe..

#Bolum33part1

*Gulseren akhirnya menemui Hazal yang sedang menangis di kursi rodanya, dengan ditemani fisioterapis serta perawatnya tadi. Fisioterapisnya menceritakan  kepada Gulseren tentang kejadian ketika Hazal menolak untuk melakukan prosedur penyembuhan kakinya dengan menggunakan alat. Gulseren yang juga merasakan keheranan dengan tingkah anaknya tersebut, lanjut menanyakan kepada Hazal ada apa sebenarnya..kenapa begitu... Hehhe... Anak ini... TOP dah akting mautnya!!! Gulseren akhirnya membawa Hazal pulang kembali ke rumah.

* Rahmi sedang berada di kantor Cihan. Dia tampak serius berbicara di telepon dengan seseorang di luar negeri. Tampak Cihan mengawasi Rahmi di sampingnya. Mungkin yang ditelpon Rahmi tadi adalah orang yang di Rusia itu, yang memberikan piutang kepada Rahmi ratusan ribu dollar... Tapi tetap, sesudah urusan hutang kelar dibayar, Cihan tak mudah untuk percaya atau bahkan akur dengan ayahnya. Rahmi sampai harus menyakinkan Cihan kl dia tidak akan mengulangi lagi kesalahan-kesalahan sebelumnya. Eeyyyaa... Rahmi mah ‘kapok cabe’... Sekarang kapok, besok berulah lagi, wkwkwkwkkk...

*Perselisihan antara Rahmi dan Cihan untuk sementara bisa terhenti karena Yildirim tiba-tiba datang mengajak Cihan pergi untuk mengurusi urusan yang lebih penting.

*Harun dan Chandan tiba di sebuah apartemen.

*Oskan, Nuray, serta bayinya meninggalkan rumah sakit. Nuray terlihat kesal dan terus mengomel kepada Oskan. Tak lama mucul Keriman yang terkejut melihat Oskan sudah keluar dari rumah sakit.

*Oskan, Nuray, dan bayinya  bergegas pergi dengan menggunakan sebuah taksi, meninggalkan Keriman sendirian di pelataran rumah sakit, wkwkwkwkkk... Ngomel..ngomel dah sono sendiri!!!

*Cihan dan Yildirim mendatangi bar/diskotik, tempat Ozan sebelumnya dijebak dengan narkoba. Cihan menunjukkan foto teman perempuan Ozan via sebuah ponsel kepada pelayan bar yang kebetulan siang itu tengah bekerja. Cihan bertanya kepada pelayan bar itu tentang siapa sebenarnya perempuan itu, di mana keberadaannya, kenal atau tidak, bla..bla..bla...Melihat respon dari pelayan bar yang terkesan menjawab seenaknya sendiri, Cihan hampir saja berlaku kasar kepadanya. Beruntung Yildirim sigap untuk mencegahnya.

*Beberapa saat kemudian, datang seorang laki-laki yang kemungkinan dia adalah manajer di bar/diskotik tersebut. Laki-laki itu menghampiri Cihan dan Yildirim, menyapa dengan sopan, lalu menyakan ada keperluan apa sebenarnya Cihan dan Yildirim datang ke bar/diskotik itu.

*Yildirim kemudian menjelaskan maksud mereka datang ke tempat tersebut, sambil menunjukkan foto teman perempuan Ozan tadi melalui ponsel. Laki-laki itu terlihat mengetahui informasi tentang teman perempuan Ozan itu dan kemudian menjelaskannya kepada Cihan dan Yildirim. Setelah dirasa informasi yang diingkan sudah didapatkan, Cihan dan Yildirim pun meninggalkan bar/diskotik. Yildirim tampak menelpon seseorang berkaitan dengan kasus teman perempuan Ozan, sementara Cihan menunggunya sambil bersandar di dekat mobilnya.

*Di ruang kerja barunya, Harun terlihat menginstruksikan sesuatu kepada salah satu staf kepercayaannya. Ada Chandan juga di situ. Sepertinya Harun ini seorang pebisnis sukses juga seperti halnya Cihan.

*Datang tampak sama-sama, tapi begitu pulang terlihat sendiri-sendiri. Entah apa yang saling direncanakan Chandann dan juga Harun. Berkaitankah dengan foto lama yang dipandangi Harun sebelumnya??

*Sepulang dari menemui Harun, rupanya Chandan mendatangi Dilara ke rumahnya. Dengan diantarkan oleh Emine untuk menuju ruang tamu, Dilara tampak terkejut dengan kedatangan Chandan. Dua orang sahabat yang sedang pecah kongsi ini terlihat masih kaku satu sama lain. Kemungkinan Chandan mendatangi Dilara untuk usaha rekonsiliasi. Namun masalahnya, benarkah rekonsiliasi itu setulus hati, sementara ketika pulang dari rumah Dilara tampak Chandan mengulaskan senyum liciknya, diikuti dengan langsung menelpon Harun kemudian. Hhmmm... Ya sudahlah... Yang akan terjadi, pasti bakalan terjadi.

NEXT: Dilara dan Gulseren kembali terlibat perselisihan tentang masalah penanganan Hazal.



0 comments:

Posting Komentar