#AniesWidiyarti_TeguranDariTuhanYangDisalahArtikan_AntaraNurDanDia37
Edisi kramotak melihat episode yang semalam. Hampir di sepanjang cerita yang
berjalan malah disuguhi adegan dan pernyataan yang membuat emosi dan naik
darah. Ketika yang seharusnya saya bisa ikut menangis dan berempati dengan
pasangan Nur-Yigit yang sedang berduka karena kehilangan calon jabang bayinya,
tapi karena ulah egois dan semena-mena Yigit, buyar sudah rencana tangisan dan
empati tersebut. Yang ada tinggal gedheggggggg!!!
Ya Tuhan, Yigit... Lakon apa yang sebenarnya ingin kau tunjukkan di depan istrimu? Kau ingin menghukumnya atau melihat Nur semakin jatuh terperosok ke dalam rasa bersalah yang sebenarnya tidak seberapa atau bagaimana? Kalau kau memang belum puas dengan penderitaan yang sedang dirasakan oleh istrimu, bunuh saja dia... Bakar mayatnya, masukkan abunya ke dalam sebuah toples berkaca, sehingga setiap saat kau merindukannya, kau bisa menangisi dan menikmatinya sendiri.
Cintamu pada istrimu bukan lagi hanya memenjarakan, tapi sudah membunuh Nur pelan-pelan, Yigit. Bukannya belajar lebih membuka hati dan menjadi teman bicara yang beranjak melunak, tapi kau justru bertahan dalam kebisuan dan kekakuan yang berhasil memanipulasi istri. Rupanya kau lebih suka menjadi sosok seorang suami yang ditakuti, alih-alih membuat istrimu selalu menghormatimu.
Saking ketakutannya, bahkan Nur tidak peduli lagi kl suaminya justru punya andil yang lebih besar untuk membuat dia sampai harus mengalami keguguran secepat itu. Nur takut kl akan disalahkan dan dituduh merahasiakan kehamilan itu dari pandang dan pikir suaminya. Dan memang seperti itulah kenyataannya, dengan tidak ada perasaan bersalah sedikitpun, Yigit justru kembali menjadikan Nur sebagai biang keladi atau juga kambing hitam di balik keguguran yang mesti dialami istrinya. Bahkan Yigit tak sedikitpun menampakkan rasa bersalahnya di depan Nur dan justru makin menampakkan perasaan kesalnya yang sukses membuat Nur dalam posisi yang tidak nyaman dan terkesan sebagai istri yang tak berguna.
Pikiranmu terlalu picik justru karena kebisuan egomu, Yigit... Kau harusnya sadar, semua yang kau tuduhkan pada Nur tentang sengaja menyembunyikan dan merahasiakan kehamilannya karena bermaksud ingin balas dendam denganmu, berarti secara tidak langsung kau sudah mengakui aibmu sendiri. Aib yang terkesan terlalu kekanak-kanakkan jika dilihat dari efek yang sekarang harus ditanggung. Alih-alih daripada terus menyalahkan dan menyudutkan istrimu, belajarlah sedikit demi sedikit introspeksi, mengurai satu-persatu benang kusut yang sudah terlalu lama tersimpan di hatimu.
Cintamu selama ini kepada Nur masih berasa pepesan kosong, Yigit. Kau belum memahami kl di dalam cinta membutuhkan pengertian dan pengorbanan antar pasangan, tidak cukup hanya janji mencintai sampai mati. Kau bisanya hanya menuntut kesempurnaan dari pasangan, tapi giliran kau sendiri yang dituntut untuk menjadi suami yang yang lebih peka dan perhatian, NOL BESAR!!! Bahkan untuk sekadar berbasa-basi dan gombal untuk pura-puranya menghibur Nur yang sedang merasa down, kau seakan-akan tidak bisa dan tidak sudi menunjukkannya.
Pokoknya kl judulnya sudah kecewa ya kecewa saja, tidak peduli kl ibu dari si calon jabang bayi lukanya seratus kali lipat lebih perih dari bapaknya. Dan luka yang harus diderita Nur menjadi semakin berlipat-lipat perihnya karena harus ditambah dengan rasa takut dan bersalah kepada suaminya. Kau puas, Yigit??
Saking angkuhnya karena merasa tersakiti, Yigit mungkin sampai lupa kl di balik dia harus kehilangan calon anaknya adalah teguran dari Tuhan. Teguran yang bisa jadi menjadi bagian dari rasa malunya karena belum bisa membahagiakan istrinya yang secara nyata dan sepenuhnya. Entah kau masih bisa untuk meluangkan waktu ‘berbicara’ dengan Tuhanmu atau tidak, karena di balik teguranNYA pun DIA masih menyisakan surga untukmu dan juga Nur berkat anak yang belum sempat kau menyentuhnya meski itu hanya lewat sentuhan di perut ibunya.
Kau dan Nur akan selalu ditunggu anakmu suatu saat hingga maut menjemput. Anakmu adalah tabungan surgamu dan juga istrimu kelak suatu saat nanti, Yigit. Karena itu, Yigit... Luangkan waktumu untuk permohonan Nur yang ingin sebentar saja bersamamu pasca keguguran yang dialaminya. Nur tidak pernah minta yang lebih banyak darimu selain kehadiranmu. Untuk kali ini saja, buang segala pikiran picik dan egoismu itu, Suami!!! Kl memang kau tidak mampu untuk berkata-kata yang baik serta menenangkan, minimal dengarkan saja istrimu berbicara..
Jadilah teman berbaginya untuk berkeluh-kesah dan menumpahkan segala kesedihannya. Tidak usah kau repot-repot menyalahkannya, istrimu pasti sudah merasa bersalah dan menyesal dengan sendirinya. Saya juga heran, knp kamu bisa sebegitu defensifnya dengan istrimu sendiri, Yigit??! Kau itu ingin menunjukkan kuasamu atau malah menutupi rasa malumu yang berkepanjangan??
Dari semula kekisruhan ketika Nur menjadi model sampai sekarang berkembang menjadi benang kusut, sebenarnya sudah terlalu jelas menunjukkan kl kau justru yang paling terluka sekaligus malu menanggungnya Yigit. Malu terhadap dirimu sendiri dan juga istrimu. Tapi rasa malumu tidak segera kau imbangi dengan tindakan-tindakan nyata untuk menebusnya. Malah yang ada kekesalan dan kejengkelan akibat terinjak-injak harga diri, kau lampiaskan dengan terus menyudutkan Nur dan selalu mengingatkannya dengan dosa serta kekhilafan yang sebenarnya tidak seberapa. Ngakunya saja cinta mati kepada istri, tetapi sebenarnya yang sedang kau tunjukkan sekarang adalah kau lebih menjaga perasaan dan perhatian kepada Iclal. Lhaah..halllah...
Belum lagi mantan mertuamu itu... Tiada henti menyebut nama Tuhan setelah tindakan percobaan untuk meracuni Nur dan bayinya. Dan akhirnya memang segera dijawab oleh Tuhan.. Tuh anakmu sendiri, Nyonya yang jadi korban kekejamanmu... Hahha.. Ny Aytul rupanya mo mengakali Tuhan lagi yaaaa... Dan kau, Firat... Hehhe... Rasa penasaranmu terjawab sudah yaaaa... Apa yang kau curigai selama ini terbukti sudah kebenarannya...
Makanya Yigit Kozan sampai senekad itu, lha wonk yang dipajang besar-besar di baliho dulu itu istrinya yang sangat jelita... Bagus, Firat... Lanjutkan lagi saja untuk kecurigaan-kecurigaan yang lainnya... Usik terus Ny Aytul agar dia tidak semakin semena-mena dengan sekelilingnya... Setidak-tidaknya, jangan biarkan hanya Ny Aytul yang mendominasi jadi antagonisnya, wkwkwkwkwkkk...
Edisi Kamis Kalut, AVers... Selamat menunggu keras kepalanya Yigit dan usahanya untuk semakin ‘mengecilkan’ istrinya... Ya sudah, Suami... Toh semut diinjak gajah pada akhirnya akan menggigit juga. Tunggu sajahhhhh!!! Yuk ahhh, smuanya... Salam hangat.
Ya Tuhan, Yigit... Lakon apa yang sebenarnya ingin kau tunjukkan di depan istrimu? Kau ingin menghukumnya atau melihat Nur semakin jatuh terperosok ke dalam rasa bersalah yang sebenarnya tidak seberapa atau bagaimana? Kalau kau memang belum puas dengan penderitaan yang sedang dirasakan oleh istrimu, bunuh saja dia... Bakar mayatnya, masukkan abunya ke dalam sebuah toples berkaca, sehingga setiap saat kau merindukannya, kau bisa menangisi dan menikmatinya sendiri.
Cintamu pada istrimu bukan lagi hanya memenjarakan, tapi sudah membunuh Nur pelan-pelan, Yigit. Bukannya belajar lebih membuka hati dan menjadi teman bicara yang beranjak melunak, tapi kau justru bertahan dalam kebisuan dan kekakuan yang berhasil memanipulasi istri. Rupanya kau lebih suka menjadi sosok seorang suami yang ditakuti, alih-alih membuat istrimu selalu menghormatimu.
Saking ketakutannya, bahkan Nur tidak peduli lagi kl suaminya justru punya andil yang lebih besar untuk membuat dia sampai harus mengalami keguguran secepat itu. Nur takut kl akan disalahkan dan dituduh merahasiakan kehamilan itu dari pandang dan pikir suaminya. Dan memang seperti itulah kenyataannya, dengan tidak ada perasaan bersalah sedikitpun, Yigit justru kembali menjadikan Nur sebagai biang keladi atau juga kambing hitam di balik keguguran yang mesti dialami istrinya. Bahkan Yigit tak sedikitpun menampakkan rasa bersalahnya di depan Nur dan justru makin menampakkan perasaan kesalnya yang sukses membuat Nur dalam posisi yang tidak nyaman dan terkesan sebagai istri yang tak berguna.
Pikiranmu terlalu picik justru karena kebisuan egomu, Yigit... Kau harusnya sadar, semua yang kau tuduhkan pada Nur tentang sengaja menyembunyikan dan merahasiakan kehamilannya karena bermaksud ingin balas dendam denganmu, berarti secara tidak langsung kau sudah mengakui aibmu sendiri. Aib yang terkesan terlalu kekanak-kanakkan jika dilihat dari efek yang sekarang harus ditanggung. Alih-alih daripada terus menyalahkan dan menyudutkan istrimu, belajarlah sedikit demi sedikit introspeksi, mengurai satu-persatu benang kusut yang sudah terlalu lama tersimpan di hatimu.
Cintamu selama ini kepada Nur masih berasa pepesan kosong, Yigit. Kau belum memahami kl di dalam cinta membutuhkan pengertian dan pengorbanan antar pasangan, tidak cukup hanya janji mencintai sampai mati. Kau bisanya hanya menuntut kesempurnaan dari pasangan, tapi giliran kau sendiri yang dituntut untuk menjadi suami yang yang lebih peka dan perhatian, NOL BESAR!!! Bahkan untuk sekadar berbasa-basi dan gombal untuk pura-puranya menghibur Nur yang sedang merasa down, kau seakan-akan tidak bisa dan tidak sudi menunjukkannya.
Pokoknya kl judulnya sudah kecewa ya kecewa saja, tidak peduli kl ibu dari si calon jabang bayi lukanya seratus kali lipat lebih perih dari bapaknya. Dan luka yang harus diderita Nur menjadi semakin berlipat-lipat perihnya karena harus ditambah dengan rasa takut dan bersalah kepada suaminya. Kau puas, Yigit??
Saking angkuhnya karena merasa tersakiti, Yigit mungkin sampai lupa kl di balik dia harus kehilangan calon anaknya adalah teguran dari Tuhan. Teguran yang bisa jadi menjadi bagian dari rasa malunya karena belum bisa membahagiakan istrinya yang secara nyata dan sepenuhnya. Entah kau masih bisa untuk meluangkan waktu ‘berbicara’ dengan Tuhanmu atau tidak, karena di balik teguranNYA pun DIA masih menyisakan surga untukmu dan juga Nur berkat anak yang belum sempat kau menyentuhnya meski itu hanya lewat sentuhan di perut ibunya.
Kau dan Nur akan selalu ditunggu anakmu suatu saat hingga maut menjemput. Anakmu adalah tabungan surgamu dan juga istrimu kelak suatu saat nanti, Yigit. Karena itu, Yigit... Luangkan waktumu untuk permohonan Nur yang ingin sebentar saja bersamamu pasca keguguran yang dialaminya. Nur tidak pernah minta yang lebih banyak darimu selain kehadiranmu. Untuk kali ini saja, buang segala pikiran picik dan egoismu itu, Suami!!! Kl memang kau tidak mampu untuk berkata-kata yang baik serta menenangkan, minimal dengarkan saja istrimu berbicara..
Jadilah teman berbaginya untuk berkeluh-kesah dan menumpahkan segala kesedihannya. Tidak usah kau repot-repot menyalahkannya, istrimu pasti sudah merasa bersalah dan menyesal dengan sendirinya. Saya juga heran, knp kamu bisa sebegitu defensifnya dengan istrimu sendiri, Yigit??! Kau itu ingin menunjukkan kuasamu atau malah menutupi rasa malumu yang berkepanjangan??
Dari semula kekisruhan ketika Nur menjadi model sampai sekarang berkembang menjadi benang kusut, sebenarnya sudah terlalu jelas menunjukkan kl kau justru yang paling terluka sekaligus malu menanggungnya Yigit. Malu terhadap dirimu sendiri dan juga istrimu. Tapi rasa malumu tidak segera kau imbangi dengan tindakan-tindakan nyata untuk menebusnya. Malah yang ada kekesalan dan kejengkelan akibat terinjak-injak harga diri, kau lampiaskan dengan terus menyudutkan Nur dan selalu mengingatkannya dengan dosa serta kekhilafan yang sebenarnya tidak seberapa. Ngakunya saja cinta mati kepada istri, tetapi sebenarnya yang sedang kau tunjukkan sekarang adalah kau lebih menjaga perasaan dan perhatian kepada Iclal. Lhaah..halllah...
Belum lagi mantan mertuamu itu... Tiada henti menyebut nama Tuhan setelah tindakan percobaan untuk meracuni Nur dan bayinya. Dan akhirnya memang segera dijawab oleh Tuhan.. Tuh anakmu sendiri, Nyonya yang jadi korban kekejamanmu... Hahha.. Ny Aytul rupanya mo mengakali Tuhan lagi yaaaa... Dan kau, Firat... Hehhe... Rasa penasaranmu terjawab sudah yaaaa... Apa yang kau curigai selama ini terbukti sudah kebenarannya...
Makanya Yigit Kozan sampai senekad itu, lha wonk yang dipajang besar-besar di baliho dulu itu istrinya yang sangat jelita... Bagus, Firat... Lanjutkan lagi saja untuk kecurigaan-kecurigaan yang lainnya... Usik terus Ny Aytul agar dia tidak semakin semena-mena dengan sekelilingnya... Setidak-tidaknya, jangan biarkan hanya Ny Aytul yang mendominasi jadi antagonisnya, wkwkwkwkwkkk...
Edisi Kamis Kalut, AVers... Selamat menunggu keras kepalanya Yigit dan usahanya untuk semakin ‘mengecilkan’ istrinya... Ya sudah, Suami... Toh semut diinjak gajah pada akhirnya akan menggigit juga. Tunggu sajahhhhh!!! Yuk ahhh, smuanya... Salam hangat.
Categories: Antara Nur & Dia
0 comments:
Posting Komentar