Sekiranya siapa sang dalang di balik skandal baliho sudah terkuak, harapannya hubungan Yigit dan Nur yang kala itu sempat merenggang dan memanas, bisa berangsur-angsur kembali seperti semula. Tak ada lagi ‘drama cinta’ yang terkesan diada-adakan oleh Yigit dengan maksud untuk membalas luka hatinya karena merasa dilangkahi oleh sang istri. ‘Drama cinta’ yang secara sepihak ketika itu dirancang oleh Yigit, yang di lain pihak justru berasa angin segar di benak Iclal yang kala itu juga sudah pulih secara keseluruhan ingatannya, setelah menderita koma selama tiga tahun. Iclal berpikir, Yigit sudah mulai berubah pasca tragedi kecelakaan yang mereka alami, padahal mana ada urus Yigit dengan Iclal ketika itu, hahahaaa... Yigit kala itu tengah menjadi suami paling sakit hati sejagad karena merasa Nur telah melangkahi wewenangnya sebagai suami. Maka dari itu mumpung ada Iclal yang sudah sangat dikenalnya luar-dalam kl perempuan itu memang sangat memujanya, Yigit akhirnya memanfaatkan Iclal untuk membuat Nur semakin terluka... Mungkin Yigit berharap Nur pun akan sama-sama terlukanya, seperti apa yang ia rasakan saat itu... Ya elllahh... Prinsip kesepadanan nie yaaa... Suami kayaknya niat banget untuk menghukum istrinya, biar Nur juga tahu rasanya sakitnya hati seperti apa jika orang yang paling dicintai menyepelekannya... Cieeeeee.. Baper..baperrr!!!
Akan tetapi ya itu tadi, kenapa ketika Elmas sebagai salah satu dalang di balik skandal baliho sudah dalam genggaman dan terbukti istri ternyata hanya jadi korban jebakan Elmas dan Ny Aytul, Yigit terkesan masih saja menjaga jarak dengan istri. Bahkan ketika semuanya sudah terbuka, Nur yang menyimpan berita kehamilannya selama konflik panas dengan suaminya, tak kunjung bisa mengeluarkan dua kata kepada Yigit, “Aku hamil”. Hadddeh... Mungkin saat itu karena bawaan orok juga, ketika secara tak sengaja Nur mendengar Cahit yang sedang mabuk berbicara kl Elmas ternyata selama ini menyimpan perasaan cinta dengan suaminya, maka Nur jadinya sensitif dan merasa Yigit juga terkesan menyembunyikan kenyataan itu darinya. Lhaah..halllah... Akhir-akhirnya malah jadi baperrr semua begini kan?!? Yigit yang harusnya sudah bisa mendengar berita kehamilan sang istri, akhirnya batal untuk kesekian kalinya mendengar berita bahagia tersebut. Sampai pada akhirnya cerita keguguran terungkap...
Cerita keguguran yang menurut saya jadi cerita kecolongan Yigit yang kedua kalinya setelah skandal baliho. Wwweew... Andai saat itu Mert tidak nekad memanjat pohon untuk mengambil layang-layangnya yang tersangkut, andai Nur kala itu kandungannya tetap sehat dan beranjak makin hari, makin bulan perutnya akan tampak semakin membesar, sementara di antara pasutri itu masih kekeuh dengan sakit hatinya masing-masing, bagaimana Yigit coba akan menyikapi kehamilan istrinya, bagaimana Nur akan menyembunyikan perutnya?? Gak yakin kehamilan Nur dan kehadiran anak akan bisa secepat kilat mendewasakan sang ayah, menguatkan sang ibu, atau juga menegakkan lembaga pernikahan yang sedang mereka bangun. Hahha... Meski mungkin ceritanya tak akan setragis dan seironis ketika akhirnya keguguran, tetap saja itu akan jadi konflik untuk mereka. Bukannya Nur bebas dari kesalahan, tapi justru Yigit yang berperan besar membuat segala sesuatu di balik skandal baliho atau juga keguguran ini jadi begitu panjang dan bertele-tele. Toh Nur juga sudah berkali-kali merendahkan diri di hadapan suaminya, mengaku salah untuk skandal baliho, tapi Yigit terkesan dia selalu ingin dinomorsatukan untuk masalah sakit hati. “... Aku, Nur.. Aku...!!!” “Kau tidak mengenal aku, Nur...” Haddduh, salah sendiri tidak mau mendengarkan istri...” Lagian istri mana yang tidak sakit hati dan terhina ketika suaminya mengatakan bahwa ia ternyata belum mengenal sosok suamiinya sendiri?!! Hhheeeiissttt...
Karena hati yang terlalu bertele-tele juga, ketika masalah sebelumnya yang belum tuntas, jadi makin bertumpuk ketika peristiwa keguguran Nur terjadi. Yigit deh... Ketika maaf yang setulusnya belum diberikan kepada Nur, tampaknya dia sudah berlanjut untuk menyusun kekesalan dan kemarahan yang berikutnya... Daripada menyalahkan diri sendiri, paling enak memang menyalahkan orang lain... Dan kau, Nur... Siap-siap yaaa... Pikirnya ketika peristiwa keguguran terjadi, kesempatan deh momen memilukan tersebut jadi momentum untuk Yigit dan Nur saling mengurai masalah, meluruskan kesalahpahaman, lebih saling menguatkan, dan jadi sarana pembelajaran bersama, lha ternyataaa... Yigit masih mau memanjang-manjangkan episode dramanya, Saudara-saudara... Seperti belum ada rasa puas untuk menyalahkan dan menghukum, istri yang kesakitan sehabis kandungannya dikuret, malah berasa semakin dilumuri air garam oleh suaminya sendiri... Ya Alloh.., Nur... Seandainya kau bisa berucap kata cerai saat itu kepada suamimu, rasanya lebih baik daripada hanya diam dan bertahan di samping Yigit, tapi yang didapat hanya perasaan sakit dan terhina terus-menerus.
Yigit..Yigit... Kelihatan sekali sikapmu yang begitu ingin menang sendiri di hadapan Nur, berasa itu untuk menutupi malumu sebagai suaminya kan??! Suami yang kenyataannya hanya seperti status, karena banyak kewajiban yang seharusnya kau lakukan dan berikan kepada Nur belum bisa kau penuhi. Boro-boro memberi penghidupan yang baik untuk Nur, masalah hati yang sebenarnya sudah cukup untuk membuat Nur nyaman sebagai istrimu, rasanya kau belum mampu memberikan hatimu yang sebaik-baiknya. Lalu bagaimana dengan hakmu sebagai suaminya Nur? Hahha... Asal Iclal tidak terus-menerus lengket denganmu, Nur pasti tidak akan melupakan hakmu sebagai sumainya. Nur bukannya lalai seperti halnya dirimu, hanya kesempatannya saja yang tidak ada. Iclal yang katamu tidak kau cintai, malah seperti sengaja kau pamer-pamerkan kepada Nur sebagai perempuan saingan. Lhaaah...
Dasar memang sudah tertutup ego, ketika malu sedang melanda, yang ada justru ‘marah salah alamat’ yang semakin dikedepankan. Malam itu maksud Nur mungkin ingin sekadar berbagi cerita kehilangan setelah peristiwa keguguran, ingin menenangkan suaminya, berharap berdua bisa saling belajar dan saling menguatkan setelah mereka kehilangan calon bayi, tapi Yigit ternyata menanggapinya berbeda. Masih saja dibahas kenapa kehamilan itu bisa luput dari pengetahuannya. Tidak rela kl yang lainnya saja tahu, kenapa justru Yigit tidak. Hhmmm... Beneran rasanya pengen nabokin Yigit pakai parutan kelapa atau sekop pasir sekaliyan kala malam itu terlihat dengan sorot mata penuh kemarahan di depan istrinya. Seperti habis makan petasan nie suami, karena ternyata lebih nyaring memetakan kesalahan sang istri daripada sekadar memberikan pelukan untuk sang istri yang sedang kesakitan jiwa dan raganya sehabis keguguran. Kelihatan lagi siapa sebenarnya yang terlihat paling kuat dan tetap tegar di antara ujian cobaan... Malezzz kali melihat orang yang hanya mahir mencari-cari kesalahan, bicara seandainya dan seandainya, padahal yang terjadi kebalikannya dari semuanya,... Hhhhhhh...
Menjadi suatu kewajaran, apabila pada akhirnya Nur yang merasa suami tidak memberinya kesempatan untuk membela diri dan terus menyalahkan untuk kesalahan yang sebenarnya menjadi tanggungan bersama, merasa marah dan tertantang di hadapan suaminya. Nur hanya menjanjikan kepada Yigit ketika itu, saat suaminya itu sepulang tugas dari Jerman, dia akan menjadi Nur dan perempuan yang ‘berbeda’ dari yang selama ini sering dianggap mengecewakan Yigit. Hahha... Yigit... Langkah yang baik seharusnya sebelum keberangkatannya ke Jerman, dia harus menyelesaikan masalahnya terlebuh dahulu dengan Nur, ech malah ke Jerman nya dijadikan ajang untuk melarikan diri dari masalah sekaligus menghukum Nur untuk yang kesekian kalinya. Dua kali kecolongan, bos Kozan Otomotive ini rupanya tidak belajar dari pengalaman. Dipikirnya Nur memang satu-satunya yang bersalah sieee yaaa... Yigit lupa kl masih ada Tuhan Yang Maha Tahu Segalanya.
Terbukti memang Jerman membawa pencerahan, tapi berasa terlambat dan menggelikan pada akhirnya. Gayanya ketika dulu berangkat sok cuekin istri, merasa tidak butuh, dan bermaksud ingin semakin menyudutkan dan mengesampinngkan Nur, tapi ternyata jauhnya jarak malah semakin membangun rindu di hati. Hahha... Sudah berpesan dan wanti-wanti kepada sang kakak ketika baru datang dari Jerman, untuk menyusun rencana supaya momen kebersamaan dengan sang istri tidak diganggu oleh Ny Aytul, dkk... Yigit dengan wajahnya yang tanpa dosa, bercerita dengan lancar kepada kakaknya kl selama di Jerman ternyata pikirannya tidak bisa lepas memikirkan Nur, wkwkwkwkwkkk... Karena itu Yigit menginginkan, sepulangnya dari Jerman dia ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan sang istri... Sekaliyan ingin minta maaf sekaligus mengurai cerita malu juga mungkin yaaa, hahahaaa... Ech, saking kePeDeannya, sampai lupa nie suami kl istrinya punya hati juga... Enak saja dia, apa-apa mau terserah dia... Kl giliran hatinya sedang sumpek, istri disalah-salahin... Sekarang hatinya sudah beranjak membaik, istri dipaksa ikut membaik. Heylooooo... Kasih dulu dah, Nur cerita ‘kecolongan’ untuk yang ketiga kalinya buat Yigit tersayang, wkwkwkwkwkkk... Saking sudah nampolll tuh tabiat, ada yang kurang rasanya kl tidak membuat Yigit sewot dan senewen...
Yigit dan kesewenang-wenangannya, hahha.. Lupa kl sang istri sudah menjanjikan akan jadi seseorang yang ‘berbeda’ setelah kepulangan suaminya ke Istanbul... Dan akhirnya memang benar-benar berbeda... Istrimu bukan lagi patung Venus yang seolah-olah mati, Yigit... Lihatlah itu di panggung, Nur sekarang benar-benar sudah menjelma menjadi Venus yang sebenarnya. Jelita dan penuh percaya diri... Yang jelas, istrimu yang sekarang ‘berbeda’ itu masih punya hati. Sang istri yang jelita dan berhati. Bukan sekadar yang ganteng, tapi ternyata tidak peka sama sekali. Key..ukey, AVers... Lanjut besok lagi ya remahannya... Have a sweet Thursday... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar