Jika kita mengalami sikon sama seperti halnya Yigit ketika sebelum bertemu dengan Nur dulu, mungkin pasrah adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk terus tegar menjalani hari-hari. Ketika keinginan untuk merubah nasib sudah terwujud, hasil kerja keras sudah bisa dinikmati, dan ketika dunia seperti sudah dalam genggaman, bukankah itu tetap sebuah goal yang membanggakan?? Tapi apakah hidup cukup hanya dengan melulu materi dan kemewahan?? Inilah selanjutnya untuk pasrah yang dimaksudkan. Pasrah ketika kemewahan dan harta tidak berbanding lurus dengan cerita kebahagiaan yang sejati. Yigit sudah diberikan jalan oleh Tuhan untuk menemukan rezeki harta dan kekuasaan, tapi tidak untuk hati dan cintanya. Tuhan sepertinya ingin memberi ‘ujian’ untuk Yigit lewat hati dan cintanya. Boleh jadi untuk urusan materi, seorang Yigit Kozan sudah jauh dari kekurangan, tapi untuk masalah hati, justru dia berkebalikan dari semua harta yang dimilikinya. ‘Kering’ dan mungkin juga hampir jatuh ‘miskin’, yang pada akhirnya justru menggenapkan konsep kepasrahan tadi. Hhmmm.. Di balik segala keberhasilannya membangun Kozan Otomotive, apa jadinya jika Yigit terpaksa menjalani pernikahan yang dipaksakan dengan sepupunya sendiri... Apa yang harus dilakukan jika kemudian Yigit menjalani hari-hari dalam berumah tangga dengan Iclal dipenuhi dengan kemarahan dan rasa benci... Apa yang harus diputuskan jika sekuat hati untuk bertahan tapi tetap tidak bisa untuk dipertahankan... Sampai akhirnya nasib buruk yang berikutnya sudah terlanjur terjadi sebelum yang lain-lainnya berhasil disudahi, berasa konflik makin bertumpuk-tumpuk. Seperti hanya menjalani hidup yang sebatas untuk menghabiskan waktu, menunggu yang tiada ujung, dan tanpa harapan yang indah untuk ke depan. Semuanya seolah-olah kabur dan tidak jelas bagi Yigit saat itu. Beruntung dia masih punya pekerjaan yang menyita waktu dan menjadi pelampiasan yang seolah-olah sempurna. Bahwa masih ada anak yang senantiasa memanjangkan nafas Yigit kala itu, Mert pun tidak benar-benar dalam rasa kasih sayang yang sempurna dari ayahnya.
Berada di bawah pengasuhan ayah yang lebih sibuk dengan urusan pekerjaan dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama sang nenek, membuat Mert mau tidak mau makin kehilangan sosok orang tuanya. Belum lagi dia bisa mencari jawaban atas kehilangan sosok ibu, dia masih harus dihadapkan dengan cara menyayangi model ayahnya yang terkesan sambil-lalu di antara rutinitas pekerjaannya. Ayah yang sebenarnya sangat menyayangi dan perhatian dengan Mert, tapi tetap saja Yigit sebelum bertemu Nur acapkali terlihat seperti halnya ‘robot’ yang serba kaku dan benar-benar tidak memahami bagaimana sebenarnya menghadapi anaknya yang mulai menunjukkan kenakalan-kenakalan demi mengharap perhatian dari sang ayah.
Beruntung kala itu akhirnya sang ayah bertemu secara tak sengaja dengan ‘bidadari’ yang nyasar di jalanan menuju rumah perkebunan Kozan, wkwkwkwkwkkk... Mertttttt... Kau juga harus mulai ‘terang’ dan bahagia, seperti halnya ayahmu yang mulai menemukan ‘cahaya’!!! ‘Cahaya’ yang makin tampak bersinar ketika kau berulah di pohon besar, Mert... Ketika itu kau memohon kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan sosok ibumu, tapi rupanya Tuhan malah mengirimu dulu seorang teman yang kelak bisa membuatmu tersenyum bahagia, sebelum akhirnya kau bisa bertemu dengan ibumu yang sesungguhnya, Mert... Teman bagi Mert, tapi lebih dari sekadar teman untuk sang ayah. Dari cerita yang nyasar-nyasar, lanjut dibentak-bentak, ech di pohon besar malam itu masih belum habis juga cerita bentak-bentak untuk seorang Yigit Kozan yang untouchable, wkwkwkwkwkkk... Tak seorangpun selama ini yang berani membentak Yigit, sampai akhirnya ada yang berani membentak, saat itu juga cinta datang di antara yang tak biasa, hahahaaa... Kena deh!!! Cinta pada pandangan pertama lebih tepatnya... Cinta pada Nur yang bermata hijau jelita, yang untuk pertama kalinya membuat Yigit tak kuasa menolak dengan kehadiran cinta.
