Senin lagiiiii, AVers... Halo, awal pekan... Tetap semangat ya smuanyaaa... Kembali lagi deh remahannya... Flashback nya masih akan berkutat di episode satu dan tujuh serial drama Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia) yaaa... Mau curhat tentang kakak-beradik Cahit dan Yigit Kozan neh... Kakak-beradik yang mungkin hanya ‘label’nya, tapi tentang persona dan kharisma, sang kakak sepertinya harus kalah segala-galanya dari sang adik kebanggaannya. Saya tidak akan bercerita tentang persaingan di antara dua kakak-beradik tersebut, karena memang pada dasarnya tidak ada persaingan atau juga permusuhan yang berarti di antara keduanya. Saya hanya akan bercerita bagaimana sebenarnya mereka saling menempatkan posisinya, menyikapi segala ketimpangan eksistensi, bersimpati dan berempati dengan konflik yang sedang saling dihadapi, membangun kepercayaan dan tetap solid di antara lingkungan yang tidak mendukung, dan saling mendukung serta pengertian sebagai saudara sekandung. Yigit di antara watak keras dan kakunya, selalu punya cara tersendiri untuk dia menghormati dan menyayangi kakaknya. Boleh saja Yigit luar biasa membenci Nazan, istri Cahit, tapi untuk kakaknya sendiri, Yigit tidak pernah sedikit pun ingin meremehkan dan menyepelekan Cahit, pun Yigit dianggap yang paling berkuasa di rumah perkebunan Kozan dan juga Kozan Manufacturing. Pendek cakap, dua bersaudara itu tetap berada dalam kondisi yang stabil, meskipun seperti ada yang tidak biasa bagi awam yang melihatnya. Awam yang melihat, harusnya kakak yang memegang peranan lebih penting, mengayomi, dan berpengaruh besar untuk adik-adiknya, tapi tidak untuk Cahit. Cahit sepertinya malah ada di bawah kendali dan bayang-bayang Yigit. Cahit yang canggung, rendah diri, tapi sebenarnya nalurinya sebagai seorang kakak yang ingin melindungi adik-adiknya masih senantiasa hadir. Kakak yang terbiasa mengalah dan pengertian dengan adik-adiknya. Kakak yang senantiasa teduh dan mendengarkan, setidak-tidaknya itu masih bisa ditemukan Yigit pada diri Cahit. Seperti halnya yang terjadi episode satu ketika itu. Yigit yang sedang kebingungan serta emosional karena Mert mendadak hilang dari kamarnya, tanpa sengaja justru berlaku kasar kepada Cahit, dengan mendorong kakaknya tersebut sampai jatuh terduduk ke tanah. Padahal Cahit saat itu justru berniat untuk menenangkan Yigit, tapi ya sudahlah toh yang di dekatnya adalah seorang ayah yang sedang merasa khawatir dan panik karena anak yang disayanginya mendadak menghilang. Cahit sudah sangat hapal dengan watak dan tabiat Yigit yang keras dan pemarah. Selepas kejadian tidak mengenakkan malam itu dan Mert sudah ketemu, bukan berarti Yigit melupakan kekasarannya kepada kakaknya. Di kantor keesokan paginya, Yigit meluangkan waktu untuk meminta maaf secara khusus kepada Cahit dan mengajak sang kakak untuk pergi makan malam berdua, sambil bersantai, agar bisa saling berbicara layaknya seperti kakak dengan adiknya, yang belakangan karena kesibukan dan berbagai permasalahan yang terjadi, keduanya menjadi sedikit menjauh. Duh, dua bersaudara ini... Sebenarnya mereka adalah pribadi-pribadi yang sensitif, saling pengertian, dan mendukung satu sama lain. Tidak ada iri atau dengki yang sifatnya merusak di antara mereka berdua. Yang ada justru penyesalan Cahit, karena sebagai seorang kakak dia tidak berdaya apa-apa untuk adiknya. Bahkan ketika Yigit harus menikah dengan perempuan yang tidak dicintainya karena desakan dari sang bibi, Cahit lagi-lagi lebih menyalahkan dirinya sendiri untuk kesengsaraan yang harus dirasakan oleh adiknya tersebut. Cahit merasa, andai ia bisa menjadi kakak yang cukup kuat dan bisa diandalkan, pastilah Yigit bisa terhindar dari pernikahan yang tidak pernah dikehendakinya. Pun demikian halnya ketika peristiwa Yigit terpaksa mengusir Cahit dari rumah perkebunan Kozan, karena ketahuan menyimpan rahasia kebusukan Nazan dan Ny Aytul untuk mencelakakan Nur, Yigit melakukan itu semua justru karena merasa kecewa bahwa kakak yang paling dipercayainya justru menyembunyikan sesuatu yang menyakitkan. Pada akhirnya mereka bisa berbaikan lagi, kembali saling berbicara dan mengutarakan segala yang mengganjal, yang kemudian ditegaskan dengan saling berpelukan. Yigit selalu mengatakan pada Cahit, bahwa sampai kapanpun ia akan tetap menghormati dan menyayangi Cahit sebagai kakaknya. Yigit juga mengatakan, bahwa ia tetap membutuhkan dukungan Cahit, di antara sekeliling yang tiada henti untuk memojokkan hubungannya dengan sang istri. Sedih rasanya ketika Yigit bercerita kepada Cahit tentang ulah main kucing-kucingannya dengan sang istri, terpaksa harus selalu berpura-pura, serta waspada dengan bibinya, ketika ingin bermesraan dengan istrinya sendiri. Ya Tuhan, Cahit... Bahkan adikmu tidak ada waktu untuk menyakitimu... Dia justru selau membutuhkanmu untuk sekadar berbagi cerita ironisnya tentang sikon hubungan rumah-tangganya bersama sang istri. Adikmu sekarang benar-benar sudah ketemu cinta dan jodohnya, Cahit... Dia tak lagi hanya menganggap kl cinta hanya ada dalam film-film romantis saja... So, Cahit... Bersikaplah sebagaimana seorang kakak kepada adiknya... Kl di beberapa edisi review terdahulu saya sering mengulas Cahit dengan pernyataan, plizzz.., jangan jadi beban untuk adikmu, ya kurang lebih samalah dengan yang saya maksudkan sekarang. Akan tetapi, jika itu sudah menyangkut masalah hubungan terlarang antara Cahit dan Elmas, apa iya itu tidak akan jadi beban bagi seorang Yigit Kozan?? Nazan belum habis dicerca, kini ada Elmas yang terpaksa harus dihadapi Yigit sebagai WIL dalam kehidupan pernikahan kakaknya. Kenapa dari Nazan, larinya kemudian malah ke Elmas ya, Cahit?? Duh, kakak-beradik Kozan ini yaaa... Benar-benar tidak beruntung kl sudah urusannya cinta. Sama-sama urusannya dengan perempuan-perempuan yang tak sesuai dengan harapan. Bahkan ketika Yigit sudah bertemu dengan perempuan yang dicintainya, tetap saja ‘yang lalu’ masih bikin ribet mulu. Giliran Cahit, niat ingin mangkir dari Nazan, ech, malah parkir barunya di tempat Elmas. Ya Tuhan, beri kakak-beradik Kozan tersebut kesabaran... Masih bakal panjang ujian untuk solidnya kakak-beradik Kozan ini. Yang jelas, yang bisa diambil sebagai pelajaran sekaligus hikmah dari Cahit dan Yigit kozan ini adalah persaudaraan yang tetap terjaga, saling bisa menempatkan posisi dan harga diri, tanpa salah satu harus merasa paling dan paling. Bagaimanapun, saudara tetaplah saudara, uang dan kedudukan itu hanya bagian dari kisah tentang darah dan cinta itu sendiri. Karena darah dan cinta yang selalu mengingatkan pada kita, bahwa apapun sikonnya, tetap hal tersebut yang paling berharga. Have a lucky Monday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar