\

Rabu, 27 April 2016

Posted by Unknown on 18.29.00 No comments
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_84 Sampai di tengah pekan... Halo, AVers... Edisi ‘Rabu Rancu’ yaaa, remahan hadir kembali. Semoga hari ini tidak juga rancu dan salah-salah untuk para AVers semuanya, hehhe... Biarkan yang mengalami kerancuan dan salah-salah hanya Yigit seorang, cieeeee.., hhhuuufftt... Hu uh..hu uh... Hari ini kita akan mulai flashback lagi... Ingin melanjutkan penasaran tentang yang seharusnya ‘ingin disentuh’ dan ‘tak ingin disentuh’, wkwkwkwkwkkk... Maka mari kita membuka lagi episode dua serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia), mengenang kembali tentang perjalanan cinta Yigit dan Nur yang masih serba salah dan rikuh di sana-sini. Perjalanan cinta yang di awalnya terasa begitu cepat, mulus, dan meyakinkan. Terlepas di belakangnya Yigit masih menyimpan satu rahasia besar dari Nur tentang status dirinya yang sebenarnya dan juga pernikahan yang sebelumnya, Yigit akhirnya berhasil menambatkan cintanya kepada Nur dengan satu keyakinan, untuk kali ini adalah yang benar-benar kuinginkan dan selamanya. Oleh karena itu, tak butuh waktu lama untuk Yigit memutuskan bahwa ia harus segera menikahi Nur. Cinta yang saat itu untuk pertama kalinya Yigit rasakan, tak sanggup untuk melawan ketakutan, bahwa ia memang sangat ketakutan untuk kehilangan Nur. Takut seandainya Nur sewaktu-waktu akan meninggalkannya, takut andaikata Nur akan menemukan laki-laki lain selain dirinya dan Yigit tidak akan bisa lagi menemukan yang seindah Nur, takut akan masa depan yang akan kembali suram jika ia tetap bertahan dengan yang di sisinya saat itu. Maka itu, ketika segala ketakutan terakumulasi, sedemikian hingga berubah menjadi keberanian yang terbilang nekad. Hahha... Mungkin karena selama enam tahun pasrah hidup dalam dikte dan tekanan yang begitu menyesakkan, ketika pada saatnya menemukan momentum untuk lepas dari segala yang tidak dikehendaki, semuanya berasa lapang dan ‘halal’ ya, Yigit yaa....

Berasa seperti sudah jodoh saja ketika akhirnya segala yang ditakutkan Yigit diaamiinkan juga oleh Nur. Nur yang awal-awalnya juga takut untuk memercayakan cinta dan perasaannya kepada Yigit, justru berubah jadi penyemangat bagi Yigit untuk memantabkan kisah cintanya, melawan segala keraguan akan cinta yang selama ini tak ada dalam kamus seorang Yigit Kozan, dan bersama-sama berjanji untuk saling memiliki. Nur yang periang dan penuh kasih bagai setitik embun untuk Yigit yang luar biasa kaku dan keras hati. Nur yang penyabar dan pengertian dipandang sepadan untuk mengatasi keras kepala dan penuh kuasanya Yigit. Hhmmm.. Memang kl sudah jodoh, dari segi mana pun  kita melihatnya, bawaannya enak saja. Satu ganteng, satunya jelita. Satunya pemurung, satu lagi ramah dan murah senyum. Yang satu luar biasa pemarah dan kaku, satunya di sana begitu penyabar dan fleksibel. Ya itulah gambaran Yigit dan Nur di awal-awal kisah indah mereka. Penuh kebahagiaan dan harapan. Terlebih untuk Yigit yang hidupnya sebelum bertemu Nur berasa suram dan monoton. Hanya kerja, kerja, dan kerja. Sejenak memalingkan pandangan dari kertas-kertas berisikan kontrak-kontrak perusahaan, Yigit hanya mencurahkannya untuk Mert, anak semata wayangnya dari pernikahannya dengan Iclal. Untuk yang lain-lain, bahkan urusan anggota keluarganya yang diam-diam tak henti untuk menggerogoti dan menusuknya dari belakang, Yigit tak begitu mau ambil pusing. Toh pada akhirnya dia sang pemegang kuasa, terserah mau diakali habis-habisan di belakang, semuanya tak bisa lepas-bebas dari penghakiman Yigit Kozan.

Namun semuanya berubah sejak kehadiran Nur di rumah perkebunan Kozan. Nur yang kembali menghidupkan suasana dan ruang-ruang di hatinya, Nur yang mata hijau indahnya tak habis dikagumi oleh Yigit.. Ahh Iclal bersiap-siaplah makin membeku di pembaringan komamu, wwweew... Bukan salah Yigit juga untuk membuat Iclal makin menderita dengan komanya... Kesalahan Yigit yang mungkin akan terus disesali adalah menerima bujukan sang bibi untuk menikahi anak perempuannya. Anak perempuan yang ternyata tak kunjung menjadi dewasa meskipun dia sudah berhasil memerangkap Yigit dalam sebuah pernikahan yang berjalan buruk. Anak perempuan yang terbukti hanya bisa memberi kerepotan dan kesakitan bagi Yigit meski sudah ada anak hadir di antara mereka berdua. Anak yang harusnya bisa menyelamatkan kebahagiaan orang tuanya, seperti tak bisa apa-apa karena pada dasarnya sang ibu yang tidak menghendaki kehadirannya. Iclal yang tak pernah bisa dewasa dengan cinta dan pernikahannya, berbeda dengan Yigit yang masih bisa mencurahkan segala kasih sayangnya untuk Mert. Bahkan kl Yigit mau, biasa saja dia pergi meninggalkan keduanya, toh mereka berdua hadir bukan dalam kesadaran dan kerelaan atas nama cinta. Tapi anak tetaplah anak, dia tidak minta dilahirkan, tapi ketika dia sudah hadir, dia adalah titipan dari Tuhan yang wajib dijaga dengan keseluruhan jiwa.

Hingga ketika Nur yang memikat Yigit ternyata bisa menyatu juga dengan Mert, hati Yigit semakin tidak mampu untuk menolak kehadiran Nur. Dari hal itu saja Nur sudah bisa membuat garis perbedaan yang kontras dengan Iclal, di mata Yigit. Iclal yang tak pernah dewasa dan Iclal yang tak pernah dicintai Yigit, sungguh jauh sekali dengan Nur yang pengertian, sabar, dan terbuka dengan masa lalu Yigit dan juga keberadaan Mert. Mert yang bukan anaknya, tak menghalangi Nur untuk menyayangi Mert layaknya ibu dan anaknya sendiri. Pun dia tahu Mert masih begitu terobsesi dengan kehadiran ibu kandungnya, Nur terbilang pintar dan fleksibel untuk bisa memposisikan diri di depan Mert. Eeeeeeyyyyaaa... Sang anak makin cocok dengan teman baru jelitanya, begitu juga dengan sang ayah yang tak kuasa untuk menghindar dari pesona teman baru anaknya yang memesona itu. Hahha...

Akhirnya, Yigit memilih untuk segera meresmikan hubungan cintanya dengan Nur lewat pernikahan. Yigit merasa, Nur tak perlu tahu dulu untuk segala sepak-terjangnya membereskan segala persoalan yang membelitnya, yang belum diketahui oleh Nur. Yigit mungkin saat itu hanya berpikir, yang penting dia sudah membereskan segala urusannya dengan Iclal. Jadi entah kapan Iclal akan sadar atau bahkan akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi, Yigit sudah jelas statusnya ketika menikahi Nur kemudian. Yigit tak ingin poligami karena memang yang dia cintai hanya Nur. Yigit juga tak mau terkesan mencampakkan Iclal, tapi lambat-laun keadilan juga mesti diperjuangkan. Yigit yang dari awal pernikahannya dengan Iclal menganggap bahwa ia korban dari kelicikan bibinya, saat itu seperti berasa impas ketika berhasil mengelabuhi bibinya untuk menandatangani surat kuasa cerai di antara tumpukan lembaran surat-surat yang harus ditandatangani oleh Ny Aytul. Satu sama, Ny Aytul... Keponakanmu bukan bermaksud kurang ajar kepadamu... Dia hanya telah tersadar, kl kebahagiaan yang selama ini ia cari, sudah ada di depan mata, pantang untuk dibiarkan pergi dan berlalu begitu saja. Meski terkesan penuh intrik dan tipu muslihat yang bakalannya nanti ribet ke depannya, tapi setidak-tidaknya Yigit sudah berhasil lepas dari satu persoalan. Akan muncul persoalan berikutnya yang lebih pelik dan menyakitkan hati?? Ahh, mana ada hidup lepas dari masalah... No pain, no gain... Life must go on!!!

Surat cerai berhasil ditandatangani, perceraian sudah sah terjadi antara Yigit dan Iclal, saatnya berganti untuk Yigit Kozan menjadi suami bagi Nur Demira. Selamat datang, pengantin baru!!! Selamat datang cinta, kebahagiaan, dan juga masalah-masalah baru. Cintaaaaaa... Bahkan malam itu bungamu belum terpetik dari tangkainya... Bahkan gaun pengantin itu belum sempat terlepas dari tubuh Nur yang semampai... Datang ke rumah perkebunan Kozan dengan wajah penuh ketakutan, meski tangan tergandeng kuat oleh suami di sebelahnya, berasa Nur seperti masuk ke kandang kawanan singa ketika harus menghadapi keluarga besar Yigit yang terkaget-kaget dengan kisah pernikahan mereka. Harusnya ketika Yigit dan Nur memasuki kamar pengantin mereka, Yigit tak lagi keluar sendirian, sampai matahari pagi menjelang, hingga esoknya dia bersama sang istri seharusnya bisa bersama-sama menyapa keluarga. Tapi karena mereka pasangan pengantin yang ‘spesial’, maka Yigit terpaksa meninggalkan Nur sendirian di kamar untuk menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya di hadapan keluarga, dengan janji, “... Percayalah padaku, Nur..semua akan baik-baik saja...”.

Baik-baik saja, kelak perkataan itu akan jadi trauma tersendiri bagi Nur. Karena yang baik-baik saja tersebut ternyata langsung terhapus maknanya lewat bunyi dering telepon di jas pengantin Yigit yang tak sempat terbawa oleh sang suami ketika menuju ruang keluarga. Sekelumit kabar, selautan derita yang kemudian siap menghadang... “... Tuan Yigit, istrimu sadar dari koma...”, berkali-kali ucapan dari seseorang di seberang telepon terdengar di telinga Nur, seketika itu juga air mata membanjir, penuh kesakitan di hati dan juga tanda tanya. Segera Nur berlari menyusul sang suami yang tengah kalut dan emosi meyakinkan tentang cinta dan pernikahan mereka, di depan anggota Keluarga Kozan. Yigit seolah-olah rasanya seperti terkena gempuran meriam, ketika mendapati Nur menyerahkan telpon genggamnya yang mengabarkan kl Iclal telah sadar dari koma. Ya Tuhannnnn...

Persoalannya bukan lagi Yigit yang telah resmi menceraikan Iclal tanpa sepengetahuan Nur, tapi seketika menjadi bertumpuk-tumpuk konflik karena yang seharusnya Yigit punya waktu untuk menjelaskan pelan-pelan kondisi sebenarnya kepada Nur, mendadak malahan sekarang ia layaknya pembual bodoh yang tak bertanggung jawab dengan istri yang baru dinikahinya. Ingin rasanya Nur berteriak sambil mencakar-cakar Yigit malam itu, tapi bahkan itu pun tak sempat dilakukannya karena Yigit diminta untuk lekas datang ke rumah sakit menengok Iclal yang sudah sadar dari koma tiga tahunnya. Bukan hanya bulan madu rupanya yang tinggal impian, bahkan untuk marah meluapkan sakit hatinya, Nur seperti tidak beroleh kesempatan.

Yigit yang malam itu harusnya hanya bersiap untuk kehadiran istri barunya, malah dihadapkan dengan kenyataan kl dia harus menyapa dan bertemu lagi dengan perempuan yang paling dibencinya. Dan lihatlah Yigit ketika akhirnya bertemu dan mendapati Iclal yang telah membuka kembali matanya setelah selama tiga tahun koma... Yigit tampak tertegun bingung, seperti halnya baru melihat orang asing di hadapannya... Hanya “Iclal” yang sanggup ia lontarkan dari mulutnya ketika Iclal menyapa di antara kondisi lemas dan tak berdayanya, sambil ingin meraih tangan Yigit yang saat itu sudah memakai cincin pernikahannya yang baru. Duh, Yigit... Andai dia harus memilih, tangan itu harusnya hanya Nur saja yang boleh meraih dan menggenggam erat. Bukan Iclal!!! Bukan saja genggaman tangan yang tak diharapkan, bahkan ketika Yigit melihat Iclal, tak habisnya laki-laki itu masih dalam keadaan antara syok, bingung, dan linglung. Kenapa kau pintar sekali memilih waktu sadarmu, Iclal?!! Hadddeh...

 
Yang tak ingin disentuh, beranjak menyentuh, yang begitu ingin disentuh, seketika mulai menjauh dan tak sudi untuk disentuh lagi. Itulah gambaran pagi di kamar pengantin Yigit dan Nur. Semalaman di rumah sakit, Yigit tak sabar untuk segera kembali ke rumah, menemui mempelainya yang bahkan belum sempat  menanggalkan gaun pengantinnya. Ingin segera berbicara, meluruskan segala kesalahpahaman, membuka semua tabir rahasia, ahh tapi sang istri terlihat masih tertidur cantik di kursi panjang. Yigit tak putus untuk mengagumi Nur di antara wajah penuh gurat penyesalan, sambil terus membelai rambut sang istri dengan sorot mata yang penuh rindu dan juga merasa bersalah. Sejenak kemudian sang istri mulai terbangun dari tidurnya, sesaat itu juga yang ditakutkan Yigit terjadi juga. Yang begitu ingin disentuh setengah mati, mulai detik itu akhirnya justru begitu sulit dijangkau. Cincin berlain tanda cinta dari sang suami pun akhirnya harus terbuang juga. Sampai kau akan menjelaskan yang sejelas-jelasnya, Yigit... Sampai Nur akhirnya bisa menerima alasan kebohonganmu dan menjadi pengertiannya. Teruslah berjuang dan menggapai selama ada cinta di hati yang terus terpelihara. Meski saat itu masih terbelenggu, tapi aura cinta takkan tertutup oleh apapun juga. Have a nice Wednesday, AVers... Salam hangat.


Categories:

0 comments:

Posting Komentar