Cerita ini kiranya turut dikisahkan oleh sebuah mobil. Malam itu SUV super keren, Land Rover yang biasa dikendarai oleh Yigit tiba-tiba mogok di jalanan menuju ke Istanbul, yang juga diiringi oleh hujan yang lebat. Hadddeh... Land Rover mogok?? Land Rover nya seorang bos perusahaan otomotif yang notabene harusnya untuk urusan mobil dan tetek-bengeknya senantiasa terjamin dan terjaga?! Kenapa tiba-tiba mobilnya juga ikut-ikutan ‘drama’ neh seperti juga tuan dan nyonya Kozan yang sedang berdua saja di dalamnya??! Wwuiiddih... Nie mobil seperti paling mengerti dengan sikon yang dialami sang pemilik, wkwkwkwkkk... Ya kl katanya mobil itu pacar atau istri yang kedua, seharusnya dia memang yang paling mengerti nomor dua para kekasih dan suami, setelah pacar dan istri yang sebenarnya. Tapi memang lama-lama Land Rover berwarna silver yang senantiasa dikendarai oleh Yigit kemana pun dia beraktifitas, berasa sudah nempel banget dengan citra sang pemilik. Kl melihat Land Rover berwarna silver ya itu seperti halnya Yigit Kozan. Pun sebaliknya kl ingat Yigit, pasti akan langsung teringat dengan mobil SUV pabrikan Inggris ternama tersebut. Duh, mobil ajjah... Karena urusannya dengan Yigit Kozan, jadi deh bahan baperrr yang kesekian..kesekian, wkwkwkwkwkkk... Padahal sebenarnya kl boleh memilih, saya justru naksir Land Rover milik Yigit warna hitam mengkilat, yang dulu sering dipakainya di awal-awal episode AV/ANDD. Tapi ya sudahlah, mo hitam atau silver, yang penting kl lihat mobil itu berasa ‘Yigit Kozan sekaleee’. Hahha..
Sebuah mobil yang kiranya turut untuk menghantarkan cerita bahwa dua insan yang malam itu sedang menaikinya harus segera menyelesaikan salah satu hak dan kewajibannya. Kisah yang sebenarnya benar-benar tak disengaja karena malam itu harusnya memang Nur hanya disuruh untuk menjemput Mert yang sedang menginap di hotel bersama Iclal dan Ny Aytul. Sampai akhirnya harus berangkat bersama dengan Yigit, karena memang Yigit sejak awal berniat untuk menyusul Mert, Iclal, dan Ny Aytul ke hotel, yang sebelumnya mereka rencanakan untuk sejenak refreshing. Menjadi akhirnya Nur turut disertakan karena Mert ternyata cukup memusingkan untuk Iclal. Tak usah panjang dibahas untuk yang satu itu... Dasar ibu gesrekkk!!! Ahh, tapi mo berterima kasih juga deh untuk Mert karena kl tidak karena dia, Nur mungkin akan kembali makan hati karena hanya bisa mengantarkan kepergian suaminya untuk menjemput ‘para mantan’ (mantan istri, mantan mertua, hehhe..) dan juga anaknya (kl yang ini bukan mantan anak lho yaaa).
Mert yang selalu menjadi kesayangan Nur dan Yigit dan juga kisah Land Rover yang mendadak jadi mogok, ihirrrr... Tambah hujan lebat, tambah mati lampu, tambah hanya ada lilin-lilin, tambah hanya ada satu kamar yang sedang tersisa, tambahhhh buuuanyakkk saja indikatornya kl malam itu harusnya tidak boleh disia-siakan begitu saja, hahahaaa.. Yigit dan Nur... Bahagia, haru, dan ironis bila mengingat tentang perjalanan cinta dan kisah pernikahan mereka. Cinta yang besar itu seharusnya bisa mereka nikmati bersama-sama, tanpa perasaan was-was atau takut-takut. Cinta yang besar, yang akhirnya disahkan dalam sebuah ikatan pernikahan yang suci, seharusnya setelahnya mereka berdua bisa menikmati madu cinta tersebut. Tapi sejalan dengan cerita yang berjalan, akhirnya pernikahan itu seperti berjalan dalam bayang-bayang peri kemanusiaan bodoh yang berkepanjangan. Sang mantan istri dari Yigit Kozan yang belum tahu status yang sebenarnya sekarang, seperti dengan tiba-tiba menjadikan Nur dengan predikat layaknya ‘istri bayangan’. istri simpanan, atau bahkan selingkuhan dari suaminya sendiri. Karena peri kemanusiaan bodoh itu juga akhirnya Nur harus melewati hari demi hari pernikahan yang berasa selalu mengiris hati. Jangankan berpikir tentang bulan madu, di hari pertama pernikahan saja, Nur sudah dihadapkan pada kebohongan sang suami yang ternyata masih punya tanggungan seorang mantan istri. Bila awal saja sudah sedemikian kisruh dan ruwet seperti kala itu, tak mengherankan jika akhirnya Nur juga tak punya bayangan yang indah-indah tentang jalannya pernikahannya bersama sang suami ke depan. Bahkan kala itu sampai beberapa saat kemuadian, Nur hanya punya kata [cerai] untuk dilontarkan kepada suami, karena merasa tidak sanggup jika harus menjalani pernikahan yang masih dibayang-bayangi oleh mantan istri dari suaminya.
Namun, seiring waktu berjalan dan cinta serta kasih sayang yang memang lebih besar daripada sekadar nafsu dan gairah sesaat, akhirnya membuat pernikahan Yigit dan Nur tetap bertahan. Meskipun tetap tak bisa menghindar dari rasa cemburu dan sakit hati, akan tetapi balik lagi cintalah yang akhirnya menumbuhkan pengertian dan kesabaran yang tiada batas. Bahwa masih begitu banyak hak-hak Nur sebagai istri yang sah dan satu-satunya bagi Yigit Kozan belum dipenuhi, Nur hanya punya satu tekad dia akan tetap bertahan dalam pernikahan yang melelahkan tersebut karena memang dia mencintai sang suami dengan setulus-tulusnya. Cinta yang seringkali berasa hanya menyakitkan untuk dia, sementara Nur sendiri justru berpikir, “semua demi suamiku dan cinta kami berdua”. Dan Yigit sendiri, selama dia masih terjebak bersama Iclal dan peri kemanusiaan bodohnya, maka untuk sementara ‘ Tuhan’ bagi Yigit adalah Ny Aytul. Yigit lebih takut dengan bibi dan mantan mertuanya tersebut daripada takut berdosa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena bertindak yang tidak adil kepada istrinya sendiri. Hahha.. Yigit..Yigit.. Dia tidak tahu saja, justru Tuhan yang selama ini ia sisihkan, justru ada di balik semua kisah Land Rover mogok, Mert yang mendadak sulit diatur dan selalu merepotkan ibunya, hujan yang lebat, mati lampu, dan juga segala sesuatunya, yang justru pada akhirnya bisa mewujudkan cerita bahagia perkawinannya dengan Nur. Coba sana minta pada Ny Aytul, minta waktu untuk berduaan dengan Nur, sampai kau mati, gak bakalan kau akan diizinkan untuk menggauli istrimu sendiri, Yigit!!!
Hingga sampai tiba waktunya kalian berdua berhak menikmati ‘yang seharusnya’ sebagai pasangan suami-istri, hhmmm... Bahagianyaaa.., melihat kalian berdua serasi, senada-seirama. Entah karena saking sudah lamanya tidak kepikiran bagaimana untuk akhirnya bisa melaksanakan kewajiban sekaligus menikmati haknya sebagai seorang suami, Yigit sampai harus ‘dipancing’ sang istri untuk akhirnya dia sadar, bahwa memang ini saatnya. Hahha... Lupa beneran atau pura-pura lupa. Yigit? Takut atau pura-pura takut?? Hahha... Ahh, Yigit... Saking dia mencintai Nur, saking dia tidak mau lebih banyak menyakiti sang istri, bahkan untuk menyentuh istrinya saja, dia seperti harus menunggu kesediaan dari Nur dulu. Dan seperti bisa membaca situasi, seusai pemanasan dengan ‘perang bantal’, sebaris pernyataan dari Nur, “aku telah memaafkanmu, Yigit...” , akhirnya melanjutkan cerita kebahagiaan bagi pasutri tersebut. Setelah sekian lama tertunda, setelah sekian waktu menahan di antara cinta, sakit hati, dan kesabaran, akhirnya malam-malam yang sebelumnya terasa hilang tanpa makna, malam itu seolah-olah mengganti dan menggenapi yang hilang dan hampa tanpa makna. Ikut bahagiaaaaaaa, Yigit-Nur.... Dan kalian pun harus bahagia juga. No offense!!!
Berganti dengan cerita pagi, sang suami ternyata seperti belum rela kehilangan malamnya yang semalam. Sang istri yang masih tertidur cantik di sebelahnya, tak putus ia pandangi terus-menerus. Mengiringi mata yang terpejam beranjak membuka dari sang istri, ucapan “selamat pagi” yang dilontarkan dengan seulas senyuman. Pun dari sang istri, berbalas dengan sapaan, “selamat pagi’ yang lembut dan menggetarkan hati. Hhmmm... Tak lengkap rasanya, jika belaian di pipi ditinggalkan dari kebiasaan. Indah sekali pagi itu, semuanya berganti cerah ceria usai hujan lebat dan mati lampu semalaman. Seharusnya memang pemandangan seperti ini yang menjadi kisah mereka sehari-hari. Tidak seperti halnya sekarang yang malah menyerupai maling dan main kucing-kucingan hanya untuk bercinta dan menikmati waktu bersama suami atau istri sendiri.
Entah juga karena sudah terlampau tercuci otak dengan konsep ‘peri kemanusiaan ala-ala’, kebahagiaan yang sebenarnya bisa dirasakan sepuas-puasnya..selapang-lapangnya, justru akhirnya malah berasa seperti dosa yang yang tak termaafkan. Nur yang sebelumnya merasa bahagia dan nyaman berdekatan dengan suaminya, justru pada akhirnya malah seperti dikejar-kejar perasaaan bersalah dan ketakutan yang tiada henti. Mungkin Nur merasa bersalahnya karena dia yang seharusnya diserahi tugas untuk menjemput Mert, ech malah akhirnya terjebak asyik-masyuk dengan sang suami sendiri, xixixiii... Tenang, Nur... Mert aman dengan neneknya. Lagian kenapa kau takut, lihatlah itu yang di sebelahmu sedang menyetir Land Rover nya, hadddeh... Nie mobil kenapa cerita mogoknya mendadak berakhir ya ketika tahu sang bos dan pasangannya sedang berbahagia?! Hahha.. Nurrrr, suamimu ingin kau terus ada di sampingnya ituuuuu... Kl perlu tidur di lengannya sampai sesuka hati, Yigit juga akan relaaaaaa setengah mati... Diih, Yigit... Polos banget ya nie laki-laki... Ajak istrimu putar-putar Istanbul lagi dunk... Biar Nur tidur di lenganmu juga akan lebih lama... Atau kl tidak, tambah semalam lagi menginap di hotelnya... Dasarrr... Yigit dong..dong... Takut lagi dengan ‘Tuhan Aytul’??! Hhheeiissstt...
Tambah sedih dan terharu karena ketika Nur terbangun dari tidurnya, dia mengatakan kepada Yigit yang kurang lebih menyiratkan, selamat datang kembali ke kehidupan nyata kita... Bermain ala suami-suamian atau berlagak jadi istri-istrian, diih, Nur... Sebegitu pengertian dan sabarnya dirimu menghadapi sikon pernikahanmu... Pintar-pintarlah kau menjaga dan mengatur hatimu, Nur... Karena kau tahu pasti, suamimu benar-benar tak bisa kau tinggalkan sendirian. Bertahan untuk dirinya, demi cinta kalian, dan biarlah untuk selanjutnya jadi urusan Tuhan. Yigitttttt, luangkan waktu lebih banyak untuk istrimu karena dialah yang sebenarnya segalanya sekarang. Urusan Iclal memang tak bisa kau hindarkan, tapi berharap kau paham untuk membedakan, mana cinta dan mana yang hanya rasa kasihan. Wujudkan kebahagiaan yang yang lebih nyata dan lebih lama untuk keluargamu. Happy Monday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar