Andai Nur bisa mengamuk, justru dia yang lebih berhak untuk mengamuk serta agresif daripada Iclal yang kala itu berasa sangat ‘kedodoran’ segala-galanya. Iclal yang tak tahu apa-apa dan Iclal yang baru sadar dari koma panjangnya, tapi alih-alih merasa kasihan karena melihat Iclal yang masih setengah ‘hangover’ dengan segala ingatannya, lama-lama berasa gedhegggg juga. Gedhegggg karena melihat perempuan ini ternyata hanya terobsesi cinta kepada mantan suaminya. Hidup Iclal seolah-olah tiada lain dan tiada bukan, hanya berisikan memuja Yigit Kozan. Hidupnya akhirnya terpaksa ‘terantuk’ koma yang ironis dan nyaris tragis pun kurang lebih karena begitu kanak-kanaknya Iclal menyikapi cinta yang sedang dihadapinya. Cinta yang seharusnya tidak mengekang, cinta yang harusnya merelakan yang dicintai bahagia, berubah jadi cinta yang terkesan obsesif-impulsif-manipulatif dan saling menyakiti satu sama lain. Pokoknya kl cinta ya harus dimiliki, tak peduli yang dicinta tak menanggapi dan terpaksa mengorbankan diri demi cinta yang tak dikehendaki. Yang terpenting saya cinta dan kamu juga harus demikian pula adanya. Hahha, heyloooo... Hingga akhirnya Iclal seperti menjadi korban dari kisah cintanya sendiri, kini ada perempuan lain yang terpaksa dikondisikan menjadi orang ketiga yang serba dihina dan ditepikan di antara Yigit dan Iclal. Padahal jika mau sedikit merenung, kehadiran Nur justru seharusnya bisa menyadarkan dan mengajarkan kepada Iclal tentang cinta yang sebenarnya itu seperti apa dan bagaimana implementasinya. Cinta yang benar-benar fokus bahwa ia hanya ingin melihat yang dicintai bahagia, pun perasaannya sendiri seringkali terinjak dan terabaikan. Tapi itulah cinta, sesakit apa juga yang sedang dijalani, selama di hati sudah nyaman saling memiliki, itulah kekuatan yang tak bisa disangkal oleh apapun dan siapapun.
So, ketika akhirnya Iclal yang mengamuk saat Nur memergoki suaminya sedang dicumbu mesra oleh mantan istrinya, seperti halnya jadi suatu cerita terbalik-balik yang sungguh konyol dan menggelikan. Harusnya sebelum Iclal yang berteriak-teriak marah kepada Nur karena telah secara tidak sengaja mengintip adegan ‘intim palsu’ bersama Yigit, Nur bisa saja bertindak lebih dahulu dengan menyeret paksa Yigit keluar dari ruang mandi sauna dan menjauhkannya dari Iclal. Tapi apa yang terjadi kemudian, meskipun hatinya luar biasa sakit, Nur berusaha tetap menahan diri, berusaha mengendalikan diri, alih-alih ikut dalam kemarahan. Hanya memang, mata yang indah itu tidak bisa menyembunyikan kekecewaan sekaligus kebencian kepada sang suami yang lagi-lagi hanya bisa terdiam bingung di antara sikon yang tengah terjadi. Ahh, Iclal yang malang... Kau yang merasa paling berhak terganggu, justru yang sedang kau bentak-bentak sebelumnya adalah dia yang paling berhak merasa terganggu atas ulahmu yang tidak seharusnya sebelumnya. Yigit yang sudah terlanjur tercuci otaknya dengan konsep perikemanusiaan konyol, selalu tampak payah dan lemah jika sudah urusannya dengan Iclal. Inilah yang akhirnya selalu dimanfaatkan oleh Ny Aytul untuk menghancurkan rumah tangga keponakannya tersebut dengan istrinya, agar kelak posisi anak perempuannya sebagai Ny Yigit Kozan bisa kembali dalam genggaman. Tapi apa mau dikata, cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan oleh Yigit datangnya justru dari Nur, bukan Iclal sang kebanggaan Ny Aytul.
Cinta yang ditunggu-tunggu dan dibutuhkan, meski ketika yang ditunggu dan dibutuhkan sudah sedemikian merasuki jiwa dan raga, akan tetapi dalam kenyataannya justru Yigit sendiri yang sering melukai dan mengorbankan sang cinta. Berulang kali Nur menahan sakit, berkali-kali juga air mata mesti harus berurai atas nama benci karena cinta yang terlalu besar kepada suami. Suami yang makin kesini makin menjadi pengertiannya, kl memang dia sudah ditakdirkan untuk mendampingi Yigit Kozan. Namun demikian, pengertian juga bukan jaminan untuk selalau mulus dalam setiap langkah dan keputusan. Pengertian dan kesabaran yang senantiasa harus diurai lagi maknanya ketika melihat sang suami masih harus memerhatikan sang mantan istri. Bukan perhatian yang ala kadarnya, melainkan sebuah perhatian yang menguras emosi jiwa. Tetapi kenapa selalu Iclal yang seolah-olah diizinkan untuk berteriak-teriak marah?? Kenapa tidak ada yang peduli denganku yang selalu diam, tapi memendam?? Yach, Nur... Kesabaranmu itulah salah satu yang memikat dan menjerat suamimu untuk tak bisa jauh-jauh darimu. Meski akhirnya terkesan ‘satu pondok dua cinta’, tapi Yigit bisa apa kl tanpa ada kau di sisinya, Nurrrr... Seribu kali Yigit ingin melarikan diri dari rumah megah perkebunan Kozan dengan membawa dirimu dan Mert bersamanya, seratus ribu kali juga Iclal dan Ny Aytul akan menghalangi kalian untuk mengarungi hidup bersama-sama.
Berdandan cantik untuk bersiap berkencan dengan sang sang belahan hati. Terlihat ragu dan penuh tanda tanya, akhirnya keyakinan juga yang memutuskan untuk melangkah memenuhi janji. Hanya satu jam, Nur... Di antara kesibukan yang padat dan menyita waktu, Yigit hanya ingin kembali melihat Nur tersenyum dan selalu yakin akan cinta dan kehadirannya. Sejenak Yigit ingin menjauhkanmu dari Iclal atau Ny Aytul agar paling tidak kau bisa tersenyum dan merasa bebas dengan cinta yang kau miliki, Nur.. Begitu juga keinginan Yigit yang sebenarnya, maunya yang satu jam itu kelak bisa jadi 24 jam untuk senantiasa bersama-sama dengan istrinya tanpa bayang-bayang ketakutan dan was-was. Siapa juga yang menginginkan pernikahan yang sebenarnya sah dan resmi, tapi justru terlihat sembunyi-sembunyi dan tak berarti... Inginnya semua berjalan apa adanya, bahagia selamanya, tidak ada lagi rasa bersalah dan ketakutan yang menggelayut di hati.
Ahh...kerinduan akan senyuman sebagai salah satu legitimasi kebahagiaan... Momen yang dijanjikan Yigit untuk istrinya, demi melihat istrinya kembali bersemangat dan merasa memilikinya, laki-laki yang terkenal kaku dan pendiam itu, ternyata bisa juga mengusahakannya, hahahaaa... Pantai penuh kenangan, saksi bisu untuk cinta kilat mereka, berhasil diabadikan Yigit sebagai tempat untuk kembali mengingat akan janji sehidup-semati mereka berdua. Pun istri akhirnya menginginkan sebaliknya untuk salah satu kenangan sebaiknya dihancurkan, Yigit tak kurang akal untuk tetap mengusahakan agar senyuman istrinya tetap bisa merekah di antara hati yang belum sebelumnya sembuh dari luka dan kekecewaan yang sebelumnya.
Senyum yang justru akhirnya muncul di tengah konyolnya sebuah momen romantis. Saking tak mau harga dirinya semakin digampangkan sang suami, bahkan ketika Yigit mendekatkan wajahnya, bermaksud untuk mendaratkan sebuah ciuman di bibir istrinya, seketika itu juga Nur berujar, “keterlaluan!!!”. Wkwkwkwkkk... Yigit yang semula protes keheranan, justru akhirnya malah tidak bisa menahan senyum geli... Ya sudah, istriku... Aku juga sabarrr menunggumu!!!”. Hahha... Bahkan hanya untuk sebuah ciuman, pasutri ini seperti masih susah untuk mendapatkan momen dan bentuknya, hahahaaa... Eeeeeiiittsss, tapi tunggu dulu... Gagal berciuman, bukan berati gagal semuanya... Kan Yigit hari itu intinya hanya ingin membahagiakan istrinya, menentramkan hatinya, membuatnya bisa tersenyum kembali kepadanya... Nah itu, Nur sudah kembali bisa mengekspresikan senyumnya, Yigit... Senyum yang benar-benar tulus dan membahagiakan, tanpa ragu-ragu dan bebas...
Bahkan kebahagiaan itu makin terasa sempurna ketika seharian itu Yigit dan Nur berhasil menggenapkan tawa kebahagiaan mereka. Yang di pantai tadi hanya cerita sebagiannya, yang justru paling mengsyikkan adalah ketika momen melihat Yigit dan Nur saling tak bisa menahan senyum dan tawa mereka ketika di dalam mobil menuju perjalanan pulang. Bahkan di antara menyetirnya, Yigit tak putus untuk terus menggoda istrinya lewat lirikan-lirikan sekilas yang luar biasa ‘bukan Yigit yang biasanya’, hahahaaa... Eeealllah, senyumnya Yigit Kozan kali itu... Bukan lagi senyum yang tipis yang luar biasa memikat, tapi berganti senyuman manis yang luar biasa menawan, cieeeeee... Senyum yang kadang ditutupi tangan yang sekilas memerlihatkan cincin pernikahan di jari manis sebelah kiri. Wah..wah... Kompaknya kebahagiaan hari itu... Kl sudah seperti ini, rasanya baru terlihat benar-benar sebagai pasangan suami-istri yang sebenarnya. Menikmati, serasi, dan bahagia. No offense!!! Yuhuuuu... Ketika saatnya tiba untuk mengakhiri kencan hari itu, rasanya dua sejoli itu juga seperti tak ingin lekas-lekas berpisah dan kembali ‘bermain drama’ sehari-hari. Pokoknya satu jam atau seharian itu Yigit Kozan berasa ingin menggoda dan memuaskan hati sang istri. Ingin rasanya senyuman Nur itu dilihatnya setiap hari, agar kelak bisa setiap saat membahagiakan Nur dan juga dirinya. Terus berusaha dan jangan sampai hilang harapan. InsyaAlloh Tuhan selalu menunjukkan jalan. Aamiin. Happy Monday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar