Biarpun kesannya borongan, tapi sebenarnya itu hanya satu atau dua dari beberapa hal yang menyangkut tentang pribadi seorang Yigit Kozan. Belum bosan dunk membahas si seksi nan rupawan, suaminya Nur ini?! Wkwkwkwkkk... Apapun deh tentang dia, bahkan mungkin hanya sekadar bayangannya pun, bisa-bisa jadi sesuatu yang luar biasa untuk para AVers... Bahkan tentang kepribadiannya yang cenderung tertutup atau introvert, yang seakan-akan lebih percaya kepada lautan yang luas dan juga bengkel tuanya, ini juga jadi tanda tanya sekaligus keasyikan tersendiri untuk dibahas kemudian. Tanyakan kepada laut dan bengkel tua tentang arti kehidupan dan juga cinta sejati Yigit Kozan, selain Tuhan, hanya dua hal tersebut yang menyimpan segala rahasia terdalam seorang Yigit Kozan.
Lautan yang luas dan seakan tak bertepi, terkadang hanya tampak berriak-riak kecil, tapi seringkali gelombang yang besar juga memecah ketenangannya. Lautan yang seolah-olah dipayungi oleh langit yang juga tak berbatas, seperti halnya lambang untuk kesabaran serta harapan yang tak pernah berhenti. Harapan dan masa depan yang lebih baik dan lebih indah, setelah riak-riak serta gelombang kehidupan usai dilalui. Mungkinkah Yigit berpikiran seperti itu juga ketika dirinya menjadikan laut sebagai saksi beberapa kejadian penting dalam hidupnya? Yigit yang penyendiri dan Yigit yang tak pandai untuk mengungkapkan suasana yang sedang berkecamuk di dalam hati, dia hanya memercayai laut untuk membaca semua yang terjadi di dalam dirinya. Pun ketika dia punya Cahit yang bisa diajak untuk sesekali bertukar-pikiran, mengeluarkan segala uneg-uneg yang terjadi, tetapi tetap laut seolah-olah yang paling mengerti apa yang sedang dirasakannya. Yigit tak perlu bicara panjang-lebar kepada laut untuk segala keluh-kesahnya, dia hanya sesekali mengeluarkan teriakan, dan untuk selanjutnya laut dipersilahkan untuk membaca dirinya.
Sampai pada saatnya sang laut juga diperkenalkan kepada Nur oleh Yigit sebagai kekasih sejatinya. Andai laut itu bisa menuntut, “Kenapa tidak aku saja yang kau jadikan kekasih sejatimu?” “Bukankah selama ini aku yang rajin mendengarkan dan menemanimu?” Tetapi karena laut itu bijaksana, dia seolah-olah hanya bisa memberikan restunya pada Yigit untuk semua hal yang dipilih dari hatinya. Laut seperti tidak mau kehilangan kharismanya dan membiarkan Yigit melakukan apa saja kepada dirinya, asal Yigit bahagia. Termasuk ketika laut harus bersaing dengan kecantikan seorang Nur Demira. Hhmmm... Ingat ketika Yigit dan Nur baru jadian, laut juga menjadi salah satu destinasi kencan yang romantis untuk Yigit dan Nur. Hingga akhirnya tiba saat untuk melamar dan menikahi Nur, seakan-akan laut menjadi tumpuan kepercayaan Yigit untuk mengawal semua rahasianya. Laut yang tak pernah mengadili dan menghakimi, dan laut yang hanya diam serta mendengarkan, itulah mengapa Yigit akhirnya lebih memercayakan segalanya kepada sang laut. Laut yang tak akan banyak memaksakan kehendak dan membebani Yigit dengan berbagi tuntutan, seolah-olah menjadi tempat pelarian ternyaman, yang membuat Yigit akhirnya merasa sedikit tenang dan ringan menghadapi segala permasalahan.
Bahkan ketika masalah Cemal datang menghantui, lamaran tiba-tiba Haidar kepada istrinya, atau bahkan ketika Yigit beroleh pengakuan cinta yang setulusnya dari sang istri, seperti laut selalu disertakan Yigit dalam daftar ‘yang harus paling tahu’ tentang segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Entah apa yang diberikan dan dijanjikan laut kepada Yigit, hingga bisa sampai semalaman dia betah untuk duduk merenung sambil bersandar di perahu kecil yang setia menanti kedatangannya. Bahkan seperti laut bisa mengantarkan sebuah bisikan dan nasehat, ketika Yigit baru datang dengan sikon yang penuh kesakitan dan luka , tapi begitu pulang seperti kesakitan dan luka yang ditanggunnya bisa beranjak luruh. Seperti pagi itu, ketika sebelumnya usai membentak istrinya mengenai kedatangan Cemal yang tiba-tiba dan mengaku sebagai kekasih dan suaminya Nur, setelah pulang dari laut, mendadak seolah-olah mata yang kemarin begitu terlihat menyorotkan kemarahan, pagi itu beranjak menjadi sendu-merindu ketika melihat sang istri sudah menantinya dengan penuh harap. Benarkah laut yang menasehati Yigit untuk tidak terlalu semena-mena dengan istrinya?? Bahkan sepertinya sang laut juga yang menyuruh Yigit untuk segera pulang menyelamatkan sang istri dari kebakaran yang disebabkan oleh Cemal. Inilah seperti perlambang cinta yang setulusnya. Cinta dari laut kepada Yigit, yang kemudian ditemukan Yigit dalam diri istrinya. Cinta yang hanya memikirkan yang terbaik untuk yang dicintai, tanpa memikirkan dirinya sendiri.
Pun begitu pula dengan saat masalah Haidar datang, sepertinya kembali laut yang jadi tempat pelampiasan kemarahan Yigit kemudian. Berteriak dan selalu berteriak, itulah kiranya salah satu yang harus laut terima ketika Yigit mendatanginya. Berteriak, kemudian lanjut diam dan merenungi, dan laut tetap akan setia dalam pandangannya. Seperti itulah Yigit dengan lautnya. Bahkan Nur tidak boleh mencemburuinya untuk yang satu ini. Lalu benarkah hanya laut teman setia Yigit untuk mengawal kesedihan dan kebahagiaannya? Ketika seusai berbicara dan memberi ultimatum kepda Haidar, Yigit rupanya mengenalkan yang selain laut sebagai tempat pelariannya. Ada sebuah bengkel tua yang di dalamnya juga terdapat beberapa koleksi mobil tua dengan peralatan bengkel yang lumayan lengkap. Bukan sekadar bengkel biasa, karena bengkel itu ternyata bagian dari sejarah masa lalu Yigit yang penuh dengan kemiskinan dan kerja keras. Bengkel yang menjadi saksi bagi Yigit dan juga Cahit betapa tidak enaknya menjadi orang miskin yang serba diremehkan dan dinistakan.
Kini, ketika segalanya sudah mulai berubah, semua menjadi lebih baik dari sebelumnya, bengkel itu senatiasa masih berada di tempatnya. Dulu mungkin Yigit hanya menjadi kacung di bengkel itu, tapi sekarang ketika dunia sudah dalam genggamannya, bengkel itu pun ikut berpindah status menjadi bengkel milik Yigit Kozan. Bengkel yang tak akan pernah dikomersilkan karena itu menyangkut bagian dari sejarah hidupnya yang tak akan banyak kata dan pura-pura ketika Yigit berlari masuk ke dalamnya. Bahkan Cahit, sang kakak juga sudah paham, kl bengkel tua tersebut menjadi salah satu ‘tempat persembunyian’ bagi Yigit ketika di dalam hatinya sedang berkecamuk masalah yang sedang memuncak. Yupz, bengkel tua dan laut, dua tempat yang seolah-olah paling nyaman karena keduanya menjanjikan ketenangan dan sisi-sisi melankolis dari seorang Yigit Kozan.
Yigit Kozan yang pemurung dan kaku, Yigit Kozan yang jauh dari kesan ekspresif untuk menggambarkan suasana hatinya, dia butuh tempat dan hal-hal yang sama sekali tak menuntutnya untuk mendadak bisa berubah. Namun demikian, dalam diam yang menguasai seolah-olah tempat-tempat tersebut tetap bisa membaca segala isi hatinya, itulah mengapa laut dan bengkel tua itu menjadi pelarian Yigit yang terindah. Inginnya, setelah sang istri sudah diperkenalkan dengan sang laut, giliran bengkel tua itu yang akan dikenalkan kepada sang istri tercinta. Bukankan dia sudah menjadi belahan hatimu yang berhak tahu tentang semua masalahmu, Yigit? Biarkan Nur menjadi semakin memahamimu dari tempat-tempat yang kiranya itu menjadi salah satu dari kebahagiaanmu. Bukankah laut dan bengkel selalu menjadi bagian dari cerita indahmu ketika kau membayangkan tentang Nur dan mimpi-mimpi indah kalian berdua??!
Halo, Nur... Ternyata memang tidak ada yang menjadi saingan beratmu. Kau, Mert, laut, atau juga bengkel tua itu, seperti halnya sesuatu yang benar-benar tidak bisa saling menggantikan. Semua hal tersebut seperti berjejalan di hati Yigit, tapi dijamin yang berjejalan itu tidak akan pernah saling menelikung satu sama lain. Yang berjejalan di hati itu justru akhirnya bersinergi dan saling mendukung. Dan mereka semua hanya satu alasan yaitu CINTA. Laut yang luas itu harapan, bengkel tua itu adalah bagian dari sejarah yang selalu menguatkan, Mert adalah masa depan, dan kau Nur... Kau adalah harapan, sang penguat, dan masa depan kebagiaan untuk Yigit sekarang dan selamanya. Doa yang terindah untuk kalian berdua. Aamiin. Have a special Sunday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar