\

Rabu, 16 Maret 2016

Posted by Unknown on 18.50.00 No comments
#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_58 Apa kabar hari ini, AVers?... Semoga sehat ya semuanyaaa... Kembali lagi remah-remahnya hadir di edisi ‘Rabu Rindu’... 


 
Yuhuuuuu... Flashbacknya akan saya tarik-balik menuju episode enam serial drama Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Ingin seru-seruan rumpi tentang jelitanya sang istri yang ternyata bikin makin baperrr dan sangat dirindukan oleh suami. Hehhe.. Yupz, ketika berbicara tentang episode enam, cerita yang berputar kurang lebih masih berkisar tentang ‘Cemal’s effect’, hahahaaa... Laki-laki menjelang gila akibat terlalu tergila-gila dengan Nur, yang sengaja didatangkan oleh sebuah konspirasi jahat Ny Aytul, Nazan, dan juga Tayyar, untuk membuat Nur merasa kurang nyaman dan pada akhirnya akan menggoyahkan perkawinannya dengan Yigit Kozan. Beneran goyah memang, tapi hanya sebatas ‘hujan petir’ saja, belum jadi ‘badai’ atau ‘angin puting beliung’, yang akan memporak-porandakan pertalian hati Yigit dan Nur. Meskipun ‘hujan petirnya’ sempat membuat Nur dan Yigit saling tersambar ketakutan dan kegelisahan juga, tapi so far, masih aman terkendali. Yuk mariii...

Ini adalah cerita sesudah kebakaran gudang rumah perkebunan Kozan yang disebabkan oleh Cemal. Kebakaran yang hampir merenggut nyawa istri Yigit Kozan kl tidak akhirnya sang suami sendiri yang turun-tangan di waktu yang tepat untuk menyelamatkan istrinya yang sudah jatuh terkapar, tak sadarkan diri di dalam gudang yang  sudah dipenuhi dengan api yang berkobar dan menjalar. Yigit yang kala itu masih larut dalam kemarahan dan kecemburuan kepada sang istri akibat kedatangan Cemal yang layaknya ‘monster tak diundang’, Yigit yang kala itu masih bungkam serta membisu, justru di saat istrinya sedang membutuhkan rangkulan dan pelukan hangat ketika Cemal menerornya. Akhirnya Tuhan benar-benar membuatmu menurunkan segala ego dan angkuhmu, Yigit... 


 Berulang kali juga saya mengatakan, baik itu dalam edisi review harian atau juga ketika saya sebelumnya pernah menyinggungnya di edisi remahan dengan topik kupasan yang berbeda, bahwa kebakaran itu memang seolah-olah jawaban dan sekaligus teguran dari Tuhan untuk Yigit yang kala itu lebih memilih memburu benar dan menangnya sendiri. Alih-alih mengajak istrinya bicara, mencari tahu ada apa sebenarnya dengan Cemal dan Nur, tapi ujung-ujungnya pembicaraan yang berlangsung malah tak ubahnya pengadilan ala Yigit untuk istrinya. Kemarahan yang begitu menguras energi dan perasaan, membentak-bentak Nur sedemikian kerasnya, macam Nur benar-benar seperti perempuan yang tidak bisa dipercaya saja. Boro-boro punya kesempatan untuk membela diri ya, Nur.. Baru ingin berusaha satu demi satu mengurai benang kusutnya, Yigit seperti sudah diburu dengan  bayangan-bayangan ketakutan serta asumsinya sendiri.

Dan sekarang Tuhan sudah menjawab semua keraguan dan kemarahan-kemarahanmu sebelumnya, Yigit... Andai malam itu kau sudah bisa menyelesaikan segalanya dengan Nur, meluruskan segala kesalahpahaman yang terjadi dengan istrimu, kau tidak perlu repot-repot untuk pergi ke laut hanya untuk mengadu dan melepaskan segala penat dan kekesalan. Andai malam itu kau berada di rumah, bahkan mungkin kedatangan Cemal yang sudah direncanakan, bisa kau ketahui lebih cepat dan tidak sampai harus membuat Nur menjadi korban penyerangan Cemal dan juga gudang yang tak perlu sampai terbakar. Lautmu itu bukan jawaban dari segala masalah-masalah yang seringkali kau hadapi, Yigit... Laut tidak akan menyelesaikan masalahmu, seandainya kau tidak juga membuka mata, pikiran, serta hati untuk mempunyai niat baik menyelesaikan segalanya. Bukan berarti melarang datang ke laut, silakan saja. Tapi berharap sesudah pergi ke laut ada efek positif yang bisa ditimbulkan kemudian.



Ya mungkin ada korelasi yang mau tidak mau terpaksa saya hubung-hubungkan kemudian, hahahaaa... Mau ngawur atau bukan, kan hanya seru-seruan, xixixiii... Ketika Yigit pergi ke laut, begitu sampai di rumah disambut dengan kobaran api. Bermaksud pergi ke laut untuk mendinginkan pikiran, setelah sampai di rumah mendapat jawabannya justru lautan api yang kembali memanaskan hati dan seluruh jiwa. Inilah hidup!!! Kl pun tidak ada api yang berkobar, dinginnya laut yang didatangi juga tidak menjamin akan kembali menentramkan gejolak yang sedang bergelut di hati , maka kemudian justru dibuat menjadi semakin memanas, agar otak dan hati juga semakin bersinergi, dan pada akhirnya keduanya bisa saling sinkron menuju pendinginan yang saling seimbang. Hadddeh... Bahkan saya juga jadi bingung sendiri dengan analogi ngawur yang saya lontarkan di bagian ini. Wkwkwkwkwkkk...

Pada akhirnya, nyawa Nur berhasil diselamatkan oleh tangan suaminya sendiri. Suami yang sebelumnya masih menaruh curiga yang berlebihan kepadanya, suami yang memusuhinya justru karena penyakit cemburu yang berkepanjangan. Itu berarti Tuhan masih menyelamatkan citra Yigit di hadapan Nur, hahahaaa... Coba kl yang menyelamatkan Nur kala itu Emin, Cahit, atau bahkan Sinan, bukan tak mungkin Yigit malah semakin menumpuk malu di mukanya sendiri kan?! Tahu sendiri kl bos Kozan ini sudah berurusan dengan malu, bukan bagaimana caranya segera menyudahi malu, tapi justru akan berusaha menutupi malu tersebut dengan makin berlaku semena-mena kepada istri... Hahha.. Tuhan Yang Maha Baik dan Bijaksana, Yigit... Kau akhirnya jadi pahlawan lagi untuk Nur, bukan sekadar pecundang atau pengecut bodoh.

Pahlawannya Nur dan juga cinta sejatinya, yang ironisnya justru sang suami sendiri yang sering merasa tidak percaya kl istrinya hanya mencintai serta memujanya. Atau tidak PeDe tepatnya, wkwkwkwkkk... Saking cintanya pada Nur, justru akibatnya seperti Yigit merasa ia harus over protektif sekaligus over posesif. Ya, OK lah... Untuk yang over protektif dan posesif, kita bahas untuk lain waktu saja, hahahaaa... Karena yang sekarang kita butuhkan adalah kembali berfungsinya status suami untuk seorang Yigit Kozan. Suami yang benar-benar mengkhawatirkan sikon istrinya dan menjanjikan bahwa untuk ke depan akan lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Berhentilah ribet dengan segala asumsimu sendiri, Yigit... Belajarlah mendengarkan istrimu karena kau memang tak lagi sendirian untuk mengarungi hidup ini. 




Sekarang di kala pikiran dan hati sudah kembali terbuka, berjalan seiring dan sejalan, bahkan kau bisa melihat lagi betapa jelitanya Nur dan betapa kau harus selalu melindunginya. Pagi itu, seusai Yigit memberikan instruksi kepada beberapa pengawal bayaran untuk menjaga dan mengawasi rumah perkebunan Kozan, dia sendiri yang menyambut kepulangan Nur dari rumah sakit. Sorot mata khawatir yang bercampur dengan rindu, tak bisa dipungkiri itulah sorot mata Yigit ketika melihat Nur dipapah berjalan oleh Emin. Duh, padahal inginnya yang memapah jalan si jelita sang suami tuh, hahha.. Sabarrr!!! Sejenak mata saling memandang,,, Duh, Nur.. Cantik sekali kamu pagi itu... Matamu yang hijau itu tampak makin hidup dan berbinar-binar terang... Wajahmu terlihat segar dan bersinar dengan rambut yang dibiarkan terurai cantik serta bibir yang terpulas lipstik bernuansa manis... Sang suami yang sedang dekat berhadapan di depanmu seperti tak lepas untuk memandangmu, Nur... Meski kalian harus sedikit bersandiwara lagi karena ada Emin dan Hafize di kanan-kiri, tapi tetap..aura cintanya begitu nyata dari pandangan mata Yigit dan Nur. 


Tak cukup ketika siang hanya bisa saling memandang, Yigit rupanya tahu benar bagaimana dia harus menuntaskan rasa rindunya kepada Nur kala itu. Sukaaaaa banget melihat scene Yigit menunggui Nur di kamarnya, sementara Nur masih menidurkan Mert di kamar anak tirinya tersebut. Yigit yang ketika itu usai bertengkar dengan Sinan, pasca Sinan mabuk dan meracau yang mengacaukan acara makan malam Keluarga Kozan, memang seperti sudah merencanakan dan berniat dari dasar hati, bahwa malam itu ridunya harus terpenuhi. Yuhuuuu... Dan akhirnya ketika Nur masuk ke kamar dan mendapati suaminya ternyata sudah menunggunya, ada perasaan terkejut, tapi berasa terkejutnya Nur belum sampai tahap paripurna, ech sudah keburu Yigit yang mendekati serta lanjut memeluknya erat-erat. Bruukk..brruuk..brruukk... Bbbeet..bbeet..bbeettt... Sssseett..ssseett..ssseett !!!  Wkwkwkwkkwkkk... Duh, ketika pelukan yang erat itu disertai dengan mata Yigit dan Nur yang saling terpejam, seperti melihat setumpuk rindu yang akhirnya baru bisa tersalurkan beberapa waktu kemudian. Pelukan yang erat dan dalam serta mata yang terpejam seakan-akan menggambarkan bahwa keduanya benar-benar ingin terlarut dengan bahagia dan rindu yang lama sudah saling tertahan dan terpendam di lubuk hati.


Bahkan ketika pelukan sudah terlepas, mata ternyata seakan-akan belum ingin meninggalkan momen membahagiakan tersebut. Raga juga sepertinya masih senantiasa enggan untuk saling menjauh, seperti halnya jiwa yang ingin selalu saling berdekatan. Syukur sekaligus rindu ya, Yigit karena sang istri bisa selamat dari bahaya dan masih ada di hadapannya sampai saat ini.  Untuk selanjutnya apa yang akan dikatakan Nur kepadamu nanti, itu sudah sepatutnya selalu menjadi tugasmu sebagai seorang suami kepada istrinya untuk selalu bisa bertahan, meyakinkan, dan memenangkan yang tercinta. Apa itu?? Apapun yang akan dikatakan istrimu kemudian, berharap jangan kau lepaskan Nur, Yigit. Jangan sia-siakan lagi waktu dan kesempatan yang banyak terbuang hanya karena ego dan cemburu yang keterlaluan. Masih banyak cobaan dan ujian yang lebih berat, yang membutuhkan kalian berdua untuk lebih seiya-sekata di esok hari atau juga yang akan datang.. Happy Wednesday, AVers... Salam hangat.
Categories:

0 comments:

Posting Komentar