Yigit, kau tdk mengatakan kepada Nur bahwa statusnya sbnrnya bak menyerupai istri kedua. Kau tidak jujur kepadanya. Terlepas itu kebanggaan status sbg istri pertama, kedua, dan seterusnya, smua akan lebih jelas jika dr awal kau tegas. Jelas Nur tdk siap untuk yg kedua, meski poligami ada dlm tuntunan agama. Rasanya akan berbeda cerita ktk seharusnya kau bisa jujur dgn status Nur dlm pernikahan yg kalian jalani. Jika dr awal kau bercerita dan Nur sanggup unt menjalaninya, itu jd persoalan yg berbeda, Yigit. Tp skr masalahnya, Nur hny mau ada dia z dlm hidupmu. Bkn berbagi layaknya kucing2an yg tdk bermartabat spt skr ini, meski kalian terikat dlm sebuah perkawinan yg sah.
Sll tercekat bila ingat apa yg diungkap Nur semalam saat mengadu di depan Yigit. Ttg seorang istri yg sangat mencintai suaminya, duduk semeja makan, tp oleh sekelilingnya ia tdk dianggap krn masih ada ibu dr anak suaminya duduk semeja dan tampak sangat mencintainya. Inginnya Nur jg melayanimu sebagaimana biasanya istri melayani suami atau jg memperoleh sekadar kecupan mesra dan belaian rambut dr suami tnp hrs ketakutan krn ketahuan. Tp apa yg ia dptkan, Yigit? Boro2 bisa melayani dan menatapmu scr leluasa dgn penuh cinta, Nur menatap dirinya sendiri di hadapan keluargamu rasanya seolah-olah tdk sanggup, sangat kotor, dan begitu rendah. Lum lagi nanti kl Mert akhirnya tahu bahwa pengasuhnya selama ini jg istri ayahnya?
Ya Tuhan... Jika pelacur z berhak masuk surga hny gr2 dia menolong dan memberi makan seekor anjing yg hampir mati kelaparan, knp kau memberikan jalan surga bagi Nur sepelik ini?? Jalan surgaMu akan sll dirindukan oleh umatMu, tp jika Nur boleh memilih, jalan surga berbagi suami inilah yg benar2 tdk akan dirindukannya serta tak akan pernah skalipun jd mimpi2nya. Ahh, Tuhan... Hati itu sebegitu kecilnya, tp knp Kau hrs memaksa Nur unt membaginya dgn perempuan lain??
Cinta seharusnya mmg bisa saling membanggakan dan dibanggakan di antara pencintanya, bukan cinta yg justru menyudutkan dan merendahkan harga diri salah satu pihak. Cinta takkan pernah cukup untuk cinta, Yigit. Cinta itu butuh toleransi dan saling berkorban. Kebohonganmu di awal cerita semakin mempertegas luka, ktk kau ingin mengobatinya, sayangnya yg diobati sdh terlanjur kesakitan dan ingin menjauh pergi. Bkn lagi atas nama kecewa, tp melainkan untuk cinta yg lebih besar dan membebaskan. Cinta yg tak lagi terkesan egois.
Edisi remahan yg tercecer dr ulasan semalam, AVers smuanya. Sbg penghantar menuju sinopsis yg akan dishare nanti petang. Nikmati dulu BSnya sembari tetap mengambil pelajaran dr tontonan yg sdh dihadirkan. Salam hangat
Categories: remahan yang tercecer
0 comments:
Posting Komentar