Seperti sudah mengikuti alur dan prosedurnya, ternyata Nur tidak hanya menarik hati bagi sang ayah, Mert pun sudah dibuat tak bisa terpisahkan dari Nur. Sukaaaaa ketika Mert mengatakan kepada nenek dan bibinya kala itu kl dia sangat menyukai Nur. Suka juga ketika dia akhirnya memohon kepada ayahnya untuk Nur jangan dibiarkan pergi dari kehidupan mereka, xixixiii... Mert tahu saja apa yang sedang di pikiran ayahnya kala itu... Hahha... Mert merasa semakin sehati dengan Nur ketika dia berhasil membujuk Nur untuk menemaninya pergi ke taman hiburan (kl di sini mungkin serupa Dufan itu kali yaaa, hehhe..) bersama sang ayah. Ahh, Mert seperti sudah menemukan ‘Louise Lane’ untuk ‘Superman’nya yang kala itu masih dilanda galau karena kehadiran Nur. Cieeeee... Yigit.... Yang tadinya seperti tidak mau mengalah demi anak, yang tadinya selalu menolak kl diajak bermain komedi putar di taman hiburan karena takut merusak citra dan kharismanya... Hadddeh, si ayah ganteng satu ini... Benar kan kl saya bilang dia sayang kepada Mert, tapi tidak tahu cara yang benar untuk membuat anaknya merasa nyaman dan ‘ada’... Yigit jadinya tetap terkesan mengabaikan Mert, sementara dia sebenarnya sudah berusaha untuk meluangkan waktu bersama anak. Tapi ya itu tadi, Yigit hanya mengukurnya dari sudut pandangnya sendiri, tidak berusaha bagaimana caranya mendengarkan apa yang selama ini menjadi keinginan dan harapan Mert.
Sampai kemudian datang Nur, Mert terlihat dengan sangat lancar mengeluarkan semua uneg-unegnya. Anak kecil ini, seperti sudah memperoleh seseorang yang membuatnya nyaman dan menganggapnya ada... Apa yang selama ini dia inginkan dari sang ayah, berhasil ia sentilkan di depan Nur, hingga sang ayah hanya bisa senyum tipis malu-malu mendengar anaknya mengeluhkan tentang tabiat dan kebiasaannya. Sang anak yang mengenal ayahnya sebagai seseorang yang super karena tidak ada yang berani marah dan melawannya, rupanya Mert mengharapkan seorang teman yang kelak bisa ia jadikan sekutu untuk melawan kharisma sang ayah, wkwkwkwkwkkk... Ikut bahagia, Mert melihatmu akhirnya bisa tersenyum dan tertawa bahagia di taman hiburan kala itu...
Mert atau Nur ya yang sebenarnya berhasil ‘memanusiakan’ Yigit kala itu di taman hiburan? Atau dua-duanya?? Hahha... Yang jelas, ketika Yigit berada di antara Nur dan Mert, seketika itu juga sorot mata yang berbinar dan senyum yang mengembang mendadak jadi tidak mahal untuk dijumpai di wajahnya. Yigit tampaknya saat itu juga sedang ketagihan pergi bersama Nur, sehabis sehari sebelumnya sukses menjadi ‘tour guide maksa’ di edisi jalan-jalan mengantar Nur mengenal Istanbul, wkwkwkwkwkkk... Makanya ketika Mert memaksa Nur untuk ikut menemaninya ke taman hiburan, Yigit dengan segala cara memaksa Nur kembali untuk mengikuti perintahnya... Cieeeee... Perintah Yigit atau Mert yaaa? Hahahaaa... Yang jelas, ketika berada di taman hiburan memang segala sesuatunya menjadi terlihat berbeda. Meski hanya sebentar, tapi lumayan untuk menjelaskan bagaimana Yigit sebenarnya juga masih bisa menikmati waktu dan kebersamaan, apabila di dekat orang-orang yang sekira sesuai dengan keinginan hatinya. Untuk sejenak melupakan yang sedang terbaring koma bertahun-tahun di tempat tidur, untuk sejenak menikmati waktu dan momen-momen membahagiakan bersama sang anak di berbagai arena permainan. Sembari sesekali melirik kepada Nur yang mulai tidak bisa ia kesampingkan, sungguh Tuhan masih berkenan untuk memberinya anugrah cinta serta perasaan yang berdebar-debar penuh gejolak. Bahkan ketika kita memasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Di Atas, jangan sangsikan DIA yang justru akan memberimu anugrah yang berlipat-lipat. It’s your time, Yigit!!!
Cerita tentang sisi lain Yigit mungkin memang akan jelas terasa ketika dia sudah berada di sisi Nur dan Mert. Yigit yang memang benar-benar penuh cinta meski di antaranya selalu ada marah, cemburu, dan kekanak-kanakkan yang seringkali membuat mengelus dada. Tapi itulah Yigit yang dicinta mati dan segala-galanya bagi Nur. Yigit yang sebenarnya ketika bersama dengan anaknya dan didampingi oleh Nur bisa menjadi ‘hot daddy’ super seksi, yang makin bikin kepincut semua perempuan. Bahkan pemandangan yang sekilas menyiratkan ‘masa kecil kurang bahagia’, ketika Yigit yang melakukannya, kesannya justru nyaman dan melegakan. Setidak-tidaknya itulah Yigit yang tampak kekanak-kanakkan sekaligus kebapakan ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang anak laki-laki di warnet, sedang asyik bermain game online. Hhmmm... Gemas dengan pola permainan sang anak yang sekiranya tidak sesuai dengan cara mainnya, akhirnya Yigit malah mengajari serta ikut asyik bermain dengan anak laki-laki tadi. Kerennn ihh ayahmu, Mert!!! Hahha... Inginnya dengan Nur nanti Yigit beroleh anak perempuan saja, biar sang ayah makin tak bisa kemana-mana yaaa, hahahaaaa...
Semoga ke depannya ‘sisi lain’ Yigit makin sering kita jumpai. Yigit yang ‘cair’ dan penuh cinta, bukan Yigit yang ‘kosong’, keras kepala, dan penuh luka seperti halnya ketika Iclal dan Ny Aytul masih senantiasa menekannya. Yigit yang benar-benar bisa menikmati hidupnya, tanpa harus sembunyi-sembunyi untuk mengekspresikan hati dan cintanya. Berharap Nur juga tidak lelah untuk terus menjadi ‘cahaya’ bagi Yigit, Mert, dan kelak keluarga yang mereka bangun bersama-sama. Aamiin. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar