#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_66
Semangattt, AVers... Edisi ‘Selasa Sahaja’ remahannya
hadir kembali... Kl kemarin flashbacknya ada di episode 18
(delapan belas), hari ini flashback akan mundur selangkah
menuju ke episode 17 (tujuh belas) serial drama Asla Vazgecmem
(Antara Nur Dan Dia). Hhmmm... Setelah kemarin membicarakan
‘seksinya’ balas dendam, kali ini gilirannya kita bicara tentang
kekhawatiran dan kegalauan seorang ibu.
Khawatir dan galau karena
melihat anak perempuannya justru terlihat menderita di saat ia mulai
jatuh cinta dan akhirnya memutuskan berumah tangga dengan laki-laki
pilihan hatinya. Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang
jalan (meskipun jalan seringkali ada buntunya juga lho yaaa,
hehhe..), inilah cinta yang ketulusannya takkan lekang dimakan ruang
dan waktu. Meskipun kadang sang anak seringkali membantah dan
menyakiti hati, tapi dia tetap jadi keseluruhan jiwa dan nurani. Yuk
mariii, gilirannya bercerita tentang Hafize, ketika dia mendapati
sang keponakan yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri, ternyata
telah menambatkan hati dan hidupnya kepada Yigit Kozan, sang majikan
dari Hafize sendiri.
Hafize...
Perawakannya kecil, sudah sepuh, tapi masih ada gurat kecantikan
nampak di wajahnya. Sangat keibuan, bersahaja, dan penyabar. Bahkan
ketika dia harus menghadapi Tayyar yang cenderung licik, menyebalkan,
dan hobi KDRT, Hafize selalu dalam posisi yang mengalah dan tak mau
ambil pusing dengan segala kejelekan suaminya. Dia tetap mengabdi dan
mencintai sang suami. Sayang anak sulungnya, Elmas justru banyak
mewarisi sifat jelek ayahnya. Tapi beruntung, Hafize masih punya
Emin, anak bungsunya yang justru banyak mewarisi sifat-sifat serta
kebaikannya. Ketika dia pada akhirnya dititipi sebuah amanat untuk
ikut menjaga Nur, keponakannya yang telah yatim piatu, Hafize
benar-benar memperlakukan Nur sama seperti dia memperlakukan Elmas
dan Emin. Pendek cakap, Nur sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Terlebih ketika Nur justru terlihat lebih peduli dan perhatian kepada
Hafize dibanding Elmas, berasa harusnya yang jadi anaknya Hafize Nur
z deh, hehhe..
Selalu
teringat ketika di awal-awal episode, saat Hafize masih sering
terlihat jadi korban ringan tangan sang suami, Nur lah justru yang
paling vokal ketika membela sekaligus menentang keras perbuatan
Tayyar kepada bibinya. Sedangkan Elmas, dia hanya sibuk mengutuki
orang tuanya sendiri kenapa mereka harus hidup melarat dan jauh dari
kemewahan harta. Bahkan saat melihat ibunya dengan muka lebam-lebam,
Elmas justru semakin nyaring acara sindir-menyindirnya. Ya Alloh...
Lihatlah Hafize yang hanya menunduk tak berdaya di sebelah Nur dan
masih terlihat marah dengan sikon yang waktu itu sedang
dihadapinya... Hafize selalu mengingatkan saya dengan sosok para
lakon protagonis perempuan sinetron dalam negeri dalam mencari
pembenaran, siimpati, atau empati gaya klise nan jadul,
wkwkwkwkwkkk... Luar biasa sabar, submisif, hampir tanpa perlawanan
meski deraan dan cobaan dari sang antagonis silih-berganti
menghantui, dan benar-benar diembeli-embeli predikat ‘setengah ibu
peri’ atau ‘jelmaan dewi’, wkwkwkwkkk... Baik, naif, atau bodoh
sieee yaaa...
Meskipun
demikian, layaknya seorang ibu Hafize juga tak lepas dari
kemarahan-kemarahan kepada anak-anaknya. Kemarahan yang tentunya
karena dia merasa sayang dan begitu perhatian dengan nasib
anak-anaknya. Bahkan untuk Elmas yang sudah berkali-kali
mempermalukan dan mengecewakan hatinya, Hafize belum akan
mengeringkan air matanya untuk anak gadisnya tersebut. Anakku sayang,
anakku malang. Sampai berniat untuk berlutut di kaki Yigit pun,
Hafize tak segan untuk melakukannya andai saat itu Yigit tidak
mencegahnya, hanya demi memohon supaya Elmas tidak jadi diusir dari
rumah perkebunan Kozan. Padahal apa yang didapat Hafize dari Elmas,
selain hanya malu dan malu... Tapi itulah seorang ibu... Sang anak
apapun bentuk dan tabiatnya, mereka akan selalu menjadi kebanggaan
dan kebahagiaan untuk ibu dan juga ayahnya.
Terlebih
ketika sudah berurusan dengan amanat, karena itulah berasa Nur
kesannya lebih didahulukan daripada Elmas ketika dulu ada konflik
‘pemaksaan Haidar’, hahahaaa.. Maksud hati beneran baik sieee,
tapi Ya Tuhan, Hafize... Hanya karena kepincut Haidar yang baru
pulang dari Jerman dan terlihat sudah mapan, maka buru-buru ia pesan
tempat agar Nur keponakannya segera dilamar dan dipersunting.
Hadddeh... Coba Hafize kala itu sudah tahu kl ternyata keponakannya
sudah bersuami dan suaminya lebih dan lebih segalanya dibanding
Haidar, wkwkwkwkwkkk... Berani jamin, pasti kala itu Yigit merasa
begitu jengkel dan senewen dengan asisten rumah tangga yang sangat
dihormatinya tersebut. Bahkan mungkin rasanya Yigit ingin berteriak
dan membentak Hafize, “... Jangan kau jodohkan istriku dengan
laki-laki pilihanmu, Hafize!!!...” Hahahaaa... Begitu juga dengan
Hafize yang dulu juga mendadak sangat kebingungan ketika tuan yang
paling diseganinya tersebut tiba-tiba ikut ribet mengurusi masalah
perjodohan keponakannya dengan Haidar. Sampai acara labrak-melabrak
pun nekad dilakukan coba... Bagaimana Hafize tidak tambah dibikin
bingung serta kewalahan dengan ulah Yigit, wkwkwkwkwkkk...
Maka
ketika jawaban dari segala kebingungan dan kewalahan yang selama ini
begitu menumpuk di benak Hafize, kala melihat kebersamaan Nur dan
Yigit yang dinilainya sudah terlalu di luar batas kewajaran, akhirnya
dijelaskan dengan tegas dan gamblang beberapa waktu kemudian oleh
Yigit, entah apa yang akhirnya berkecamuk di hati Hafize saat itu...
Di saat sang keponakan dan suaminya mengaku dan meminta restu untuk
pernikahan yang mereka sembunyikan selama ini, Hafize justru terlihat
makin bingung. Antara kaget, bahagia, tak percaya, tapi juga
menyedihkan karena pada kenyataannya justru ia melihat Nur terkesan
belum mendapatkan apa yang disebutnya sebagai kebahagiaan sebagai
seorang istri Yigit Kozan. Di benak Hafize terlihat makin beban,
justru karena keponakannya itu bagian dari amanat saudaranya sendiri.
Amanat yang memang bukan main-main karena urusannya adalah dengan
tanggung jawab dan nasib seseorang. Naluri keperempuanan dan
keibuannya otomatis juga langsung bereaksi, ibu mana yang tega dan
diam saja melihat nasib pernikahan anak perempuannya seperti hanya
dalam bayang-bayang, padahal mereka melakukan pernikahan yang resmi
dan saling mencintai... Bukan pasangan peselingkuh atau juga seorang
suami yang sedang menjadikan keponakannya tersebut seorang istri
simpanan. Bahkan mungkin setelah dulu masalah Elmas, kali ini Hafize
terpaksa harus menahan kesedihan hatinya lagi..melebarkan derajat
kesabaran karena melihat Nur harus menderita dengan cinta dan
pernikahannya.
Entah
akhirnya pengakuan Yigit dan Nur sebagai suami-istri akhirnya justru
membuat Hafize makin menanggung beban dan semakin bingung dengan
kenyataan yang sekarang dihadapinya, yang jelas setelah pengakuan
Yigit dan Nur tersebut, Hafize justru seperti terlihat sedikit ada
perasaan yang kurang suka ketika melihat kebersamaan Yigit dengan
Iclal, yang faktanya memang hanya pura-pura. Tapi sepura-pura apapun,
tapi jika yang dilihat Hafize secara kasat mata adalah Yigit justru
tampak mesra dengan Iclal, terlihat suap-suapan, dan begitu akrab
dengan keluarga besarnya, sementara keponakannya yang notabene
istri sahnya justru dibiarkan tanpa perhatian, diposisikan hanya
sebagai pengasuh anak, bibi mana atau ibu mana yang akan tahan
melihat kepura-puraan itu semua? Mau marah lha wonk yang
dimarahi itu majikannya... Padahal Hafize punya hak untuk marah dan
merasa dilecehkan dengan sikap Yigit yang terkesan plin-plan dan tak
menjaga perasaan keponakannya... Tapi mau bagaimana lagi ketika
konsep perikemanusiaan untuk Iclal lagi-lagi dikeluarkan sebagai alat
untuk pembenaran bahwa keponakan cantiknya tersebut sebaiknya memang
mengalah terlebih dahulu. Hafize mungkin hanya bisa menuntut
sekaligus menasehati kepada Nur, supaya dia lebih sabar dan bersikap
sebagai seorang istri yang sah dan sebenarnya.
Hanya
pelukan hangat yang bisa Hafize berikan untuk Nur, sekadar sebagai
bentuk penyemangat menumbuhkan kesabaran untuk posisinya tersebut.
Bahkan ketika akhirnya saat itu Hafize harus berhadapan denagn Iclal
dan juga Yigit, Hafize berubah jadi sosok yang penuh kebingungan
untuk bersikap apa dan bagaimana seharusnya..serba rikuh dan tak
nyaman. Belum lagi harus menghadapi Iclal... Hhmmm.., berani jamin
yang sebenarnya dalam hatinya, pasti Hafize ingin menyingkirkan Ny
Yigit Kozan abal-abal tersebut... Tapi ya sudahlah, ‘sang amanat’
itu meskipun perih tapi dia setidak-tidaknya sudah menemukan
laki-laki yang benar-benar dicintainya. Sang keponakan juga terlihat
bertanggung jawab dan konsekuen dengan pilihan hatinya. Jalan hidup
seseorang, biarlah Tuhan yang berkenan mengatur dan memutuskan.
Hafize
setidak-tidaknya juga paham, seperti apa seorang Yigit Kozan
sebenarnya. Lebih dari Ny Aytul yang terkesan mencelakakan nasib
hidup Yigit, Hati Hafize harusnya semakin menyadari ketulusan seperti
apa yang dipersembahkan oleh Yigit untuk Nur. Maka dari itu, ketika
Yigit memaksa dengan penuh kesantunan untuk mencium tangannya, Hafize
hanya bisa berpasrah meski kebingungan juga belum bisa pudar dari
raut wajahnya. Yigit kala itu akhirnya bisa memohon restu kepada
perempuan yang sudah dianggap ibu sendiri oleh istrinya. Yigit hanya
minta didoakan Hafize agar pernikahannya dengan Nur senantiasa
bahagia. Aamiin. Berbahagialah, Hafize... Meski keponakanmu dan
suaminya jalan pernikahannya begitu memprihatinkan, tapi lihatlah
rona bahagia dua orang tersebut, sangat tidak layak untuk dikatakan
kl Nur dan Yigit hanya terkesan pura-pura bahagia. Sekarang kau bisa
berganti mengurus Elmas dan perjodohannya. Semoga kau selalu kuat dan
diberkahi kesehatan oleh Sang Khalik. Pokoknya gak rela bangetzzz
melihat Hafize sengsara gara-gara Elmas. Harus bahagia!!! Have a
nice Tuesday, AVers... Salam hangat.
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar