\

Kamis, 25 Februari 2016

Posted by Unknown on 18.39.00 No comments
Yuhuuuuu... Edisi ‘Kamis Romantis’, AVers... 






Setelah remahan edisi yang kemarin membahas yang kelabu-kelabu, pun deretan gambar yang tersaji serba tidak mengenakkan hati, sekarang giliran yang romantis-romantis kembali saya hadirkan di edisi remahan hari ini. Dijamin, deretan potongan gambar scene nya bakalan bikin makin baperrr, teringat yang lalu-lalu, tentang manis dan indahnya Yigit dan Nur. Hehhe..  Flashback nya akan saya bawa menuju ke episode delapan dan sembilan serial drama  Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Ini cerita sesudah Nur dan Yigit kencan siang-siang, selama satu jam di pinggir pantai itu, AVers... Kencan singkat yang benar-benar manis dan berkualitas, sehabis ‘kisruh jacuzi’, hehhe... Meski sesampai di rumah Nur sempat bersitegang dengan Iclal karena Iclal kedapatan mengacak-acak kamar Nur akibat penasaran dengan buku harian milik Nur, tapi tetap itu tidak bisa merusak suasana hati Yigit dan Nur setelahnya. Tetap bahagia dan terlihat makin kompak. Namun yang jadi puncak kebahagiaannya justru harus diawali dengan sebuah insiden buruk ketika malam menjelang. Yigit dan Cahit yang tengah berada di ruangan kerja, mendapat telpon dari anak buahnya yang mengabarkan bahwa di pertambangan yang menjadi salah satu unit usaha Kozan Manufacturing sedang terjadi kisruh sabotase, hingga sampai menelan korban jiwa dan luka-luka, termasuk Tayyar yang sudah beberapa waktu diusir Yigit dari rumah perkebunan Kozan. Yigit yang panik langsung pergi ke lokasi kejadian, diikuti dengan Cahit. Nur pun ikut-ikutan panik dan khawatir melihat suaminya terlihat tergesa-gesa dan sangat kacau. Lebih-lebih ketika diberitahu oleh Cahit kenapa Yigit sampai sepanik itu, tambah Nur makin kalut memikirkannya. Cieeeeee.., Nur... Yang sudah mulai terketuk hatinya usai kencan kilat, yang mulai menggantungkan harapan dan cinta kepada sang suami tercinta... Yang nolak dicium, tapi cinta setengah mati... Was-was juga kan dengan sang suami yang sedang menghadapi masalah di pekerjaannnya... Yigittttt, harusnya kau melihat kekhawatiran istrimu... Betul omongan Cahit... Jangan terlalu emosional menghadapi kisruh sabotase di pertambanganmu, jangan buru-buru main hakim sendiri dan balas dendam seperti biasanya kepada musuh-musuh bisnismu... Serahkan semua kepada pihak yang berwenang... Sukaaaa banget scene ketika Cahit menasehati Yigit tentang seharusnya sekarang lebih bijak lagi dengan segala tindak-tanduknya. Sekarang bukan saatnya lagi ketika lawan bisnis berulah, lanjut membuat perhitungan tanpa dipikir masak-masak. Sekarang saatnya Yigit memikirkan bahwa dia sudah ada istri dan anak yang sangat dicintainya. Istri dan anak yang tentu akan sangat menggantungkan hidup dan harapannya kepadanya, karena itu Yigit tidak boleh egois lagi hanya memikirkan dirinya-sendiri. Ahh, Cahit... Terima kasih untuk nasehatmu itu, karena setidak-tidaknya ada seseorang yang senantiasa mengingatkan tentang cinta dan harapan kepada adikmu yang terkesan angkuh dan kaku tersebut. Dan nyatanya, memang kehadiran adikmu sedang sangat dinantikan oleh istrinya di rumah. Cemas menunggu, was-was, itulah gambaran Nur malam itu ketika mondar-mandir di halaman, menanti kepulangan suaminya dari tempat kejadian. Bahkan ketika sorot lampu mobil Yigit masih tampak dari kejauhan, Nur langsung bergegas berlari  menuju ke halaman samping rumah perkebunan Kozan. Yigit yang masih setengah syok sepulang dari tempat terjadinya musibah, jadi tambah bingung dan kaget, ketika tiba-tiba Nur langsung berlari menghambur kepadanya, kemudian lanjut memeluknya erat. Eeeyyaaa... Bingung, kaget, atau bahagia nie Yigit?? Hahha... Siangnya saja mo dicium malah nolak, ech malamnya malah main peluk suami saja nie istri satu, yuhuuuuu... Rupanya, butuh sesuatu yang menegangkan dulu ya, Nur untuk menyadari bahwa kau sebenarnya sudah terlalu jatuh cinta dan takut kehilangan suamimu... Hhmmm... Kl tangan Tuhan sudah mulai turut menengahi, pada akhirnya selalu ada hikmah yang sangat berharga di baliknya. “Aku mencintaimu, Yigit... Demi Tuhan.. Aku sangat mencintaimu”. Bahkan ciuman di bibir yang ditunggu sejak hari pertama terikat janji suci sebagai pasutri, akhirnya baru bisa terrealisasi setelah pengakuanmu cintamu di hadapan suami. Ciuman yang perlahan-lahan, terkesan bibir yang bertemu masih berusaha untuk saling mengenal dan memahami, tapi berujung manis dan menentramkan hati, hhmmm... Rasanya benar-benar mmmuuuaaacchh...!!! Dengarkan apa yang dikatakan istrimu kepadamu, Yigit... Jagalah dirimu baik-baik, karena sekarang kau punya dia dan Mert... Kl sampai terjadi apa-apa denganmu, pada siapa istrimu akan mencari sandaran dan menggantungkan harapan... Duh, Yigit... Sampai tercekat dan tak bisa berkata-kata banyak mendengar ucapan Nur tadi... Hanya sorot mata yang kelihatan sontak berubah teduh dan penuh cinta, seraya bibir berucap, “Apa yang telah kulakukan kepadamu, Nur??!”... Ungkapan sekaligus respon yang seolah-olah menyiratkan bahwa Yigit merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan sang istri dan hanya bisa menghadirkan luka di hati yang selama ini seperti tak henti dialami. Ya Tuhan, sepertinya memang ciuman di bibir antara Nur dan Yigit malam itu menjadi sarana penegasan untuk mereka berdua, bahwa berdua itu saling erat memiliki dan semakin yakin untuk melangkah ke depan bersama-sama, tanpa ada saling meragukan satu sama lain lagi. Perasaan saling membutuhkan, ketakutan untuk kehilangan, dan saling melengkapi, sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi malam itu. Dah ya, Nur... Jangan mohon cerai-cerai lagi yaaaa... Baru terasa kan sekarang bagaimana seandainya benar-benar pisah dan jauh dari belahan jiwa. Tapi dasar Nur... Tetap saja seusai saling meyakinkan cinta, rasa bersalah masih tampak menggelayut di wajah dan perasaannya. Pikirnya Nur, tak sopan dengan apa yang dilakukannya secara terang-terangan di teras rumah untuk menunjukkan cintanya kepada Yigit. Tapi, ya sudahlah, Nur... Itu memang sudah jadi hakmu... Lihatlah itu suamimu yang masih ingin memeluk dan berduaan denganmu. Dapat tambahan kecupan di kening juga kan akhirnya dari suami.... Cieeeeee.., Yigit, cieeeee... Mumpung sang istri sedang mau diapakan saja, usai mendapat kiss di bibir, masih pengen nambah-nambah lagi rupanya, hahahaaa... Sudah terlalu lama sieeee ya menahannya. Akhirnyaaaaaaa... Persetan dengan Sinan yang tanpa sadar sedang memergoki asyik-masyuknya mereka berdua tersebut. Itu urusan nanti!!! Yupz, kau tidak akan pernah merasakan sakitnya kehilangan, sampai akhirnya dia pergi menjauh dan benar-benar meninggalkanmu, Nur. Kini, ketika Tuhan semakin  membuka hati dan menyadarkanmu, berharap kau pintar membaca berbagai pertanda itu. Apabila sebelumnya kata cerai seakan-akan mudah terlontar, keputusasaan melihat sikon rumah tangga yang serba rumit, dan kesabaran yang terus-menerus seperti digerus, sekarang saatnya memaknai bahwa cinta sejati dan proses menuju kebahagiaan tak mungkin isinya hanya yang indah-indah saja. Lanjut besok ya ceritanya, AVers... Salam hangat.
Categories:

0 comments:

Posting Komentar