Setelah remahan edisi yang
kemarin membahas yang kelabu-kelabu, pun deretan gambar yang tersaji serba
tidak mengenakkan hati, sekarang giliran yang romantis-romantis kembali saya
hadirkan di edisi remahan hari ini. Dijamin, deretan potongan gambar scene nya bakalan bikin makin baperrr,
teringat yang lalu-lalu, tentang manis dan indahnya Yigit dan Nur. Hehhe.. Flashback
nya akan saya bawa menuju ke episode delapan dan sembilan serial drama Asla
Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Ini cerita sesudah Nur dan Yigit kencan
siang-siang, selama satu jam di pinggir pantai itu, AVers... Kencan singkat yang benar-benar manis dan berkualitas,
sehabis ‘kisruh jacuzi’, hehhe...
Meski sesampai di rumah Nur sempat bersitegang dengan Iclal karena Iclal
kedapatan mengacak-acak kamar Nur akibat penasaran dengan buku harian milik
Nur, tapi tetap itu tidak bisa merusak suasana hati Yigit dan Nur setelahnya.
Tetap bahagia dan terlihat makin kompak. Namun yang jadi puncak kebahagiaannya
justru harus diawali dengan sebuah insiden buruk ketika malam menjelang. Yigit
dan Cahit yang tengah berada di ruangan kerja, mendapat telpon dari anak
buahnya yang mengabarkan bahwa di pertambangan yang menjadi salah satu unit
usaha Kozan Manufacturing sedang
terjadi kisruh sabotase, hingga sampai menelan korban jiwa dan luka-luka,
termasuk Tayyar yang sudah beberapa waktu diusir Yigit dari rumah perkebunan
Kozan. Yigit yang panik langsung pergi ke lokasi kejadian, diikuti dengan
Cahit. Nur pun ikut-ikutan panik dan khawatir melihat suaminya terlihat
tergesa-gesa dan sangat kacau. Lebih-lebih ketika diberitahu oleh Cahit kenapa
Yigit sampai sepanik itu, tambah Nur makin kalut memikirkannya. Cieeeeee..,
Nur... Yang sudah mulai terketuk hatinya usai kencan kilat, yang mulai
menggantungkan harapan dan cinta kepada sang suami tercinta... Yang nolak
dicium, tapi cinta setengah mati... Was-was juga kan dengan sang suami yang
sedang menghadapi masalah di pekerjaannnya... Yigittttt, harusnya kau melihat kekhawatiran
istrimu... Betul omongan Cahit... Jangan terlalu emosional menghadapi kisruh
sabotase di pertambanganmu, jangan buru-buru main hakim sendiri dan balas
dendam seperti biasanya kepada musuh-musuh bisnismu... Serahkan semua kepada
pihak yang berwenang... Sukaaaa banget scene
ketika Cahit menasehati Yigit tentang seharusnya sekarang lebih bijak lagi
dengan segala tindak-tanduknya. Sekarang bukan saatnya lagi ketika lawan bisnis
berulah, lanjut membuat perhitungan tanpa dipikir masak-masak. Sekarang saatnya
Yigit memikirkan bahwa dia sudah ada istri dan anak yang sangat dicintainya.
Istri dan anak yang tentu akan sangat menggantungkan hidup dan harapannya
kepadanya, karena itu Yigit tidak boleh egois lagi hanya memikirkan
dirinya-sendiri. Ahh, Cahit... Terima kasih untuk nasehatmu itu, karena
setidak-tidaknya ada seseorang yang senantiasa mengingatkan tentang cinta dan
harapan kepada adikmu yang terkesan angkuh dan kaku tersebut. Dan nyatanya,
memang kehadiran adikmu sedang sangat dinantikan oleh istrinya di rumah. Cemas
menunggu, was-was, itulah gambaran Nur malam itu ketika mondar-mandir di
halaman, menanti kepulangan suaminya dari tempat kejadian. Bahkan ketika sorot
lampu mobil Yigit masih tampak dari kejauhan, Nur langsung bergegas berlari menuju ke halaman samping rumah perkebunan
Kozan. Yigit yang masih setengah syok sepulang dari tempat terjadinya musibah,
jadi tambah bingung dan kaget, ketika tiba-tiba Nur langsung berlari menghambur
kepadanya, kemudian lanjut memeluknya erat. Eeeyyaaa... Bingung, kaget, atau
bahagia nie Yigit?? Hahha... Siangnya saja mo dicium malah nolak, ech malamnya
malah main peluk suami saja nie istri satu, yuhuuuuu... Rupanya, butuh sesuatu
yang menegangkan dulu ya, Nur untuk menyadari bahwa kau sebenarnya sudah
terlalu jatuh cinta dan takut kehilangan suamimu... Hhmmm... Kl tangan Tuhan
sudah mulai turut menengahi, pada akhirnya selalu ada hikmah yang sangat
berharga di baliknya. “Aku mencintaimu, Yigit... Demi Tuhan.. Aku sangat
mencintaimu”. Bahkan ciuman di bibir yang ditunggu sejak hari pertama terikat
janji suci sebagai pasutri, akhirnya baru bisa terrealisasi setelah pengakuanmu
cintamu di hadapan suami. Ciuman yang perlahan-lahan, terkesan bibir yang
bertemu masih berusaha untuk saling mengenal dan memahami, tapi berujung manis
dan menentramkan hati, hhmmm... Rasanya benar-benar mmmuuuaaacchh...!!! Dengarkan
apa yang dikatakan istrimu kepadamu, Yigit... Jagalah dirimu baik-baik, karena
sekarang kau punya dia dan Mert... Kl sampai terjadi apa-apa denganmu, pada
siapa istrimu akan mencari sandaran dan menggantungkan harapan... Duh, Yigit...
Sampai tercekat dan tak bisa berkata-kata banyak mendengar ucapan Nur tadi...
Hanya sorot mata yang kelihatan sontak berubah teduh dan penuh cinta, seraya
bibir berucap, “Apa yang telah kulakukan kepadamu, Nur??!”... Ungkapan
sekaligus respon yang seolah-olah menyiratkan bahwa Yigit merasa bersalah
karena belum bisa membahagiakan sang istri dan hanya bisa menghadirkan luka di
hati yang selama ini seperti tak henti dialami. Ya Tuhan, sepertinya memang
ciuman di bibir antara Nur dan Yigit malam itu menjadi sarana penegasan untuk
mereka berdua, bahwa berdua itu saling erat memiliki dan semakin yakin untuk
melangkah ke depan bersama-sama, tanpa ada saling meragukan satu sama lain
lagi. Perasaan saling membutuhkan, ketakutan untuk kehilangan, dan saling
melengkapi, sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi malam itu. Dah ya, Nur... Jangan
mohon cerai-cerai lagi yaaaa... Baru terasa kan sekarang bagaimana seandainya
benar-benar pisah dan jauh dari belahan jiwa. Tapi dasar Nur... Tetap saja
seusai saling meyakinkan cinta, rasa bersalah masih tampak menggelayut di wajah
dan perasaannya. Pikirnya Nur, tak sopan dengan apa yang dilakukannya secara
terang-terangan di teras rumah untuk menunjukkan cintanya kepada Yigit. Tapi,
ya sudahlah, Nur... Itu memang sudah jadi hakmu... Lihatlah itu suamimu yang
masih ingin memeluk dan berduaan denganmu. Dapat tambahan kecupan di kening
juga kan akhirnya dari suami.... Cieeeeee.., Yigit, cieeeee... Mumpung sang
istri sedang mau diapakan saja, usai mendapat kiss di bibir, masih pengen nambah-nambah lagi rupanya, hahahaaa...
Sudah terlalu lama sieeee ya menahannya. Akhirnyaaaaaaa... Persetan dengan
Sinan yang tanpa sadar sedang memergoki asyik-masyuknya mereka berdua tersebut.
Itu urusan nanti!!! Yupz, kau tidak akan pernah merasakan sakitnya kehilangan,
sampai akhirnya dia pergi menjauh dan benar-benar meninggalkanmu, Nur. Kini,
ketika Tuhan semakin membuka hati dan
menyadarkanmu, berharap kau pintar membaca berbagai pertanda itu. Apabila
sebelumnya kata cerai seakan-akan mudah terlontar, keputusasaan melihat sikon
rumah tangga yang serba rumit, dan kesabaran yang terus-menerus seperti
digerus, sekarang saatnya memaknai bahwa cinta sejati dan proses menuju kebahagiaan
tak mungkin isinya hanya yang indah-indah saja. Lanjut besok ya ceritanya, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar