Kl remahan yang kemarin sudah melepas rindu dengan ‘gaya emak-emak’nya Yigit Kozan, sekarang gantian memuaskan rindu bersama serasi dan indahnya Yigit dan Nur apabila mereka tengah kompak berdua. Ciieeeeee... Baperrr..baperrr deh, hahahaaa...
Lupakan dulu tentang peristiwa oles-oles sunblock konyol yang dilakukan Yigit bersama dengan ‘ikan bekunya’ atau juga kencan berdua Yigit dan Nur di atas kapal yang akhirnya kepergok oleh Iclal, hahha... Sekarang niatnya ingin meremah di antara dua yang membelalakkan mata dan hati tersebut... Ingin meremah sejenak yang di tengah-tengah, yang nyempil-secuil, tapi penting, untuk kemudian menjadi bahan introspeksi dan sekaligus kontemplasi bagi Yigit dan Nur dalam memaknai pernikahan yang selama ini sudah mereka jalani. Ini tentang seorang istri yang akhirnya berani melontarkan apa yang sebenarnya menjadi inti permasalahan untuk sakit hatinya selama ini, sebagai pendamping Yigit Kozan. Dan ini tentang suami yang berusaha untuk terus meyakinkan kepada istrinya bahwa dia sebenarnya juga bisa merasakan apa yang selama ini istrinya rasakan. Tapi apa itu saja cukup untuk membayar kesakitan dan menggantinya kemudian dengan sebuah kebahagiaan yang sesungguhnya?? Setidak-tidaknya, inti dari permasalahan yang dihadapi oleh Yigit dan Nur sudah mulai jujur untuk saling dikemukakan... Dan setidak-tidaknya, apabila inti masalahnya sudah ketemu, tinggal bagaimana sekarang caranya mereka berdua untuk menyikapi dan berjuang untuk mengatasinya bersama-sama.
Ketika perlahan-lahan ‘tembok’ yang sebelumnya begitu dipaksakan dibangun karena bermaksud untuk menutupi malu dan sekaligus takut jatuh harga diri di hadapan sang istri, mulai dihancurkan secara perlahan-lahan, maka seketika itu juga apa yang selama ini menjadi kebuntuan sang istri untuk menyuarakan isi hatinya akhirnya terbuka juga. Yigit, memang kau selama ini yang seolah-olah menjadi sumber dari segala sumber penderitaan istrimu sendiri. Kau mencintainya, tapi apa yang selama ini sudah kau lakukan untuk istrimu? Bandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan untuk mantan istrimu, yang sudah bukan menjadi apa-apamu lagi..bukan muhrimmu lagi, selain hanya Iclal adalah ibu dari Mert, anak kandungmu... Kau seperti sesuka hati melakukan apa saja di depan istrimu, sementara giliran istrimu, ketika dia ingin sekadar beraktivitas di luar kegiatannya sebagai seorang pengasuh anakmu, kau malah berlaku memusuhinya. Bahkan istrimu untuk sekadar melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri kepada suaminya, dia berasa tidak beroleh kesempatan sama sekali. Malah ujung-ujungnya kau seperti halnya laki-laki tak berdaya ketika sudah berurusan dengan Iclal, yang kl Nur tidak berlebihan untuk menyebutnya, mantan istrimu itu seperti perempuan saingan untuk keberadaannya di sisimu.
Dan itulah inti permasalahannya sebenarnya, Yigit. Nur sudah dengan tegas mengatakannya kepadamu, bahwa sebagai suami kau tidak sedang membagi istrimu dengan laki-laki lain atau sebagai suami kau tidak harus disuguhi pemandangan istrimu bersama dengan laki-laki yang lain. Ini lhoooh, suami yang sebenar-benarnya inti kesakitannya. Mungkin Nur juga sudah begitu jelas mendengarkan berbagai alasan peri kemanusiaanmu terhadap Iclal, bahkan mungkin karena sudah saking jelasnya, jadinya malah terkesan seperti bikin ‘mabok’ karena eneg. Tapi ya tetep saja, hati istri mana yang tidak sakit apabila melihat suaminya justru dicumbu tiada henti oleh mantan istri?? Masih ditambah, seringkali sang suami justru tidak dewasa dalam menyikapi ‘peri kemanusiaan konyolnya’ dan ujung-ujungnya jika sedang berkonflik dengan sang istri justru isu peri kemanusiaannya sengaja ditonjolkan untuk sekaliyan memberi pelajaran bagi kesalahan sang istri. Hahha.. Pelajaran nie yeee... Maksud hati, Iclal ini digunakan Yigit sebagai ‘alat’ untuk menyakiti Nur, supaya Nur sebagai istri mau nurut dengan semua kata suami. Lha iya kl suaminya pantas untuk diturut? Hahha..
‘Jangan main air kl tidak mau kebasahan dan jangan main api jika tidak mau kegosongan’... Baru juga Nur menjadi model dan itu bukan pelacur, Yigit, kau sudah antipati tidak karuan. Jadi apa kabar dunk dengan yang selama ini sudah digandeng kesana-kemari, ditentang-tentang kemana pergi, atau juga dipepat-pepet sesuka hati oleh mantan istri? Kl Nur mau main adu antipati, harusnya Nur yang lebih antipati. Inginnya istri diam di rumah saja, turut kata suami, tapi yang menyuruh diam dan nurut sukanya melanggar janji dan seenak-enaknya sendiri, bagaimana Nur lama-lama tidak seperti meradang... Kau pikir dengan kau jawabi, “... Kau sekarat oleh rasa amarahmu, sedangkan aku sekarat dalam ketidakberdayanku...”, lalu Nur akan balik diam dan membiarkanmu seenak jidat bermain ala-ala suami-istrian dengan Iclal begitu ya, Yigit? Ech..ech... Kamu pikir istrimu itu patung Venus, yang cantik jelita, tapi tidak bisa merasakan apa-apa gitu ya?? Plizzz deh, Nur sudah memberikan pengertiannya untuk kau merasa bertanggung jawab dengan Iclal, tapi ya jangan terus kebablasan rasa tanggung jawabnya... Bahkan malah akhirnya pengertiannya berasa seperti diinjak-injak ego dan menang sendiri.
Akan tetapi balik lagi, selama masih ada cinta di hati, meskipun terasa rapuh tapi masih banyak harapan untuk bisa diperbaiki lagi. Toh cinta itu juga yang membuat Nur selama ini masih bertahan mendampingi Yigit. Semarah-marahnya Nur kepada Yigit, sesakit-sakitnya ia kepada suaminya, tetapi Nur bukan Yigit yang suka lamaaa kl baperrr dan sakit hati, wkwkwkwkkk... Pun ketika siang di sela-sela syuting iklan dia berhasil menumpahkan kemarahannya kepada suami, begitu beranjak malam ketika bersiap ingin tidur, kembali wajah suaminya yang tebayang. Apalagi dengan ucapan-ucapan Yigit di siang itu, semuanya masih terekam jelas di ingatan Nur. Duh, berasa mata indah Nur malam itu sudah tidak menyisakan lagi kemarahan kepada suaminya di siang sebelumnya. Sepasang mata hijau nan indah itu kembali hanya memperlihatkan cinta dan rindu dari sorotnya. Sambil sesekali bangun dan mengintip keluar jendela, mengalihkan pandangan menuju jendela ruangan kerja Yigit di seberang sana, sepertinya Nur benar-benar sedang merindukan kehadiran suaminya.
Ahh, Nur... Kurang lebih sama dengan apa yang kau rasakan di kamar malam itu, karena yang sedang kau rindukan pun, sepertinya juga punya perasaan yang sama denganmu. Hanya bedanya, Yigit mencari jawaban kerinduannya lewat ‘mencuri baca’ buku harian milik istrinya, yang kapan hari dipercayakan kepadanya untuk disimpan rapat-rapat, daripada jadi ajang kepo seluruh umat rumah perkebunan Kozan, wkwkwkwkkk. Dulu ketika awal-awal dititipi, suami berlagak nolak-noalk, tapi makin kesini ketika timbul permasalahan dengan sang istri, jusru buku harian yang jadi kunci penentram hati. Hahha... Seorang Yigit Kozan, saking takutnya kehilangan cinta sang istri, sampai harus mencari bukti untuk cinta mati istrinya lewat buku harian, hahahaaa... Segitunya sekaleee... Tapi sah-sah saja koq, suami... Rahasia istrimu, rahasiamu juga kan... Uuuuuuggghhh...
Terbukti kan, sesudah membaca buku harian milik Nur, akhirnya tergerak untuk berkirim pesan kepada sang istri, “apapun yang terjadi, aku tetap percaya dengan hubungan kita”. Cieeeeee... Nur yang sebelumnya juga ingin mengirimkan pesan terlebih dahulu kepada suaminya, tapi urung karena merasa takut akan ketahuan Iclal (hadddeh, mo kirim pesan ke suami sendiri, berasa mo kirim pesan ke pak menteri, takut dan takut mulu, hhuufft...), balik membalas yang kurang lebih mengatakan. “... Apapun yang terjadi aku akan tetap bertahan dengan cinta dan pernikahan ini...”. Ya sudah, esok paginya langsung dijawab lagi oleh sang suami dengan sebuah permintaan untuk kencan berdua di kapal. Iiih..iih... Scene paling menggelikan, tapi juga paling romantis adalah ketika Yigit menggoda Nur dengan semua bacaan di buku harian yang sudah dihapal mati oleh Yigit. Dah khatam, Nur baca buku hariannya, makanya sekarang dibalikin Yigit ke pemilik sejatinya. Yigit iih, curang, hahahaaa... Berarti kl sudah hapal, tak ada lagi dunk acara narah-marah dan bentak-bentak istri karena senewen meragukan cinta?? Yigit Kozan koq... Kagak janji deh!!! Bahkan Nur bisa-bisa berpikir, Yigit Kozan yang bukan pemarah dan pecemburu, jangan-jangan bukan Yigit Kozan suaminya, hahahaaa... Cintanya Nur ke Yigit pokoknya, just the way you’re ya, Nur... Biarpun sang suami mengancam tidak akan pernah menonton televisi lagi gara-gara tidak mau melihat istri, yang penting dia tetap cinta mati dengan istrinya. Itu saja sudah cukup kayaknya untuk Nur. Hahahaaa...
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar