Meskipun temanya sendu, tapi pantang untuk awal pekan galau serta sendu. I love Monday pokoknya,hahha... Sendu biarkan saja hanya menjadi tema untuk flashback hari ini. Yuk, saya ajak kilas-baliknya menuju ke episode 15 (lima belas) serial drama Turki Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Ingin melanjutkan kilas-balik tentang cerita ‘tragedi pohon besar’ yang membuat Nur akhirnya harus keguguran demi menyelamatkan anak tiri kesayangannya, Mert. Tp tungguuuu, untuk edisi kali ini pun, remahannya masih akan ada ‘pecahannya’ lagi, jadi pelan-pelan untuk mencermati dan berkomentar kemuadian ya, xixixiii... Bahkan untuk satu kejadian yang membuat tensi tegangan dalam suatu tontonan atau drama beranjak menanjak, sifatnya masih bisa dibagi-bagi ya, AVers... Tidak asal marah atau benci yang kesannya ujug-ujug atau tiba-tiba luar biasa marah atau benci, hahahaaa...
Seharusnya ketika akhirnya Yigit mendengar kabar dari dokter kl Nur harus kehilangan bayinya akibat jatuh dari pohon karena menolong Mert yang ingin mengambil layang-layangnya yang tersangkut di atas pohon saat itu, dia tetap bisa menguasai rasa terkejutnya, dan bukan malah berkembang menjadi seakan-akan marah yang terpendam sekaligus tertahan. Tuhan saja kala itu mungkin masih ingin berbaik hati kepada Yigit dengan hanya mengambil sang calon jabang bayi dari hidupnya. Andaikata Yang Kuasa menginginkan Nur sekaliyan diambil untuk bisa lebih dekat dengan kasihNYA, daripada harus melihat Nur seolah-olah menjadi hanya tersia-siakan oleh suaminya sendiri, Yigit bisa apa??! Bahkan sekan-akan Tuhan pun masih ingin memberikan kesempatan kepada Yigit untuk bisa memperbaiki sikap kepada istrinya, memberikan bentuk dan perlakuan kasih-sayangnya yang sesungguhnya sebagai seorang suami kepada istrinya, tapi apa lacur yang terjadi?? Yigit seolah-olah hanya sibuk untuk bertanya bernada ‘menggugat’ kepada Nur dan lupa bertanya dan menuntut kepada diri sendiri, mungkinkah hal ini akan terjadi jika istriku tidak selalu kuketusi ketika itu dia ingin berbicara denganku?? Seharusnyaaaaa...
Saat mendengar Yigit berbicara kepada dokter kala itu tentang keinginannya untuk ingin segera menemui istrinya yang belum sadarkan diri dari kondisinya, di benak saya seperti sudah membatin, pasti Yigit ingin segera memberi pelukan atau minimal belaian rambut atau pipi seperti yang biasa ia lakukan kepada istri sebelum skandal baliho membuat berubah segalanya... Saya berpikir, saatnya skandal baliho berganti menjadi berkah pohon besar pasca kejadian Nur terjatuh bersama Mert dari atas pohon yang penuh dengan cerita dan kenangan untuk Yigit, Nurt, dan Mert tersebut. Tapi mungkin inilah yang namanya ‘kegedean ngareppp’, wweew... Kagak lagi-lagi deh kebanyakan untuk mimpi bahagia kl sudah urusannya dengan Yigit Kozan. Hadddeh... Nurrrrrrr... Mending sekaliyan wujudnya tembok atau batu besar, jadi sewaktu-waktu sudah di ambang batas kesabaran ada keinginan menghancurkan tembok atau batu besar tersebut, akan benar-benar terlaksana dan lebih kelihatan hasilnya, daripada wujudnya Yigit Kozan tapi sebenarnya kepalanya adalah batu dan hatinya adalah tembok. Hhhheeeiissttt... Lebih tega melihatmu sendirian di ruang ICU ketika itu, daripada melihatmu tak ubahnya seperti sedang dikutuki pertanyaan oleh suami yang sedang duduk di tepi tempat tidurmu, dengan hanya mulutnya saja yang bicara, tanpa ada sama sekali tindakan verbal berjudul kasih sayang yang dilakukannya.
