Nasib kl pernikahan dirahasiakan, bahkan ketika harus menjalani ‘akting’ dalam keseharian, berasa tak jauh beda dengan aktor-aktris kelas Oscar ketika mereka melakukan pekerjaannya... Kelihatannya saja tidak ada apa-apa, padahal di baliknya ada apa-apanya yang mesti harus disimpan dan ditutup rapat-rapat. Nasib juga yang akhirnya justru membawa kepada sebuah resiko-resiko yang cukup riskan untuk kemudian silih-berganti harus dihadapi oleh Yigit dan Nur sebagai suami-istri sembunyi-sembunyi. Serasa ingin menjerit dan berteriak juga kl yang seharusnya Yigit bisa dengan bangga mengakui bahwa yang tercantik, yang sekarang sudah dikontrak mati sebagai istri, justru terpaksa jadi diam dan membisu karena sesuai ‘perjanjian perikemanusiaan konyol’, yang sekarang sah menjadi istri harus`menunggu giliran untuk sampai pada akhirnya diakui secara terang-terangan. Begitu juga dengan yang dialami Nur, dari mulai membiasakan diri dengan kemesraan-kemesraan sang suami dengan mantan istrinya, sampai kemudian sang bibi yang akhirnya tiba waktunya untuk menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki, semuanya berasa ironis. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan apa yang dilakukan Hafize untuk Nur ketika akhirnya kemudian hadir Haidar dalam usaha perjodohannya dengan Nur, toh memang Hafize tidak tahu dengan status Nur sekarang. Yang salah lagi-lagi adalah perikemanusiaan konyolnya, yang membuat seolah-olah Yigit dan Nur berada dalam sikon stagnan yang yang menyakitkan.
Ketika pada akhirnya Nur dikira sebagai keponakan yang pembangkang, tidak mau menuruti apa kata sang bibi karena menolak perjodohan yang sudah diatur sang bibi dengan temannya, Nur hanya bisa pasrah sembari terus berpikir bagaimana caranya menghindar dari perjodohan yang tak dikehendakinya tersebut. Belum lagi harus menghadapi kemarahan dan ketidaksabaran Yigit karena cemburu istrinya akan diambil istri oleh laki-laki lain (sumpahhh, meski berulang kali mesti menulis review tentang Yigit yang sewot karena Nur yang dilamar oleh laki-laki lain, rasanya selalu ingin tertawa..tak ada bosannya melihat sikon yang cukup menggelikan ini, wkwkwkwkkk), Nur rasanya seperti ingin segera mengiyakan permintaan suaminya saja, supaya pernikahan mereka segera diberitahukan kepada Keluarga Tayyar. Ya suami mana yang tidak kebat-kebit plus kebakaran jenggot melihat istrinya malah ingin diperistri laki-laki lain, wkwkwkwkwkkk... Lakon macam apa coba yang ingin dimainkan oleh Yigit dan Nur??! Kl tidak gara-gara Iclal yang malang, tapi tak tahu diri, bahkan mungkin Yigit sudah lari dari jauh-jauh hari dengan membawa Nur dan Mert, demi mereka tidak harus berpura-pura lagi dengan kebahagiaan yang dimiliki... Dasarrr..dasarrr...
Tapi rupanya, ‘sandiwara’ yang dimainkan masih harus berpanjang cerita dan melebar kesana-kemari. Resiko yang harus dihadapi juga menjadi semakin beragam dengan tingkat antisipasi yang harus dua kali lebih cerdik dan ‘licin’ untuk berkelit menyembunyikan rahasia di baliknya. Sungguh makin bingung jadinya ketika selain menghadapi penolakan dari Nur tentang perjodohan dengan Haidar, ternyata Hafize harus dibuat pusing juga dengan turut-campurnya Yigit secara tiba-tiba dalam urusan Haidar, wkwkwkwkwkkk... Majikan sie majikan, tapi ya apa iya majikan mesti harus mengurusi calon laki-laki dari keponakannya, mungkin itu juga yang ada di pikiran Hafize saat melihat Yigit yang lancang menghalangi Haidar untuk mendekati Nur. Bahkan Hafize justru seperti harus`menerima malu ketika ibu Haidar menelponnya dan mengadu soal Yigit yang sudah berusaha untuk mengintimidasi anaknya dalam kaitannya dengan perjodohannya dengan Nur.... Hahahaaa, sumpahhhh... Momen ini juga selalu sukses bikin ketawa geliiii!!! Yigit oh Yigit, coba kl pernikahanmu dengan Nur tidak dirahasiakan, bbbeehhh..siapa juga yang akan berani melamar istrinya Yigit Kozan... Jangankan melamar, bahkan hanya untuk memandang dan mengagumi istrinya Yigit Kozan, lalat dan lebah pun akan diamuk mati-matian oleh bos Kozan Otomotive tersebut, wkwkwkwkkk...
Benar-benar saat itu menjadi sangat tidak karuan bagi Hafize karena melihat sang majikan ternyata begitu rupa mencampuri ‘urusan dalam negeri’ keluarganya. Dan akhirnya, justru Nur yang jadi arena keleluasaan bagi bibinya untuk menumpahkan kemarahan, kekesalan, dan kecurigaan. Nur yang tak tahu apa-apa tentang suaminya yang nekad mendatangi Haidar dan bermaksud membuat perhitungan, menjadi gugup sekaligus gelagapan ketika menghadapi pertanyaan penuh curiga dan kemarahan dari Hafize. “Ada apa, Nur antara kau dan Tuan Yigit?”... Maunya Nur tentu saja membongkar yang sebenarnya, tapi apa yang akan ditanggung Nur selanjutnya jika karena keterusterangannya justru berimbas pada peristiwa-peristiwa buruk yang lainnya?? Bahkan ketika pembicaraannya dengan sang bibi hampir diketahui oleh Iclal dan Ny Aytul saja, Nur rasanya sudah panas-dingin. Maka seperti biasa, setelah Nur yang tak henti dipojokkan oleh sang bibi, gantian dia yang akan mengutuki suaminya sendiri, hahha.. Ahh, Yigit yang sudah tidak sabar dengan sikon yang dihadapinya... Dia hanya ingin melindungi miliknya yang paling berharga, Nurrrr... Miliknya yang satu-satunya, yang kl perlu akan ia ganti dengan darah dan nyawanya, hhhufftt...
Maka malam itu, mau tidak mau Nur harus bertemu dengan Yigit. Sekadar ingin tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan suaminya tanpa sepengetahuannya, bagaimana tentang mereka berdua menyikapi persoalan Haidar, dan juga masa depan pernikahan mereka. Ahh, Nur... Tahu saja ketika dia akan bertemu dan berduaan dengan suaminya... Cantik sekali Nur malam itu ketika dia dengan sabarnya menunggui kepulangan suami, sambil duduk di pagar pinggir danau rumah perkebunan rumah Kozan. Berjaket pink, rambut tergerai yang ditutupi sebagian dengan topi untuk menahan dingin, bersepatu boots tinggi selutut, di antara legging berwarna khaki yang membalut kaki jenjangnya, Nur jadi terlihat semakin memesona begitu lampu mobil sang suami mengenai sosoknya yang duduk sendirian malam itu di tepi danau. Yigit yang tentu saja terkejut dengan keberadaan istrinya malam itu, langsung beranjak keluar dari mobil dan mendekati sang istri. Sampai ketika harus berbicara saja, pasutri ini mesti harus pintar-pintar memilih venue ya, hahha... Ya biar tidak ada yang merecoki, alih-alih menginginkan untuk romantis berdua, hahha... Boro-boro mikir romantis ya, Nur... Masalah labrak Haidar lebih dari sekadar penting kl dibandingkan urusan romantisan, wwweew... Ech, tapi-tapi... Meski dalam pikiran Nur dan Yigit jauh dari kata romantis, teteup..bagi kita yang melihat mereka berdua, tampak semakin berchemistry salah satunya justru di saat-saat seperti itu yaaa??!..saat-saat kepepet, wkwkwkwkkk...
Berdua saling berdekatan dan memandang, Nur akhirnya yang pertama mengutarakan kekesalan kepada suaminya. Yigit yang baru mendengar sekilas kemarahan Nur sudah bisa menebak apa dan siapa yang dimaksudkan oleh istrimya. Yup, Haidar. Yigit yang tampaknya lebih memilih untuk segera saja pernikahannya denagn Nur tidak lagi menjadi rahasia sebagai solusi agar masalah Haidar cepat teratasi, akhirnya sedikit demi sedikit bisa mengerti kekhawatiran dan ketakutan Nur. Lebih dari masalah Haidar, Nur pun harus memikirkan dampak pernikahan mereka jika seandainya sudah diketahui secara terang oleh semuanya, tanpa terkecuali. Masalah Iclal dan juga demi melindungi Yigit sendiri, untuk akhirnya Nur dapat berpikir kl akan lebih bijak jika mereka berdua menunda dulu tentang berita pernikahan yang sebenarnya. Meskipun memang seringkali menyakitkan, tapi Nur merasa ada baiknya tentang pernikahannya dengan Yigit lebih baik disimpan rapat-rapat terlebih dahulu sampai semuanya memungkinkan untuk diungkap. Duh, Nur.... Andai Iclal juga bisa mengerti dan dikasih hati... Jika memang kau belum siap untuk Yigit membuka segalanya, bersiap-siaplah untuk kesabaran dan pengertian yang lebih luas lagi... Sabar dan pengertian yang seringkali juga berasa kebablasan karena ujung-ujungnya malah membuat dirimu seperti selalu rikuh dengan suamimu sendiri.
Merasa rikuh bahkan di saat suami sendiri ingin menggenggam dan menggandeng tangannya. Ya ellahh, Nurrr... Entah karena rikuh atau takut ketahuan yang akut, melihat Nur yang seperti itu Yigit pun akhirnya juga sedikit protes dengan Nur... Suamimu hanya ingin menunjukkan peran dan fungsinya, Nur... Meski hanya sekejapan, meski hanya selintasan... Menggandeng erat tanganmu, membukakan pintu mobil untukmu, mendampingimu di dalam mobil sambil sesekali membelai lembut pipimu, meski hanya sebentar, paling tidak itu sudah cukup melegakan bagi Yigit... Selalu suka melihat sorot mata Yigit ketika memandang Nur... Sorot mata yang tiba-tiba terasa redup, penuh kasih, dan perlindungan. Sorot mata yang hanya terlihat dan terbaca ketika Nur ada di hadapannya. Sekalipun kekhawatiran tentang Haidar belum sepenuhnya lenyap dari pikiran, akan tetapi pertemuan dan pembicaraan yang singkat di tepi danau malam itu, setidak-tidaknya dapat menjadi obat dan pemanjang nafas sekaligus harapan untuk kembali survive nya rumah tangga Yigit dan Nur. Berdua saling sakit hati, berdua juga akhirnya yang harus saling mengobati. Have a sweet Tuesday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar