Andai saja Nur kala itu menjatuhkan pilihan hatinya kepada Yigit Kozan selain karena cinta juga diembel-embeli untuk perbaikan status ekonomi dirinya, hhmmm... Saya menduga untuk Yigit Kozan yang ketika itu benar-benar dalam sikon tengah mabuk kepayang dengan Nur, pasti juga tidak akan keberatan dengan embel-embel harta di balik cintanya Nur kepada dirinya, xixixiii... Bahkan andaikata Nur dikisahkan dengan karakter yang lebih kemaruk dan licik masalah harta pun, saya yakin Yigit akan tetap menerimanya. Toh Yigit mencintainya, pasti segalanya juga akan dia penuhi. Hahahaaa... Tapi maaf, AV/ANDD ini adalah cinderella story yang untuk kesekian kalinya... Perempuan yang baik, sederhana, dan pintar dilarang kemaruk dan rakus harta. Perempuan yang jadi buah bibir utama di stereotype cinderella story adalah perempuan yang berhati ‘emas’ sekaligus ‘baja’, yang tahan banting baiknya, ‘anti karat’ harga dirinya, penuh pengertian dan kesabaran, serta pengabdian yang tiada berbatas. Wkwkwkwkwkwkkk... Mengapa harus ‘tahan banting’ dan ‘anti karat’, karena mereka nanti akan menjadi role model untuk menghadapi karakter-karakter yang bersifat ‘setan’. ‘dhemit’, atau juga yang masih bingung untuk memilih jadi hitam atau putih, makanya lebih menyatu dengan ‘abu-abu’, hahahaaa... Bahkan nanti jika sang cinderella sudah menemukan pangeran pujaannya, cinderellanya harus tetap dominan dengan sifat ‘tahan banting’ serta ‘anti karat’nya untuk menghadapi pangeran tampan yang terkadang atau juga seringkali mengecewakan serta menyakiti hatinya. Hahahaaa... Makanya makin kesini cinderella story, meskipun masih banyak peminatnya, tapi juga tidak sedikit yang mengkritisi atau bahkan menyinyiri, hahha... Kl tidak dengan dalih itu hanya cerita yang menjual mimpi, cinderella story pasti cerita yang hanya bikin malas dan bodoh saja. Tapi itulah cerita kenapa dibuat, yang diajak bercerita juga jangan terlalu terbawa sikon sang pencerita. Boleh baperrr, tapi logika tetap harus jalan. Hahahaaa... Seperti halnya dongeng masa kecil, ada banyak pelajaran dan hikmah di balik yang tidak masuk di akal dalam teknik penggambaran.
Makanya ketika Nur digambarkan sangat tulus ketika mencintai Yigit, itulah harapan sebagian besar penontonnya. Untuk Yigit yang berkarakter kaku, keras, dan pemarah, akan sangat janggal jika ia akan jatuh cinta dengan seorang perempuan cantik yang di antara cintanya dia ternyata juga kebelet dengan harta. Kl Nur dikarakterkan matre, trus apa bedanya nanti dengan Iclal?? Ya masak Yigit akan jatuh terperosok ke comberan yang sama dua kali... Nanti justru terkenalnya bukan “si jutawan nan tampan Yigit Kozan”, tapi si keledai nan rupawan Yigit Kozan” dunk?!! Diih, langsung tiba-tiba ilfeel saiya, wwweew... Nur sebisa mungkin harus digambarkan ideal untuk melawan keangkuhan dan kebodohan Iclal sekaligus juga menakhlukkan hati sang pujaan. Tapi kl Nur hanya ditampilkan yang ideal-ideal saja dengan lawan main yang karakternya menjengkelkan luar biasa, jadinya akan kurang seru. Oleh karena itu, di antara yang ideal dari sang protagonis utama, juga harus tetap ditampilkan sisi manusiawinya. Nur yang tulus mencintai suami, toh dia juga bukan malaikat atau ibu peri yang tidak punya rasa sakit atau cemburu ketika sang suami didekati mantan istri. Nur yang sabar dan pengertian, toh dia juga punya hasrat dan keinginan bahwa sebagai istri ia juga ingin berkarya dan diakui. Nah, ketika urusannya sudah sampai tahap sebagai istri, pernahkah melihat Nur dinafkahi secara seharusnya oleh Yigit? Saya yakin, pasti di antara para AVers akan langsung tersenyum geli sambil juga nyinyir, mengingat tentang betapa seorang Yigit Kozan sangat keterlaluan dengan istri jelitanya tersebut. Dan Nur di antara sosok idealnya, justru jadi bahan pro dan kontra tersendiri di kalangan para AVers... “Ayo dunk, Nur minta smartphone...” atau “Ajak istrimu jalan-jalan dunk, Yigit..belikan dia baju dan perhiasan...” Wkwkwkwkwkkk...
Siapa yang akan menyangsikan cinta mati Yigit kepada Nur?? Tak seorangpun akan berani meragukannya. Seperti sudah teramat jelas tertulis di jidat Yigit Kozan, bahwa Nur Demira adalah cinta dan segalanya baginya. No offense!!! Tapi mungkin karena terlalu ‘kebesaran’ cinta alias kedodoran jadinya ya berasa besar di omongan saja. Sudah pernikahannya dirahasiakan, bahkan untuk pemenuhan hak dan kewajiban juga jadi serba ditangguhkan. Bukan hanya bulan madu dan saling bercengkerama yang terlambat, tetapi juga hal-hal yang bersifat kehartaan, kewajiban suami untuk mencukupi segala kebutuhan istri, jadi terlupakan semuanya. Ini sebenarnya ceritanya memang diniatkan untuk menggambarkan keterlambatan pubernya Yigit atau sang kreator yang lalai membahas dan mencantumkan bahwa antara pasutri sebenarnya ada hal-hal kecil yang bernilai besar, yang sifatnya wajib untuk dilakukan dan diberikan... Ya OK lah kl niatnya memang untuk menggambarkan euforia seorang laki-laki yang terlambat dengan kisah romansanya... Namanya juga terlambat, jadi segalanya masih serba gagap dan gugup. Heheheee... Tapi koq gagap dan gugupnya Yigit Kozan ini berasa makin lama makin menyakitkan hati yaaa?!! Ujung-ujungnya sering sekali membuat sang istri justru jadi jatuh harga diri... Istri siapa, ech yang hobi belanja-belanji baju juga siapa... Nurrrrrr... Apa kabar dengan isi koper pink mu itu? Pasti dulu dari Adana kau membawa setumpuk baju dan berlian ya? Suami mana suamiiii?!!
Ya memang benar istri sekaliyan merangkap pengasuh dari anak sang suami dari pernikahan yang terdahulu, tapi koq berasa tidak ada ‘SOP’ yang jelas antara status istri dan pengasuh ya, Yigit ya?? Kl sebagai istri, mana nafkah bulananmu kepada Nur? Sebagai pengasuh, bagaimana dengan gaji Nur setiap bulannya?? Nah kan..sibuk meyakinkan cinta melulu sie yaaa... Sementara Nur yang masih antara kalut dan rikuh dengan statusnya sebagai Ny Yigit Kozan yang sah, tapi dirahasiakan, berasa dia juga selalu dalam dilema untuk menuntut hak dan kewajibannya sebagai istri Yigit Kozan. Sampai pada akhirnya, justru Iclal yang akhirnya kepikiran untuk menanyakan dan memberikan Nur gaji sebagai pengasuh Mert. Dusssss, benar-benar tamparan yang sangat keras sekaligus panas untuk Yigit kala itu, melihat Iclal di depan matanya menyerahkan beberapa lembar uang kepada Nur, yang dimaksudkan sebagai gaji Nur selama menjadi pengasuh Mert. Yigit yang ketika itu sedang kesal dan marah kepda Nur karena menerima pemberian baju dari Sinan, merasa makin marah sekaligus malu yang yang bertumpuk-tumpuk kepada istrinya. Sementara bagi yang lain, yang sudah mengetahui dan paham bagaimana hubungan Yigit dan Nur sebenarnya, seperti antara kelu dan juga bingung dengan sikon saat itu. Seorang istri Yigit Kozan ternyata hanya diperlakukan dan digaji sebatas profesi pengasuh anak?? Haddeh..haddded, Yigitttt!!! Lihatlah itu Nur dengan matanya yang tiba-tiba berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan segala kegetiran di dalam hati... Mana pembelaanmu yang seharusnya kau lakukan?? Kau bahkan hanya bisa diam dan membisu, antara malu dan juga tercoreng harga dirimu juga kan??! Pernikahan yang benar-benar menguji segala-galanya, bahkan sampai pada masalah harga diri dan kehormatan pun, suami seperti tidak ada tajinya untuk melindungi istri dan juga keluarganya.
Bahkan lagi-lagi harus Iclal yang tergerak hatinya untuk memberikan sejumlah baju bekas pakai dan juga baru, untuk diberikan kepada Nur. Sementara Yigit masih lalai dan bingung membedakan urusan nafkah istri dan gaji pengasuh Mert, untuk kebutuhan baju yang benar-benar sepele, istrinya Yigit Kozan yang sekarang seolah-olah seperti dipaksa untuk menerima kebaikan dari sang mantan istri suaminya sendiri. Ahh, Iclal yang manja dan pemaksa, sebenarnya perempuan satu ini kadangkala ada otaknya juga, xixixiii... Meski lebih sering songongnya... Ketika dia merasa berhutang nyawa kepada Nur, beranjak hatinya juga ingin lega dengan cara tergerak untuk memberikan sebagian baju-baju bagusnya kepada Nur. Bahkan, baju-baju yang diberikan kepada Nur saat itu, banyak juga yang masih baru-baru dan bermerk semua. Hahahaaa... Nazan saja kepengen tuh disumbang baju oleh Iclal, tapi saat itu Iclal memang hanya ingin memberikan kepada Nur. Jadi maaf saja ya, Nazan... Percuma saja bolak-balik kau mematut diri, memperlihatkan hasrat bahwa kau ingin memiliki bajunya Iclal, wweew... Itu hanya untuk Nur seorang. Spesial!!! Dasar Nazan, belum cukup rupanya dia mendapatkan berbagai fasilitas sebagai istri Cahit Kozan. Bandingkan dengan Nur yang seorang istri Yigit Kozan, nyonya rumah yang sebenarnya dari rumah perkebunan Kozan, boro-boro beli baju, berduaan denag suami sahnya saja Nur berasa haram...
Tapi dasar Nazan... Sirik ya sirik saja, nyinyir ya nyinyir saja.., hahha.. Nur yang seebenarnya menolak dengan semua pemberian Iclal, mendapat bisikan semprotan dari Nazan,”... Kau sudah mengambil suaminya, kini kau juga mengambil bajunya...” Wkwkwkwkwkkk... Sumpahhh... Ketawa ngakak mendengar bisikan dampratan Nazan kepada Nur ketika itu. Cieeeee...Mengambil nie yeeee... Iclal juga... Maksudnya beneran baik kali itu, tapi maafkan ya, Iclal... Anggap saja itu sebagai ganti untuk mantan suamimu yang tidak pernah membelikan istrinya baju... Kan Iclal belanja bajunya juga memakai uang Yigit... Jadi, Nurrrr... Terima saja.... Pasti baju-bajunya Iclal akan lebih menawan bila melekat di badanmu. Hahahaaaa...
Yigit..Yigit... Seringkali menyakitkan, tapi terkadang juga menggelikan dan ironis. Berasa kl punya model suami seperti kamu, lebih baik menyuruh Nur jadi tipe-tipe straight to the point sajalah... Bukan matre juga urusannya, tapi lebih ke jelasnya bagaimana, hahahaaa... Sudah ketemu berduanya sulitnya minta ampun, komunikasi intens apalagi, lha bagaimana mau membicarakan tentang rumah tangga dan segala tetek-bengeknya, hadddeh... Mana juga Yigit hanya kegedean omongan dan kemarahan saja... Giliran masalah menghidupi istri, ya nanti sajalah... Cinta oh cinta... Jangan kau malah membuat Yigit semakin terlena.... Cinta oh cinta... Jagalah Nur agar ia senatiasa tidak jenuh dan malang dengan cintanya kepada Yigit Kozan. Have a nice Monday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar