\

Selasa, 29 Maret 2016

Posted by Unknown on 18.56.00 No comments

#AniesWidiyarti_EdisiRemahanYangTercecerAntaraNurDanDia_66 Semangattt, AVers... Edisi ‘Selasa Sahaja’ remahannya hadir kembali... Kl kemarin flashbacknya ada di episode 18 (delapan belas), hari ini flashback akan mundur selangkah menuju ke episode 17 (tujuh belas) serial drama Asla Vazgecmem (Antara Nur Dan Dia). Hhmmm... Setelah kemarin membicarakan ‘seksinya’ balas dendam, kali ini gilirannya kita bicara tentang kekhawatiran dan kegalauan seorang ibu. 

Khawatir dan galau karena melihat anak perempuannya justru terlihat menderita di saat ia mulai jatuh cinta dan akhirnya memutuskan berumah tangga dengan laki-laki pilihan hatinya. Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan (meskipun jalan seringkali ada buntunya juga lho yaaa, hehhe..), inilah cinta yang ketulusannya takkan lekang dimakan ruang dan waktu. Meskipun kadang sang anak seringkali membantah dan menyakiti hati, tapi dia tetap jadi keseluruhan jiwa dan nurani. Yuk mariii, gilirannya bercerita tentang Hafize, ketika dia mendapati sang keponakan yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri, ternyata telah menambatkan hati dan hidupnya kepada Yigit Kozan, sang majikan dari Hafize sendiri.

Hafize... Perawakannya kecil, sudah sepuh, tapi masih ada gurat kecantikan nampak di wajahnya. Sangat keibuan, bersahaja, dan penyabar. Bahkan ketika dia harus menghadapi Tayyar yang cenderung licik, menyebalkan, dan hobi KDRT, Hafize selalu dalam posisi yang mengalah dan tak mau ambil pusing dengan segala kejelekan suaminya. Dia tetap mengabdi dan mencintai sang suami. Sayang anak sulungnya, Elmas justru banyak mewarisi sifat jelek ayahnya. Tapi beruntung, Hafize masih punya Emin, anak bungsunya yang justru banyak mewarisi sifat-sifat serta kebaikannya. Ketika dia pada akhirnya dititipi sebuah amanat untuk ikut menjaga Nur, keponakannya yang telah yatim piatu, Hafize benar-benar memperlakukan Nur sama seperti dia memperlakukan Elmas dan Emin. Pendek cakap, Nur sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Terlebih ketika Nur justru terlihat lebih peduli dan perhatian kepada Hafize dibanding Elmas, berasa harusnya yang jadi anaknya Hafize Nur z deh, hehhe..

Selalu teringat ketika di awal-awal episode, saat Hafize masih sering terlihat jadi korban ringan tangan sang suami, Nur lah justru yang paling vokal ketika membela sekaligus menentang keras perbuatan Tayyar kepada bibinya. Sedangkan Elmas, dia hanya sibuk mengutuki orang tuanya sendiri kenapa mereka harus hidup melarat dan jauh dari kemewahan harta. Bahkan saat melihat ibunya dengan muka lebam-lebam, Elmas justru semakin nyaring acara sindir-menyindirnya. Ya Alloh... Lihatlah Hafize yang hanya menunduk tak berdaya di sebelah Nur dan masih terlihat marah dengan sikon yang waktu itu sedang dihadapinya... Hafize selalu mengingatkan saya dengan sosok para lakon protagonis perempuan sinetron dalam negeri dalam mencari pembenaran, siimpati, atau empati gaya klise nan jadul, wkwkwkwkwkkk... Luar biasa sabar, submisif, hampir tanpa perlawanan meski deraan dan cobaan dari sang antagonis silih-berganti menghantui, dan benar-benar diembeli-embeli predikat ‘setengah ibu peri’ atau ‘jelmaan dewi’, wkwkwkwkkk... Baik, naif, atau bodoh sieee yaaa...

Meskipun demikian, layaknya seorang ibu Hafize juga tak lepas dari kemarahan-kemarahan kepada anak-anaknya. Kemarahan yang tentunya karena dia merasa sayang dan begitu perhatian dengan nasib anak-anaknya. Bahkan untuk Elmas yang sudah berkali-kali mempermalukan dan mengecewakan hatinya, Hafize belum akan mengeringkan air matanya untuk anak gadisnya tersebut. Anakku sayang, anakku malang. Sampai berniat untuk berlutut di kaki Yigit pun, Hafize tak segan untuk melakukannya andai saat itu Yigit tidak mencegahnya, hanya demi memohon supaya Elmas tidak jadi diusir dari rumah perkebunan Kozan. Padahal apa yang didapat Hafize dari Elmas, selain hanya malu dan malu... Tapi itulah seorang ibu... Sang anak apapun bentuk dan tabiatnya, mereka akan selalu menjadi kebanggaan dan kebahagiaan untuk ibu dan juga ayahnya.

Terlebih ketika sudah berurusan dengan amanat, karena itulah berasa Nur kesannya lebih didahulukan daripada Elmas ketika dulu ada konflik ‘pemaksaan Haidar’, hahahaaa.. Maksud hati beneran baik sieee, tapi Ya Tuhan, Hafize... Hanya karena kepincut Haidar yang baru pulang dari Jerman dan terlihat sudah mapan, maka buru-buru ia pesan tempat agar Nur keponakannya segera dilamar dan dipersunting. Hadddeh... Coba Hafize kala itu sudah tahu kl ternyata keponakannya sudah bersuami dan suaminya lebih dan lebih segalanya dibanding Haidar, wkwkwkwkwkkk... Berani jamin, pasti kala itu Yigit merasa begitu jengkel dan senewen dengan asisten rumah tangga yang sangat dihormatinya tersebut. Bahkan mungkin rasanya Yigit ingin berteriak dan membentak Hafize, “... Jangan kau jodohkan istriku dengan laki-laki pilihanmu, Hafize!!!...” Hahahaaa... Begitu juga dengan Hafize yang dulu juga mendadak sangat kebingungan ketika tuan yang paling diseganinya tersebut tiba-tiba ikut ribet mengurusi masalah perjodohan keponakannya dengan Haidar. Sampai acara labrak-melabrak pun nekad dilakukan coba... Bagaimana Hafize tidak tambah dibikin bingung serta kewalahan dengan ulah Yigit, wkwkwkwkwkkk...

Maka ketika jawaban dari segala kebingungan dan kewalahan yang selama ini begitu menumpuk di benak Hafize, kala melihat kebersamaan Nur dan Yigit yang dinilainya sudah terlalu di luar batas kewajaran, akhirnya dijelaskan dengan tegas dan gamblang beberapa waktu kemudian oleh Yigit, entah apa yang akhirnya berkecamuk di hati Hafize saat itu... Di saat sang keponakan dan suaminya mengaku dan meminta restu untuk pernikahan yang mereka sembunyikan selama ini, Hafize justru terlihat makin bingung. Antara kaget, bahagia, tak percaya, tapi juga menyedihkan karena pada kenyataannya justru ia melihat Nur terkesan belum mendapatkan apa yang disebutnya sebagai kebahagiaan sebagai seorang istri Yigit Kozan. Di benak Hafize terlihat makin beban, justru karena keponakannya itu bagian dari amanat saudaranya sendiri. Amanat yang memang bukan main-main karena urusannya adalah dengan tanggung jawab dan nasib seseorang. Naluri keperempuanan dan keibuannya otomatis juga langsung bereaksi, ibu mana yang tega dan diam saja melihat nasib pernikahan anak perempuannya seperti hanya dalam bayang-bayang, padahal mereka melakukan pernikahan yang resmi dan saling mencintai... Bukan pasangan peselingkuh atau juga seorang suami yang sedang menjadikan keponakannya tersebut seorang istri simpanan. Bahkan mungkin setelah dulu masalah Elmas, kali ini Hafize terpaksa harus menahan kesedihan hatinya lagi..melebarkan derajat kesabaran karena melihat Nur harus menderita dengan cinta dan pernikahannya.

Entah akhirnya pengakuan Yigit dan Nur sebagai suami-istri akhirnya justru membuat Hafize makin menanggung beban dan semakin bingung dengan kenyataan yang sekarang dihadapinya, yang jelas setelah pengakuan Yigit dan Nur tersebut, Hafize justru seperti terlihat sedikit ada perasaan yang kurang suka ketika melihat kebersamaan Yigit dengan Iclal, yang faktanya memang hanya pura-pura. Tapi sepura-pura apapun, tapi jika yang dilihat Hafize secara kasat mata adalah Yigit justru tampak mesra dengan Iclal, terlihat suap-suapan, dan begitu akrab dengan keluarga besarnya, sementara keponakannya yang notabene istri sahnya justru dibiarkan tanpa perhatian, diposisikan hanya sebagai pengasuh anak, bibi mana atau ibu mana yang akan tahan melihat kepura-puraan itu semua? Mau marah lha wonk yang dimarahi itu majikannya... Padahal Hafize punya hak untuk marah dan merasa dilecehkan dengan sikap Yigit yang terkesan plin-plan dan tak menjaga perasaan keponakannya... Tapi mau bagaimana lagi ketika konsep perikemanusiaan untuk Iclal lagi-lagi dikeluarkan sebagai alat untuk pembenaran bahwa keponakan cantiknya tersebut sebaiknya memang mengalah terlebih dahulu. Hafize mungkin hanya bisa menuntut sekaligus menasehati kepada Nur, supaya dia lebih sabar dan bersikap sebagai seorang istri yang sah dan sebenarnya.

Hanya pelukan hangat yang bisa Hafize berikan untuk Nur, sekadar sebagai bentuk penyemangat menumbuhkan kesabaran untuk posisinya tersebut. Bahkan ketika akhirnya saat itu Hafize harus berhadapan denagn Iclal dan juga Yigit, Hafize berubah jadi sosok yang penuh kebingungan untuk bersikap apa dan bagaimana seharusnya..serba rikuh dan tak nyaman. Belum lagi harus menghadapi Iclal... Hhmmm.., berani jamin yang sebenarnya dalam hatinya, pasti Hafize ingin menyingkirkan Ny Yigit Kozan abal-abal tersebut... Tapi ya sudahlah, ‘sang amanat’ itu meskipun perih tapi dia setidak-tidaknya sudah menemukan laki-laki yang benar-benar dicintainya. Sang keponakan juga terlihat bertanggung jawab dan konsekuen dengan pilihan hatinya. Jalan hidup seseorang, biarlah Tuhan yang berkenan mengatur dan memutuskan.

Hafize setidak-tidaknya juga paham, seperti apa seorang Yigit Kozan sebenarnya. Lebih dari Ny Aytul yang terkesan mencelakakan nasib hidup Yigit, Hati Hafize harusnya semakin menyadari ketulusan seperti apa yang dipersembahkan oleh Yigit untuk Nur. Maka dari itu, ketika Yigit memaksa dengan penuh kesantunan untuk mencium tangannya, Hafize hanya bisa berpasrah meski kebingungan juga belum bisa pudar dari raut wajahnya. Yigit kala itu akhirnya bisa memohon restu kepada perempuan yang sudah dianggap ibu sendiri oleh istrinya. Yigit hanya minta didoakan Hafize agar pernikahannya dengan Nur senantiasa bahagia. Aamiin. Berbahagialah, Hafize... Meski keponakanmu dan suaminya jalan pernikahannya begitu memprihatinkan, tapi lihatlah rona bahagia dua orang tersebut, sangat tidak layak untuk dikatakan kl Nur dan Yigit hanya terkesan pura-pura bahagia. Sekarang kau bisa berganti mengurus Elmas dan perjodohannya. Semoga kau selalu kuat dan diberkahi kesehatan oleh Sang Khalik. Pokoknya gak rela bangetzzz melihat Hafize sengsara gara-gara Elmas. Harus bahagia!!! Have a nice Tuesday, AVers... Salam hangat.

Categories:

0 comments:

Posting Komentar