\

Rabu, 06 April 2016

Posted by Unknown on 18.24.00 No comments
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_72 Edisi Rabu, remah-remahnya datang lagiiiii... Halo, AVers... Sudah masuk di tengah pekan,  tetap bahagia yaaa semuanya... Hari ini flashback serial drama Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia) nya akan saya bawa menuju ke episode sembilan. Yuhuuuuu... Mo ngomongin yang hanya muncul sebentar, tapi juga bukan sekadar numpang lewat, hehhe... Siapa itu? Masuk edisi ke-72, giliran remahannya untuk Sinan deh... Adik laki-laki Iclal ini tidak seperti halnya sang kakak yang hobi banget bikin gedhegggg para AVers. Sinan juga bukan seperti Firat yang licik, tenang, dan penuh siasat. Meski berpembawaan sangar dan keras, Sinan adalah pribadi yang sangat penyayang dan perhatian, terutama dengan sang keponakan dan tentu saja sang kakak. Sinan sebenarnya termasuk ‘korban’ salah didik dari ibunya, seperti halnya sang kakak. Tapi karena dasar wataknya yang lebih baik dari Iclal, maka tak heran jika kemudian dia menjadikan ibunya sebagai sasaran bulan-bulanan, alih-alih mengikuti Iclal yang selalu menjadikan Ny Aytul sebagai  tameng untuk semua ulah manja dan pemaksaannya. Bahkan untuk hubungannya dengan sepupu yang sekaligus juga mantan kakak iparnya, Sinan seperti punya alasannya sendiri untuk akhirnya menjadikan Yigit sebagai orang yang paling dia benci, tapi sekaligus juga sangat dikaguminya. Inilah Sinan untuk para AVers semuanya...


Andai Sinan dididik oleh Ny Aytul dengan cara yang seharusnya, mungkin ketika dia sudah sebesar dan sedewasa sekarang, dia tidak akan terus mengutuki ibunya karena kekecewaan yang terlalu berlarut-larut. Ibu yang sebenarnya sangat ia hormati dan selalu dirindukannya, tapi justru karena rasa sayangnya, dia balik menjadi penyindir dan sekaligus juga penyinyir bagi Ny Aytul. Si bungsu yang menghabiskan waktu untuk bersekolah di Amerika ini tak hentinya untuk menyalahkan sang ibu karena menyerahkan sang kakak untuk dinikahi oleh laki-laki yang tidak pernah dicintainya. Laki-laki yang tak lain adalah saudara sepupunya sendiri, Yigit Kozan. Yigit yang semasa kecil sempat  tumbuh bersama Sinan adalah seperti idola dan role model bagi Sinan. Untuk kerja kerasnya dan kesuksesan sang sepupu, siapa laki-laki yang tidak iri dengan keberhasilan Yigit sebagai seorang pebisnis. Makanya kemudian Sinan begitu kagum dengan Yigit. Terlebih dengan kondisi keluarganya, di mana segala urusan keuangan, Sinan dan keluarganya sangat bergantung dari hasil jerih payah sang sepupu, hhmmm... Benar-benar jadi hutang budi kekal abadi. Akan tetapi, di mana harga diri seorang laki-laki, jika selamanya ternyata hanya bisa merasa kagum dengan kesuksesan orang lain, tanpa dirinya sendiri tidak ada perubahan yang terjadi. Tanyakan saja kepada Ny Aytul, bagaimana pada akhirnya justru ia yang harusnya paling disalahkan kenapa Sinan belum bisa benar-benar mandiri, meskipun sudah sampai jauh ke Amerika untuk menuntut ilmu.


Lagi-lagi, Ny Aytul seperti lupa mengajarkan tentang kearifan, kerja keras, dan rasa tanggung jawab yang seharusnya kepada Sinan. Jika pada Iclal dia sukses mendidik dan membesarkan anak perempuannya sebagai perempuan yang manja dan pemaksa, pada Sinan Ny Aytul sepertinya sukses untuk menjadikan anak laki-lakinya sebagai pecundang. Ironis sekali, tetapi memang itulah kenyataannya. Sinan yang pecundang, Sinan yang sebenarnya tidak mau ibunya terus-menerus menjadi ‘aktris’ di rumah perkebunan Kozan. Hahha... Masih ingat kan dengan obrolan Sinan dengan Ny Aytul ketika mereka berdua tengah berselisih paham? Sinan kurang lebih mengatakan bahwa ia tak sanggup untuk tinggal dan bertahan di rumah perkebunan Kozan karena ketidakmampuannya ‘berakting’. Wkwkwkwkwkkk... Itu juga yang akhirnya merubah kekaguman Sinan menjadi kebencian yang luar biasa kepada Yigit. Sinan tahu betul kl sang sepupu tidak pernah mencintai kakaknya, tapi kenapa Yigit mau menikahi Iclal hanya gara-gara bujukan ibunya, inilah kurang lebih yang membuat Sinan memupuk antipati kepada Yigit untuk kemudian. Toh memang pada akhirnya pernikahan sang kakak dengan saudara sepupunya berjalan jauh dari harapan. Hingga sampai kecelakaan tragis yang mengakibatkan Iclal koma selama tiga tahun, makin bertumpuklah alasan untuk semakin membenci Yigit Kozan. Tapi Sinan bisa apa, dia sudah terlanjur menjadi pecundang di keluarganya... Melawan Yigit sama halnya dia seperti akan kualat kepada orang yang berjasa besar kepada dirinya.

Kl pun akan melawan Yigit, bukankan sebaiknya Sinan menggugat dulu kepada ibunya sebagai ‘sang sutradara’ semua cerita??! Cerita absurd yang menjadi semakin memburuk untuk semuanya. Tak cuma Iclal yang menderita, sakit hati Yigit ketika dia dipaksa oleh Ny Aytul untuk menikahi anak perempuannya pun, sebenarnya bisa dirasakan Sinan. Sebesar apapun kemarahan Sinan kepada Yigit, sekecewa apapun dia dengan perlakuan Yigit kepada sang kakak, Sinan bisa apa?! Apalagi melihat Iclal yang seperti sudah buta mata, hati, serta pikiran untuk mencintai Yigit, Sinan seperti hanya bisa sok berlagak mengintimidasi dan mengancam gertak sambal kepada Yigit. Laki-laki yang paling dibencinya justru dicinta mati oleh kakaknya. Mungkin inilah salah satu dilema hidup... Andai Iclal mau berbesar hati menerima kenyataan kl suami yang dicintainya tidak pernah mencintainya, pasti bagi Sinan itu akan lebih meringankan bebannya. Beban sakit hati karena tidak tahan sang kakak terus-menerus diabaikan oleh sepupunya sendiri dan beban yang berubah jadi dendam kesumat ketika pada saatnya dia memang harus menjumpai kenyataan kl Yigit ternyata mempunyai perempuan lain selain kakaknya.

Seharusnya kemungkinan terburuk tersebut juga sudah terlintas di benak Sinan yaaa... Kemungkinan sang kakak yang tidak pernah dicintai Yigit akhirnya akan ditinggalkan oleh suaminya. Tapi tetap, meskipun hati sudah sangat menyadari dan memaklumi tentang latar belakangnya, melihat sang kakak seperti ditelikung oleh suaminya sendiri, rasanya begitu menyakitkan dan menginjak-injak harga diri. Padahal ketika peristiwa itu terjadi, sang sepupu benar-benar sudah melepaskan seluruh tanggung jawabnya sebagai suami dari sang kakak, ahh, Sinan... Kau melewatkan lagi cerita serunya.. Cerita seru kl ternyata Nur, perempuan cantik yang mengasuh Mert, keponakanmu itu ternyata sudah resmi menjadi istri dan sekaligus perempuan yang benar-benar dicintai oleh Yigit Kozan. Jadi, ketika mereka berdua berciuman bibir, sesaat setelah Yigit pulang dari mengurusi kekacauan di salah satu unit usaha Kozan Otomotive, itu lebih dari sah dan halal untuk mereka berdua. Tapi karena kau belum tahu dan paham dengan sikon yang sebenarnya, ya OK lah untuk rasa sakit hati, benci, atau juga jijik karena melihat Yigit berasyik-masyuk justru bukan dengan kakaknya.


Nur yang sebelumnya juga diperlakukan Sinan dengan baik dan bersahabat, mendadak menjadi seperti halnya perempuan buruk di hadapan Sinan. Terlebih ketika Sinan berhasil dicuci otaknya oleh Nazan, tambah bodohlah Sinan ketika itu, wkwkwkwkwkwkkk... Dipikirnya Nur itu memang perempuan simpanan dan selingkuhan Yigit, maka kemudian Sinan berbalik 180 derajat menjadi begitu melecehkan Nur. Sama halnya ketika dia memperlakukan Yigit, Sinan sepertinya ingin membuat Nur merasa rendah dan tahu diri, ho..ho..hooo... Andai kau tahu ceritanya, Sinan... Bahkan masalah lebih rendah dan siapa yang harusnya tahu diri di antara Nur, Iclal, atau juga ibumu, kau pasti lebih tahu jawabannya siapa yang pantas untuk mendapatkan kehormatan yang sesungguhnya. Kl pun memang benar-benar paham makna kehormatan, tidak mungkin juga kau, Iclal, dan juga ibumu menjadi parasit bagi sepupumu sendiri. Parasit yang memang benar-benar parasit... Tidak putusnya untuk mengambil dan menggerogoti yang lebih dari haknya.

Maka ketika Nazan berhasil menggiringmu menuju ke opini yang salah-kaprah, melihatmu yang hanya semata-mata terbakar emosi alih-alih kembali introspeksi bahwa akar permasalahannya sebenarnya sudah sangat dipahami, kau justru tampak terlihat semakin pecundang, Sinan. Ulahmu bersama Iclal ketika mengerjai Nur dengan memaksa Nur berpakaian seksi yang tidak sesuai dengan keinginannya, memotretnya kemudian untuk sengaja dipamerkan di hadapan Yigit, belum lagi keisengan Iclal memasukkan baju ke dalam tasnya Nur yang membuat Nur menjadi bulan-bulanan keamanan di sebuah pusat perbelanjaan, kau dan kakakmu malah semakin kompak terlihat kekanak-kanakan ketika menyikapi suatu permasalahan. Hadddeh, generasi penerusnya Ny Aytul ini... Prihatin sangat saiya... Benci ya benci, tapi bisa kan kau menghadapi Yigit sebagai laki-laki antar laki-laki, Sinan?? Hahha...

Dan pada akhirnya, justru seperti mencoreng arang di muka sendiri kan, Sinan?! Perempuan yang mendadak kau perlakukan seperti halnya perempuan rendah, pengganggu, dan perebut suami orang, justru dialah sekarang sang penyandang nama Ny Yigit Kozan. Sepupu yang sangat kau benci dan kau kagumi itu pun juga sedang tidak melakukan perselingkuhan dan pengkhianatan seperti yang kau pikirkan belakangan ini. Justru sepupumu saat ini sedang beranjak menjadi laki-laki yang sejati karena akhirnya berani melawan ibumu untuk mengakhiri pernikahannya dengan kakakmu yang tak pernah dikehendakinya. Ya meskipun dengan cara-cara yang tidak baik, tapi apa selama ini ibumu juga benar-benar baik dengan keponakannya tersebut?? Bahkan pada akhirnya kau harus merasakan kekalahan lagi dari Yigit hanya gara-gara cara pikirmu yang tidak dewasa. Sok ingin melecehkan istri sepupu, menggoda serta memaksa Nur untuk rendah di hadapannya, justru akhirnya kau semakin rendah lagi di hadapan Yigit. Andai Yigit tidak menyerangmu malam itu untuk menyelamatkan istrinya, andai Yigit malam itu tidak meneriakimu untuk mengatakan Nur adalah istrinya, kau mungkin akan semakin terperosok seperti halnya kakakmu, Sinan...


Semua memang harus ada akhirnya untuk serangkaian kepura-puraan yang telah tersimpan rapi. Jika sekarang memang belum mampu untuk diakhiri, maka lebih baik undur diri saja dari permainan, sembari selalu menitipkan pesan, bahwa memang segala kepura-puraan, akting, dan kebohongan harus berakhir. Sedih melihat Sinan harus pergi lagi meninggalkan ibu dan kakakknya, tapi akan lebih sedih lagi seandainya hanya melihat Sinan bertahan di rumah perkebunan Kozan, tapi tidak mampu merubah keadaan. Biarlah hanya ibunya dan sang kakak yang terus-menerus melanjutkan sandiwaranya, karena justru ketika semakin dipahami, memang lebih baik dan bijaksana apabila Sinan pergi jauh meninggalkan keluarganya. Pergilah yang jauh, berusahalah untuk sedikit demi sedikit bisa benar-benar dibanggakan sebagai anak laki-laki atau laki-laki yang sebenarnya. Bukankah lebih baik selalu introspeksi daripada hanya sibuk menjadi pengkritik dan penyindir yang dianggap angin lalu oleh sekitar. Ny Aytul boleh jadi bukan ibu yang baik, tapi dia tetaplah seorang ibu yang memikirkan anak-anaknya. Hanya saja cara-caranya yang tidak bijaksana dan pada akhirnya tertutup oleh keserakahan.  Selamat tinggal, Sinan... Kau orang yang baik, Tuhan pasti akan selalu menolongmu. Have a success Wednesday, AVers... Salam hangat.




  
Categories:

0 comments:

Posting Komentar