Mending juga kl kata-kata dan pernyataan yang diucapkan suamimu kala itu kepadamu bernada penuh cinta dan penyesalan, Nur... ternyata yang keluar dari mulut Yigit hanya seperti kalimat-kalimat bernada pertanyaan bodoh sekaligus seperti tidak terima dengan kenyatan kl kau masih menyembunyikan berita kehamilanmu dari dirinya. “... Kenapa, Nur...?” “ Kenapa???”, itu-itu saja yang keluar dari mulut Yigit sepanjang dia duduk menemanimu di tepi tidurmu selama kau belum sadarkan diri. Menemani?? Hahha... Menemani untuk mengutukimu dan menyalahkanmu lebih tepatnya, Nur. Yigit ketika sedang bersama Nur di dalam ruangan ICU, saat itulah layaknya ia mulai menyusun rencana amarah dan dendamnya di kemudian hari untuk Nur. Takkan ada lagi cerita rekonsiliasi dalam waktu dan jarak yang dekat tampaknya, karena yang ada ternyata hanya semakin menumpuk sakit hati, atau bahkan dendam, dan lempar kesalahan yang semakin menyakitkan.
Yigit seolah-olah tidak ada ruang di hatinya untuk merasakan bahwa istrinya sekarang lebih membutuhkan perhatiannya daripada pertanyaan-pertanyaan yang bernada kemarahan dan menyalahkan. Bahkan Yigit terlihat lebih ribet dan memprihatinkan daripada Nur yang masih terlihat lemah dan tak berdaya, usai kandungannya dikuret, yang katanya luar biasa sakit dan perihnya. Ingin rasanya menyeret Yigit keluar dan ruangan ICU saat itu dan menjauhkan dia dari Nur, daripada seusai Nur siuman nanti Yigit akan lebih menyakiti istrinya lagi. Bahkan ketika Nur memanggil-manggil Yigit dalam ketidaksadarannya, Yigit justru terlihat begitu dingin dan menyebalkan. Sebegitu marahkah kau, Yigit? Sebegitu menyesalkah kau dengan tindakan Nur?? Kemana hati nuranimu menghilang?? Bahkan tanganmu saja seperti mendadak kaku untuk membelai dan memeluk istrimu yang sedang terbaring tak berdaya di sampingmu? Bahkan bibirmu hanya sanggup mengomel pertanyaan dan pernyataan yang tidak seharusnya daripada kau gunakan untuk sekadar mengecup kening istrimu sebagai pertanda kau seorang suami yang selalu akan mendukungnya, apapun kondisinya... Sampai Tuhan akan lebih membuatmu tertampar dengan yang lebih menyakitkan suatu hari nanti, Yigit....
Pun ketika akhirnya Nur sudah sadar dan seperti ingin segera berlari menemui suaminya, Yigit lebih terlihat sebagai seorang suami yang bodoh dan penuh raut kekecewaan daripada seorang suami yang begitu ingin memeluk istrinya usai mereka mendapatkan cobaan karena harus kehilangan calon buah hati. Hadddeh.., pelukan Yigit dan Nur saat itu... Seperti hanya Nur yang larut dalam kesedihan karena kehilangan calon jabang bayinya dan Yigit hanya sekadar menyediakan bahu dan tangannya untuk tempat Nur bersandar dan menangis mengeluarkan tangis dan kesedihannya, serta tangan yang hanya seperlunya saja ketika memeluk istrinya. Kirain, mo dapat pemandangan tangan yang memeluk punggung istrinya erat-erat dan kuat-kuat, hhheeiissttt... Lagi-lagiii..,penonton kecewa!!! Mata Yigit yang terpejam ketika memeluk Nur saat itu juga bukan pejaman mata yang menahan sedih atau penyesalan karena tidak bisa menjaga dan mengayomi istri, melainkan mata yang terpejam karena memendam banyak kekecewaan dan kemarahan kepada istrinya. Bahkan di saat yang sama, lebih memesona melihat sorot mata Firat yang penuh dengan surprise sekaligus juga tanda tanya, ketika melihat Nur langsung memeluk sambil menangis di pelukan Yigit dengan intim dan mesranya. Dan Yigit jadi makin ketinggalan pesona karena ulah menang sendirinya tersebut...
Sempat mata Yigit menyiratkan sedikit kekagetan ketika Nur kemudian berbicara dengan Ny Aytul, menuntut pertanggungjawaban kepada bibinya Yigit tersebut atas musibah yang sudah dilaluinya tersebut... Tapi ya hanya sebatas itu Yigit melakukannya daripada terlihat membantu istrinya untuk lebih mencecar Ny Aytul tentang ada apa sebenarnya di balik keguguran yang baru terjadi atau juga kabar kehamilan yang sampai harus tertunda-tunda... Yup, saya lebih suka andai di scene itu dulu Yigit terlihat kalap di rumah sakit karena mendapati fakta kl memang bibinyalah yang mencegah Nur berterus-terang tentang kehamilannya kepada suaminya sendiri, selain memang karena faktor kekeraskepalaan Yigit yang membuat Nur semakin terasing dan akhirnya urung dan urung terus untuk bercerita tentang kehamilannya. Tapi ya sudahlah... Yigit kala itu memang seperti sudah diniatkan untuk marah dan menjatuhkan segala tudughan hanya kepada satu orang, yaitu istrinya sendiri. Untuk Ny Aytul, pantaskah kau syukuri ketika ada seorang calon ibu terpaksa kehilangan anaknya?? Berasa melihatmu seperti seorang sepuh yang kualat, Nyonya... Kau yang sudah hampir bau tanah, kenapa hatimu masih dipenuhi dengan ambisi dan rencana-rencana yang kotor?! Bahkan akhirnya justru anakmu sendiri yang meminum susu beracun hasil racikanmu...
Kembali lagi ke Yigit dan Nur yang sedang berduka karena kehilangan calon anak mereka. Memang benar kan apa yang saya bilang... Ketika mata Yigit yang terpejam saat memeluk Nur di rumah sakit tadi, itulah bagian dari keegoisan dan kemarahan yang akan dilancarkan kemudian dalam waktu yang dekat. Mestinya saat itu, Nur lah yang lebih membutuhkan semangat dan dorongan agar ia segera bisa pulih sikon dan semangatnya, agar Nur lebih bisa mengikhlaskan kepergian anaknya, dan bersama-sama saling menyemangati, menguatkan satu sama lain. Lhaah.. halllah... Karena yang sekarang dihadapi adalah seorang Yigit Kozan, makanya justru malah sang suami yang butuh perawatan serta pencerahan yang lebih intensif daripada sang istri sendiri. Ini suami kebalik-baliknya terlalu kebangetan atau bagaimana sieeee??! Ituuuuuu istrinya..!!! Harusnya kl dia mau, dia yang marah-marah dan ngambek kepada Yigit, tapi kenapa malah Yigit yaaaa yang paling ribet dan seperti paling menderita sendiri??! Harusnya juga Nur yang terlihat begitu guncang dan memprihatinkan, tapi kenapa justru Yigit yang tampak sibuk sendiri dengan sakit hatinya dan malah beranjak mengusir sang istri ketika ingin mendekatinya dan bermaksud untuk sama-sama saling berbagi kesedihan??! Ya elllah, Yigit... Peluklah istrimu yang sedang menangis di dalam mobil ituuuuuu!!! Malah... Andaikata pun kamu benar-benar sedang goncang dan masih sulit menerima kenyataan, plizzz singkirkan dulu perwujudan itu untuk sementara, masih ada istrimu di dekatmu. Simpan dulu segala keegooisan dan jangan membuat Nur semakin terpojok dengan kenyataan kl dia harus kehilangan bayinya sebelum sempat ia menceritakan segalanya kepadamu atau juga kenyataan pahit selanjutnya bahwa sang suami makin menjauhinya setelah dia keguguran. Paling tidak, sedikit berpura-puralah agar setidak-tidaknya menenangkan dan bisa menjadi tempat bersandar yang nyaman untuk Nur. Hati kl sudah dipupuk sakit hati, ya begini ini nie... Siapa bilang laki-laki jagoannya rasional?? Tanyakan saja pada Yigit Kozan dan jangan bertanya kepada rumput yang bergoyang.
Ahh, Yigit nie... Dia seolah-olah menjadi bahan perayaan untuk para perempuan yang selama ini diidentikkan dengan citra ribet, repot, dan emosional. Hahahaaa... Sebaliknya, Yigit menjadi contoh kasus baru di antara kaumnya, bahwa laki-laki ternyata memang sebenarnya sama saja dengan lawan jenisnya wkwkwkwkkk... Sama-sama ribetnya dan pintar mendramatisir keadaan. Yigit Kozan, drama king eeeeuuyyy.., hahha.. Yuhuuuu... Selamat, Yigit.... Sepertinya kau malah membuat Nur menjadi semakin kuat dan teruji. Siapa bilang perempuan hanya menye-menye, padahal di balik menye-menyenya, dia sesungguhnya sedang menyusun kekautan untuk bisa lebih tahan banting di segala kondisi. Sekian dulu edisi remahan di awal pekan, tentang Yigit dan kebebalannnya di edisi hari ini, InsyaAlloh masih akan berlanjut di edisi remahan yang berikut-berikutnya, xixixiiii... Happy Monday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar